Back home.

Malam yang lumayan panjang, Toge berjalan menyusuri trotoar jalanan yang sudah sangat sunyi. Ia tidak memiliki tujuan, tujuan nya hanya satu yaitu; berjalan jalan di tengah malam.

Jam sudah menunjukkan pukul 00.21, Tapi Toge enggan untuk kembali ke apartement nya. Suasana yang cukup menenangkan, karena tidak ada kendaraan yang lewat.

Toge melirik Ponsel pintar nya yang sedari tadi berdenting dan berbunyi mengganggu ketenangan nya malam ini.

Rasa nya, Toge ingin membuang ponsel pintar nya tersebut karena terlalu mengganggu. Tapi ia urungkan, karena jika tidak ada ponsel tersebut ntah bagaimana jadi nya ia jika terjadi sesuatu pada nya.

“Huft...” Helaan nafas Toge terdengar, ia mendudukkan diri nya di sebuah kursi di taman bermain kanak-kanak.

Ponsel pintar nya sudah tidak lagi berbunyi, tampak nya sang ‘Pengganggu’ lelah karena tidak kunjung diangkat.

Toge menatap langit-langit malam, cukup indah. Tapi, tidak seindah seseorang dengan Surai hitam pekat.

Jujur, sebenarnya Toge adalah seorang yang penakut. Tapi, ntah mengapa malam ini tiba-tiba rasa takut nya sirna begitu saja.

Rambut berwarna planitum blonde nya terbang sedikit terbawa angin, Toge mengusap usap tangan nya sambil meniup niup memberikan rasa hangat kepada diri nya sendiri lewat telapak tangan.

Ia melirik kanan dan kiri, sepi. Benar-benar sepi, yah sangat jelas. Karena sekarang sudah jam untuk istirahat.

Toge menundukkan kepala nya, menatap ponsel pintar nya yang berisi spam chat dan spam telepon dari beberapa orang terdekat nya.

Contoh nya? Maki, Nobara, Yuuji, Mai, Megumi, Junpei, Kokichi, dan Miwa.

Oh- Tertinggal satu orang lagi. Ya benar, Yuuta.

Toge hanya menatap ponsel pintar nya, ia tahu bahwa sekarang teman teman nya tengah khawatir dengan diri nya. Tapi, ia tidak perduli.

Tapi, Ntah kenapa jari nya mulai membuka chat dari Kontak bernama ‘Maki’ Yang menanyakan, Dimana dia? kapan kembali? semua orang mengkhawatirkan nya.

Toge membalas pesan tersebut dengan tenang.

𝘈𝘬𝘶 𝘉𝘢𝘪𝘬-𝘉𝘢𝘪𝘬 𝘚𝘢𝘫𝘢. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳. 𝘚𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯.

Begitu kira-kira pesan yang Toge balas, kepada gadis dengan Surai Dark green tersebut.

Tak butuh waktu lama, ponsel Toge kembali berbunyi.

Toge sedikit memasang senyum ketika melihat balasan tersebut, tapi ia tidak berniat membalas nya. Toge langsung mematikan ponsel pintar nya, dan kembali berjalan menyusuri kota di tengah malam yang sangat hening, sepi, dan menenangkan.

-

“Maki! Toge tidak ada?” Suara berat namun lembut itu berteriak ke seseorang di seberang telepon sana.

“𝘔𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥 𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢, 𝘠𝘶𝘶𝘵𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩?! 𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘶!” Teriakan nya dibalas teriakan.

“Aku... aku tadi keluar sebentar untuk ke Supermarket, tapi setelah kembali Toge tidak ada dimana mana!” Jawab nya sambil menggigit bibir bawah.

“𝘚𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘯𝘺𝘢?!”

Yuuta hanya menggeleng pelan, padahal ia tahu bahwa Maki tidak akan bisa melihat gelengan kepala nya.

“𝘠𝘶𝘶𝘵𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩! 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘛𝘰𝘨𝘦! 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘓𝘜𝘗𝘈! 𝘛𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘥𝘪 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵 𝘮𝘶, 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘣𝘢𝘳𝘢.” Terdengar bising bising dari seberang sana, dan beberapa suara laki-laki berteriak ingin ikut.

Yuuta hanya terdiam, ia bingung.

Kenapa Toge tidak ada? apa ia berbuat salah?

Yuuta terduduk di sofa apartemen nya, memijat pelipisnya pelan. Memikirkan kemungkinan kemungkinan yang membuat Toge pergi dari hadapan nya sekarang.

Sekitar 30 menit, Pintu Apartemen nya Di gedor gedor oleh seseorang. Ia tahu siapa pelaku penggedoran tersebut.

Dengan langkah lunglai, ia membuka pintu nya.

“Maki? Nobara? Yuuji? Megumi? Mai?” Yuuta menatap kelima orang yang sekarang berdiri di depan pintu apartemen nya.

“Toge membalas chat ku. Ia berkata jangan khawatir, tapi aku tidak bisa untuk tidak mengkhawatirkan nya. Aku juga mengabari yang lain. Tapi, aku akan pergi mencari Toge. Kalau kau ingin ikut siap-siap, kalau tidak. aku pergi sekarang.” Maki berkata dengan suara yang sangat dingin, ia memasang tatapan yang sungguh menakutkan.

“Aku ikut.” Yuuta segera masuk kedalam Apartement nya, dan mengambil jaket serta ponsel pintar nya, kemudian mengambil kunci Apartement nya.

“Sudah? ayo.” Maki berjalan duluan, ia benar-benar khawatir dengan Toge. Karena bagaimana pun, mereka adalah seseorang yang selalu bersama sejak kecil.

-

Sudah sekitar satu jam mereka menyusuri kota, tapi tidak kunjung bertemu dengan seseorang yang mereka cari.

Maki sudah cukup frustasi mencari dimana keberadaan Toge.

Ia menendang tong sampah yang ada di depan nya.

“Brengsek.”

Dari kejauhan, Toge melihat semua yang mencari nya sedang terduduk di depan toko yang sudah tutup.

Toge melihat mereka dibalik pohon, mungkin jika ada yang menyadari ia akan dikira setan karena rambut panjang nya terurai.

Jujur, Toge bisa saja mendatangi mereka. Tapi, ia masih teriris ketika melihat sang kekasih.

Ia masih teringat bayang-bayang, saat di Supermarket tadi, Sang kekasih memeluk seorang gadis dengan Surai yang sama persis sambil menangis.

Dan juga berkata; “Jangan tinggalkan aku lagi. Aku cukup menderita.”

Lantas, Toge segera berpikir bahwasa dia selama ini hanyalah seorang pelampiasan.

Mengingat kejadian itu, Mata Toge tiba-tiba panas. Ia ingin menangis, jujur ia ingin tahu siapa gadis itu.

Kenapa Kekasih nya terlihat sangat tidak ingin berpisah dengan nya? lalu bagaimana dengan dirinya?

Cukup.

Dada nya terasa di iris iris, ia menjauh dari tempat nya berdiri. Kembali memasang tudung kepala yang sudah pasti akan menutupi rambut nya.

Ia Berjalan menjauh, tidak lupa menggeret koper yang ia bawa. Ya, Toge membawa beberapa barang penting nya. Ia berniat pergi ke Jerman, mencari ketenangan disana selama beberapa tahun.

Namun, takdir berkata lain.

Baru satu minggu ia berada disana, setelah mengganti nomor telepon dan lain lain. Ia malah hamil, yang jelas sudah pasti itu adalah anak nya Yuuta.

Bisa saja ia menggugurkan kandungan itu, tapi disetiap negara menggugurkan kandungan pasti saja tidak di legalkan.

Ia berjanji bahwa dia akan menjaga anak ini sendirian, dan tidak perduli lagi dengan Yuuta.

-

Setelah Sekitar 6 Tahun berada di Jerman, akhirnya Toge memutuskan untuk kembali ke Jepang. Toh, anak nya sudah cukup besar sekarang.

Surai hitam, manik violet, sangat tampan. Gabungan yang sempurna.

“Mama! Kita kemana?!”

Toge hanya melirik, kemudian memasang senyum.

“Pulang, Ketemu paman dan bibi mu.” Ucap nya sambil mengelus kepala sang anak.

“Woah! Oke.”

Setelah sekitar 2 hari di dalam pesawat, mereka sudah sampai di Jepang.

Toge menghirup kembali udara segar negara kelahiran nya. Ia memasang senyum cerah, Toge memasang masker agar tidak ada yang mengenali nya.

Ia sekarang ingin pergi kerumah Maki, sungguh ia merindukan teman masa kecil nya tersebut.

“Mama! kita mau kemana dulu?!” Tanya, sang anak.

“Kerumah bibi Maki.” Jawab Toge sambil memegang tangan sang anak.

“Ehm, Okee!”

-

Setelah mencari tahu dimana rumah Baru Maki, ia akhirnya menemukan sebuah rumah dengan cat berwarna biru laut.

Toge menekan bel rumah tersebut, pertama tidak ada jawaban, kedua pintu di buka kan oleh seorang perempuan dengan Surai orange se bahu sambil memegang tangan seorang anak kecil.

“Kak....?” Air mata berkumpul, ia langsung menerjang Toge.

“Ara, ya?” Suara lembut Toge, membuat tangisan Nobara semakin menjadi.

Toge melepas pelukan nya, dan mengusap air mata nya. “Ssst.”

“Masuk kak, ada tamu juga di dalam.” Ucap Nobara yang hanya mendapat anggukan dari Toge.

Baru 3 langkah Toge masuk ke dalam rumah besar tersebut, ia mendapat kan bahwa ada sang kekasih- ralat, sang mantan kekasih tengah duduk di sofa sambil memandangi nya.

Saat Yuuta hendak mendatangi Toge, Yuuta menatap seorang anak laki-laki yang berdiri disamping Toge sambil menggenggam erat tangan Toge.

Yuuta menatap nanar, Yuuta sempat berpikir apakah Toge sudah menikah dan itu adalah anak nya dengan laki-laki lain? tapi, anak itu sangat mirip dengan Yuuta saat kecil.

“Ah, Ara. Bilangin Maki kakak ada kesini ya.” Toge segera berbalik badan, ia berjalan kearah luar pintu namun tangan nya di tahan oleh tangan besar, yang sudah pasti itu tangan Yuuta.

“Toge...” Ucap Yuuta sangat halus dan lembut, Toge tidak menatap mata nya. Hanya menunduk menatap sang anak.

“Anak mu?” Toge mengangguk singkat. Yuuta tersenyum lembut.

“Kamu... sudah menikah?” Toge menggeleng pelan. Yuuta hanya mengangguk, kemudian melepaskan tangan Toge yang ia genggam.

Ia mendekat kearah anak kecil yang ada disamping Toge.

“Halo? Nama mu siapa?”

“Uta.” Jawab nya, Toge hanya menggigit bibir bawahnya.

“Kamu pernah ketemu ayah mu?” Uta menggeleng.

“Kata mama, Papa ada di Jepang. Uta gabisa ketemu sama Papa.” jawab nya, polos.

Yuuta menepuk kepala anak tersebut, kemudian tersenyum manis kearah anak itu.

“Pengen ketemu papa?” Ia mengangguk, membuat senyuman Yuuta semakin melebar.

“Nah ini Papa. Mau peluk?” Ucapan Yuuta barusan membuat Toge terlonjak kaget.

Uta mengangguk senang, ia segera memeluk Yuuta.

“Tunggu... bagaimana..?” Toge menatap Yuuta dan anak nya yang sedang berpelukan.

“Kamu tidak menikah, tapi memiliki anak. dan kamu pergi enam tahun yang lalu. Mana mungkin, anak mu bakal sebesar ini'kan?” Ucap Yuuta sambil menggendongnya, Toge hanya menunduk menanggapi perkataan nya.

Ucapan Yuuta benar.

“Ya...” hanya itu yang mampu keluar dari mulut Toge.

“Nah sekarang, ayo pulang. Kerumah kita, Toge.”