— bagian pertama.


Athayya dan Jeri mendudukkan dirinya di sofa yang ada di apart milik Athayya, mereka merasa cukup lelah karena baru saja selesai membereskan barang milik Athayya yang akan berlibur keluar negeri untuk beberapa waktu, selama libur semester tentunya.

Athayya membaca semua reply yang ada di twitternya, melirik Jeri yang memasang wajah masam. “Mau sampai kapan?” Athayya bersuara, membuat yang disamping menoleh.

“Apanya yang sampai kapan?” Jeri memasang wajah bingung, temannya benar-benar no konteks. “Lo, ngarepin Janu. Maksud gua, iya gapapa berharap. Cuman, dia deketnya sama adting, Jer.” ujaran Athayya membuat air wajah Jari semakin masam.

“Tapi, adting deketnya sama yang lain.”

Athayya menghela nafas berat, temannya benar-benar bebal. Tidak mendengarkannya, berulang kali mengulangi hal sama, tidak jera.

“Jeri, dengerin gua. Mau dia deket sama yang lain, tapi mereka emang paling deketnya sama Janu. Jeri, mending berhenti sebelum jatuh terlalu dalam.” Jeri menunduk, memainkan jari-jari tangannya. “Lo gatau, Athayya..”

Athayya menghela nafas lagi, mereka sama-sama terdiam, tak bersuara lagi.

Tak lama kemudian, suara bel yang ditekan berulang, tidak sabaran, terdengar. Memecahkan keheningan keduanya, “Pasti Janu, gua buka bentar.” Athayya berjalan meninggalkan Jeri sendirian, membukakan pintu untuk laki-laki yang baru saja mereka bicarakan.

“Lama banget lo.” omel Athayya saat membuka pintu apartnya, Janu hanya cengengesan sambil memberikan dua bungkus plastik besar kepada Athayya, “Ini apaan?”

“Makanan, buat lo berdua. Dimakan.” Athayya mengangguk, lalu berjalan masuk berdahulu, “Tutup pintunya.” Perintahnya pada Janu.

Janu hanya menghela nafas, dasar.