Eleven.
Pukul 16.17 Yuuta berlari di koridor fakultas Manajemen Informatika, tiba-tiba saja Kating nya meminta bertemu di sana.
Yuuta segera berlari memasuki Fakultas tersebut, ia bahkan tidak perduli menabrak siapa saja yang baru saja keluar dari Area Fakultas tersebut.
Ia berlari cukup lambat, karena memang isi tas nya cukup berat. Sudah membawa Laptop, ia juga membawa tugas dan beberapa Buku.
Yuuta melirik jam di jam tangan nya.
Bisa bisanya, ia meng-iyakan ajakan bertemu Kating nya di Gedung Manajemen Informatika. Padahal gedung fakultas nya, dan gedung Manajemen Informatika cukup jauh.
Saat berlari, Ia tidak sengaja menabrak seseorang. Lihat sekarang, Tugas yang ia pegang berantakan.
Ia segera membereskan kertas kertas tugas yang berserakan, kemudian seseorang yang ia tabrak juga membantu membereskan.
“Maaf.” Suara nya bergetar, Yuuta hanya mengangguk kemudian menjawab. “Tidak apa-apa. Lain kali, Lihat-lihat.” Suara Yuuta begitu lembut.
Kemudian setelah beres, ia melihat punggung laki-laki yang baru saja pergi menjauh, mengambil ponsel pintar nya yang terlempar.
Kemudian ia kembali teringat, melirik jam tangan nya. Lagi.
Sudah pukul 16.23, Yuuta kembali berlari. Sudah 2× dalam sehari mereka bertemu. Pikir Yuuta.
-
Setelah cukup lama mencari keberadaan sang Kating, akhirnya Yuuta bertemu.
Ia menghela nafas panjang.
‘Akhirnya.’ Batin Yuuta.
“Oh. Yuuta, bukan?” Seorang laki-laki dengan rambut di Cepol, mendekati Yuuta.
Yuuta hanya mengangguk, masih mengatur nafas nya.
“Ketua BEM kan?” Yuuta, mengangguk lagi.
“Anak Fakultas Arsitektur kan?” Lagi-lagi Yuuta mengangguk, ia bingung. Kating nya lagi wawancarai dia ya?
“Kamu Popul-” belum selesai ia mengajukan pertanyaan lagi, kepala nya sudah di pukul oleh seorang perempuan dengan tahi lalat di bawah mata nya, dan kantung mata yang cukup besar.
“Suguru, lo mau ngambil tugas apa wawancara?” ucap nya sambil mendorong laki-laki itu kebelakang.
“Maaf ya, Yut. Untung yang satu nya ga ikut, bisa lebih Parah. Sini tugas nya.” Ucap Gadis tersebut sambil berdiri di hadapan Yuuta, mengulurkan tangan nya agar Yuuta memberikan kertas yang ia pegang kepada nya.
“Ah iya, enggak papa. Kak...?”
“Shoko. Shoko Ieiri anak fakultas kedokteran.” jawab nya dengan senyum tipis.
“Ah iya, Kak Shoko. Kalau begitu saya permisi, masih banyak yang harus saya kerjain.” Shoko hanya mengangguk menanggapi perkataan Yuuta, kemudian kembali memukul kepala Suguru.
“Ayo cabut.” ia menarik rambut belakang Suguru, menarik nya layak nya seperti hewan.