Lengkara.
Contains Warning ; – Angst – Boy loves , gay , homo – Aged up – Slightly Rankazu , Rinzu – Semua Peringatan akan di tambah seiring berjalan nya cerita.
Ran dan Mitsuya sudah menjadi sepasang kekasih semenjak mereka Sekolah Menengah Pertama, hubungan mereka selalu baik-baik saja.
Tidak ada halangan diantara hubungan mereka berdua, tak ada juga yang berani mengganggu hubungan mereka.
Semenjak pertama kali berhubungan, sampai sekarang. Tak ada kata bosan untuk hubungan mereka berdua. Ran selalu mendapatkan hal yang ia butuh kan dari Mitsuya, begitu juga sebalik nya.
Ada perbedaan di antara mereka, namun mereka tidak menggubris perbedaan itu. Jika bisa, mereka akan melawan hukum alam demi bersama.
Menikmati hari-hari berdua, tanpa ada yang mengganggu hubungan yang kedua nya jalin.
Selama 10 tahun mereka menjalin hubungan, selama 10 tahun juga mereka berdua membuat kenangan. Entah itu hanya kenangan mereka berdua, atau bersama dengan kawan dekat mereka.
Hubungan yang berjalan 10 tahun, bukan sembarang hubungan. Menjaga perasaan masing-masing selama 10 tahun, tanpa ada nya perselingkuhan atau acara mendua. Sangat patut di apresiasi.
Padahal mereka belum menikah.
Di saat-saat hubungan mereka yang terjalin dengan baik-baik saja, tiba-tiba ada halangan yang menganggu. Membuat kedua nya tak mampu berkata-kata. Hanya menuruti perkataan.
Ran, Di jodohkan dengan Hanemiya Kazutora. Anak dari keluarga Hanemiya, kerabat dekat orang tua Ran.
Ran memecahkan salah satu Gucci yang ada di rumah mewah nya, “JANGAN PAKSA AKU! AKU SUDAH MEMPUNYAI TAKASHI, KALAU MAMA DAN PAPA LUPA!” teriak nya, membuat sang ayah menatap nanar si sulung.
“Ran... Sayang dengarkan mama, ini tradiㅡ” Tidak. Belum selesai Ibu nya berbicara, Ran kembali memecahkan Gucci yang ada di samping nya berdiri.
“Pfftㅡ Tradisi?! Apakah kita sekarang hidup di tahun 1980? atau 1800? KALAU PAPA DAN MAMA LUPA SEKARANG 2021! Jaman sudah modern tapi kenapa masih melakukan nya!? BERSYUKUR LAH KALIAN BERDUA KALAU KALIAN MENIKAH KARENA SALING MENCINTAI SATU SAMA LAIN! Kenapa aku?! Ada Rindou!” Ran mengacak rambut nya menggunakan tangan nya, menatap frustasi kearah Ayah dan Ibu nya.
“Rindou menolak, Karena tidak ingin dipisahkan dengan Haruchiyo....” Cicit Sang Ibu, Ran lagi dan lagi memecahkan barang-barang yang ada di sekitar nya.
“JIKA RINDOU BISA MENOLAK, KENAPA AKU TIDAK?! AKU JUGA TIDAK INGIN DI PISAHKAN DENGAN TAKASHI, KALIAN INGIN MEMBAHAS MASALAH EKONOMI MEREKA YANG SANGAT BERBEDA DENGAN KITA?! aku menyukai Takashi apa ada nya! Bukan karena harta atau semacam nya. Dia juga sudah sukses sekarang. Kenapa kalian memaksa ku?” Suara Ran bergetar, Ia sebenarnya menahan tangis, Menahan semua gejolak yang ada di benak nya.
Tidak perduli sekarang ia akan di cap anak durhaka, kemudian dikeluarkan dari Kartu Keluarga, Keluarga Haitani.
“Ran... Hanya kamu harapan mama dan papa..” Sang Ayah mencoba mendekat kearah anak sulung, tapi sang anak menjauh. Menatap sang Ayah dengan amarah berlebihan.
“Tidak mau.”
Ran memasukkan beberapa baju dan barang-barang berharga nya ke koper besar milik nya. Ia berencana keluar.
Sang adik yang tengah menidurkan diri nya diatas kasur nya hanya termenung menatap sang kakak yang akan pergi.
“Tua Bangka itu memang menyebalkan.” Ucapan Rindou memecahkan keheningan diantara mereka, Ran hanya menoleh sebentar kearah sang adik. Kemudian mengangguk.
“Kenapa juga mereka harus menjodohkan anak-anak mereka? Bukankah Tuhan yang sudah mengatur semua nya? Pfftㅡ” Suara Rindou lagi-lagi terdengar, Tampak mengejek kedua orang tua nya yang terus memaksa mereka berdua untuk melepaskan kekasih mereka. Dan menikah dengan orang yang tidak mereka sukai.
“Ntahlah. Aku tak mengerti jalan pikir nya.” Jawab Ran, sambil menutup koper nya.
“Sudah punya tujuan, Bang?” Tanya Rindou, Ran mengangguk. “Sudah, Aku punya tabungan sekitar 500jt Yang ada di ATM ku sendiri, bukan ATM yang diberikan oleh Papa dan Mama. Aku juga sudah membeli apartemen.” Jawab Ran, gamblang. Ia menurunkan koper nya.
“Heeh. Mau ku antar?” Tawar Rindou, sambil bangkit dari kasur Ran sambil membereskan nya. “Tidak, terimakasih. Aku akan mengganti nomor telepon ku, jika perlu aku akan menelpon mu, nanti.” Ran melirik ke arah jam yang terpasang di dinding kamar nya.
Rindou menghela nafas berat, “Oke. Hati-hati, Bang.” Jawab Rindou, Ia berjalan kearah luar kamar Ran. menutup pintu kamar pelan, karena sekarang sudah tengah malam.
Ran merebahkan diri nya diatas kasur Apartemen nya, ia tak membawa apa-apa dari rumah nya selain Baju dan beberapa barang yang menurut nya penting.
Ia berharap semoga tak ada yang menemukan nya disini, karena memang apartemen yang ia beli sangat jauh dari rumah keluarga nya.
Apartemen yang ia beli, dekat dengan Butik sang Kekasih. Mitsuya Takashi.
Ia sudah memberi tahu Takashi kalau sekarang ia tinggal di apartemen, tidak lagi bersama keluarga nya. Takashi sempat bertanya, Tapi Ran dengan cepat langsung mengganti topik pembicaraan mereka. Ia tidak ingin membuat Lelaki pintar menjahit itu sakit hati akan semua nya.
Ran bangkit dari acara istirahat nya, ia membuka ponsel nya dan menghubungi Takashi dengan nomor ponsel baru nya. Sempat menjahili sang kekasih, ia terkekeh pelan. Kekasih nya sangat lucu, menggemaskan.
Ran hanya menceritakan alasan ia membeli apartemen, tidak menceritakan tentang perjodohan nya dengan Hanemiya Kazutora. Ran tahu, jika Kazutora adalah sahabat dekat nya Takashi sejak mereka masih Sekolah Dasar.
Tua bangka itu memang benar-benar suka menghancurkan kebahagiaan orang. Gumam Ran sambil mengusap wajah nya pelan, rambut dan pakaian nya sangat berantakan. Tidak seperti biasa nya tertata rapi, sampai menarik perhatian orang-orang sekitar. Entah itu perempuan atau bahkan laki-laki.
Bell apartemen Ran berbunyi, ia bangkit dari acara mengistirahatkan tubuh nya. Sedikit merapikan Baju dan Rambut nya, ia berjalan turun ke lantai bawah untuk membukakan pintu.
Ia sempat terhenti di tengah-tengah tangga, berpikir padahal ia tidak bilang siapa-siapa kalau ia pindah ke apartemen di daerah ini. Ia hanya bilang kepada Takashi.
Tak mau ambil pusing, dan sudah menyiapkan diri untuk kembali Berdebat dengan keluarga nya, Ran membukakan pintu apartemen nya dengan agak 'kasar'.
“Siapa?” Tanya nya, tanpa melihat siapa yang ada di hadapan nya, ia benar-benar sudah siap jika harus ditampar atau diapakan dengan papa dan mama nya. Yang terpenting bisa menghindari semua nya.
“Loh? Kak Ran?” Suara Kazutora memasuki indra pendengaran Ran, Ia segera memfokuskan semua atensi nya kepada lelaki di hadapannya ini. Ran menatap horror Kazutora, “Kok lo tau gue tinggal disini?” Tanya nya.
“Oh... Gue tadi disuruh Suya nganterin ini buat pacar nya yang kata nya baru pindah kesini, gue... gue gatau kalau lo pacar nya..” Jawab Kazutora, dengan sedikit bergetar. Ia agak takut dengan tatapan horror yang diberikan Ran.
Ran mengambil barang yang dipegang Kazutora, “Bilangin ke Taka Thanks. Lain kali dia aja yang nganter, lo boleh pergi. Dan jangan bilang kesiapapun kalau gue tinggal disini, Termasuk ortu gue dan ortu lo.” Kazutora hanya mengangguk pelan, “Gue pamit.” Ia berjalan menjauh dari halaman apartemen Ran.
Kepala nya diisi rasa bersalah, meski sudah sangat lama berteman dengan Mitsuya ia tak pernah diberitahu tentang kekasih nya. Dan juga, Mitsuya tak pernah bercerita jika ia dan kekasih nya ada masalah.
Kazutora ingin menangis, ia tak ingin menghancurkan pertemanan dengan Mitsuya. Apalagi ia adalah orang yang di percaya Mitsuya, Kazutora berlari kearah butik Mitsuya yang ada di dekat sana.
Menangis kemudian memeluk Mitsuya yang sedang merapikan kain-kain bekas dirinya menjahit, “Loh kenapa?” Tanya nya, membalas pelukan Kazutora. Mengelus punggung lelaki itu pelan.
“Maafin aku...” suara Kazutora bergetar, Mitsuya hanya terdiam. “Minta maaf kenapa?” Mitsuya menarik tubuh nya keluar dari pelukan Kazutora, mengusap air mata sahabat nya.
Kazutora masih menangis, mulai sesegukan. “Maafin aku Suya, maafin aku, maafin aku. MAAFIN AKU, AKU GA BERMAKSUD???” Ucap nya dengan sedikit berteriak, Mitsuya hanya terdiam. Kemudian menarik Kazutora untuk di sofa yang ada di butik.
“Mendingan kamu ceritain dulu deh, ya? aku ga ngerti konteks nya, kamu tiba-tiba minta maaf begini.” Ucap nya menenangkan sang sahabat kecil.
Kazutora hanya mengangguk, “Jangan marah, ya?” Ucap nya yang mendapat anggukan dari Mitsuya yang memasang senyum manis.
Wajah Mitsuya tak dapat diartikan, dia hanya diam semenjak tadi. Kain yang ia ada di tangan nya perlahan mulai jatuh ke lantai, karena sang pemegang tak fokus dengan dunia.
“Mitsuya..” Panggil Kazutora, “Ah ya? Udah selesai?” Ucap nya, dengan sedikit linglung. Kazutora hanya mengangguk, “Maafin aku..”
Mitsuya menggeleng pelan, memasang senyum nya yang sangat manis. “Enggak masalah, Jodoh itu Tuhan yang sudah mengatur. Kita gabisa menentukan siapa yang harus jadi pasangan hidup, kalau Ran emang berjodoh nya sama kamu. Aku enggak masalah,” Mitsuya melepas kacamata yang berteger di hidung nya. Menghela nafas pelan.
“Hubungan yang dibangun selama bertahun-tahun, bisa aja kandas di tengah jalan karena suatu alasan. Membangun suatu hubungan jika akhirnya akan berpisah karena perintah orang tua itu sakit. Tapi bagiku ga masalah kok, harus nya kamu bersyukur ternyata orang tua mu masih mikirin masalah pasangan mu.” Ucap Mitsuya dengan senyum yang masih terpampang jelas diwajah nya, “tapi kalau menikah dengan seorang yang sudah mempunyai pasangan apa hubungan yang dibangun akan bahagia?”
Kazutora menggeleng, “Tidak. Hubungan tanpa ada nya rasa engga bisa di paksain, apalagi jika salah satu nya memiliki pasangan.” Mitsuya menghela nafas pelan.
Menepuk-nepuk pucuk kepala Kazutora, “Waktu terus berjalan, Tora. Rasa benci bisa berubah jadi suka. Apa salah nya mencoba?” Mitsuya memasang eyes smile kepada Kazutora.
Karena hal itu membuat Kazutora menangis lagi, terharu, sedih, semua nya bercampur menjadi satu. Ia tak ingin hubungan sang Sahabat hancur karena ulah orang tua nya, tapi orang tua nya adalah orang yang keras kepala dan tak memikirkan orang lain. Hanya memikirkan diri sendiri.
Kesal? sangat. Kazutora sangat kesal, jika bisa mengutuk orang tua nya, ia akan mengutuk nya. Cukup Kazutora saja yang kebahagiaan nya di hancurkan, jangan Mitsuya. Mitsuya sudah kesusahan, sejak kecil hanya hidup sendiri menghidupi kedua adik-adik nya.
Dan saat dewasa, ia harus berusaha sendiri, membuka butik dengan uang hasil kerja part-time nya. Setelah semua kesulitan di lewati Mitsuya, baru sebentar ia merasa lega dan bahagia. Keterpurukan kembali hadir dalam hidup nya.
Tapi ketika keterpurukan hadir kembali, ia hanya akan tersenyum, menerima semua nya dengan tabah, tak mengeluh apa-apa, bahkan tak menangis juga. Mental nya seperti sudah terbiasa dengan semua nya meski itu menyakiti hati nya sendiri.
Jika Kazutora yang berada di posisi Mitsuya, mungkin ia akan mengeluh, melakukan segala cara tanpa menyelesaikan keterpurukan yang hadir di hidup nya. Tapi Mitsuya tidak.
Mitsuya adalah orang terkuat yang di kenal oleh Kazutora, ia melewati semua nya dengan sangat baik. Menjadi kepala keluarga sejak kecil, menafkahi adik-adik nya yang kecil.
Kazutora sangat kagum, terpukau, kepada Mitsuya.
Tuhan membuat Mitsuya sangat sempurna meski Tuhan memberikan nya keterpurukan yang terus menerus hadir di hidup nya.
Mitsuya Takashi adalah kesayangan Tuhan.
Sudah 2 Bulan sejak Ran pindah ke Apartemen, yang mengetahui tempat tinggal nya yang baru sejauh ini hanya Takashi, Rindou, Haruchiyo, Kokonoi.
Ia merasa sangat tenang dan nyaman disini, tanpa ada gangguan orang tua nya yang egois. Ingin menikahkan nya dengan seseorang yang tidak ia sukai? sangat egois. Benar-benar egois.
Tapi ketika ia sudah mencapai ketenangan nya, hari ini orang tua nya datang bersama Rindou yang rambut nya teracak. Ran tebak ia di marahi oleh orang tua nya karena tak memberitahu Ran sekarang tinggal dimana, Ran naik pitam.
Dan disinilah mereka tengah berdebat, melemparkan barang yang ada di dalam apartemen Ran.
“SUDAH KU BILANG BUKAN? AKU TIDAK MAU! KENAPA KALIAN TIDAK MENGERTI?! EGOIS.” teriak Ran, ia berdiri di depan Rindou yang terdiam melihat perdebatan sang kakak dan orang tua nya. Bagaimana pun juga, ia sangat takut jika sudah seperti ini.
“Ran dengarkan Mama! Apa yang kamu harapkan dari Takashi?!” Ran melempar pajangan yang ada diatas meja ruang tengah nya, kehadapan orang tua nya. “Apa yang aku harapkan? MAMA TANYA APA YANG AKU HARAPKAN?! SEKARANG AKU BALIKKAN PERTANYAAN ITU APA YANG MAMA HARAPKAN DARI PERNIKAHAN PAKSA INI?! KEBAHAGIAAN? KE SENGSARAAN YANG ADA!” Ran berteriak, lagi dan lagi melempar barang yang ada di Apartemen nya.
Rindou hanya terdiam menatap takut sang kakak yang terbalut amarah, ingin ikut campur tapi ia tak mampu apa-apa. Ran melirik datar ke arah orang tua nya, “Fuck off. Keluar kalian dari tempat ku, sekali lagi aku katakan. Tidak mau.”
“Ran...” Cicit sang Ibu, ia menangis menatap sang anak sulung. “KELUAR.” teriak Ran, membuat sang mama dan papa terkejut bukan main. Pasal nya, Ran bukan anak yang tidak penurut, ia selalu menuruti perkataan orang tua nya. Tapi untuk kali ini, sekuat tenaga ia menolak perkataan sang orang tua.
Sang Mama hanya menarik papa nya, mencoba mengajak keluar dari kediaman sang anak sulung.
Setelah orang tua nya keluar, Rindou mendekati Ran. Menatap sang kakak dengan sendu, Ran menatap Rindou memaksa memasang senyum kepada sang adik.
“Tinggal disini dulu ya?”
Ran merapikan rambut Rindou yang teracak karena ulah orang tua nya, mengelus rambut sang adik pelan. Ia tak apa di siksa oleh orang tua nya, tapi jangan adik nya yang tak bersalah ini.
Masalah perjodohan ini semakin panjang, Ran yang baru saja mendapat ketenangan kini kembali mendapat beban. Orang tua nya benar-benar egois, padahal orang tua nya tahu bahwa Takashi bukan seseorang yang mengharapkan harta, ia seorang pekerja keras.
“Ku terima aja, ya?” Ucap Ran, Rindou seketika menjauh memutar badan nya agar berhadapan dengan sang kakak. Ia menggeleng keras, “Ngomong apa sih?” Tanya Rindou.
“Perjodohan nya.”
“Kenapa?” Rindou mengerutkan alis, menatap bingung sang kakak. Ran hanya menggeleng, terdiam. “Tanpa alasan? enggak setuju. Takashi sudah paling sempurna bang.” Ungkap Rindou.
Ran hanya terdiam, Rindou memang benar. Takashi sudah paling sempurna untuk di sisi nya tak ada yang bisa menggantikan posisi Takashi.
“Capek.” Satu kata keluar dari mulut Ran, Rindou lagi-lagi menatap bingung sang kakak. “Capek? apa?”
“Sama semua nya, apalagi mau ditolak sampai kamu nikah sama Haruchiyou juga mereka tetep kekeuh.” Jawab Ran duduk di depan Rindou, mengacak surai nya yang memang sudah tak tertata lagi.
Rindou memegang tangan sang kakak, menghentikan acara mengacak rambut nya. “Bang, harus yakin sama keputusan yang abang pilih. Jangan selalu nurutin kemauan mereka demi ngelindungin aku.” Rindou berganti merapikan rambut sang Kakak.
Ran hanya diam tak menjawab perkataan sang adik, mulut nya enggan mengangkat suara. Tapi jauh didalam hati nya, ia menyetujui perkataan sang adik. Ia menerima hanya karena ingin melindungi sang adik dari siksaan orang tua nya, dan itu yang selalu tertanam dalam diri Ran semenjak Rindou lahir.
Ran mengangkat kepala nya, menarik Rindou kepelukan nya. “Kali ini, sebagai kakak lagi dan lagi melindungi adik nya.” Bisik Ran ketelinga Rindou, Rindou hanya terdiam. Tak mengangkat suara, tak menjawab pernyataan sang kakak.
“kalau sudah tidak sanggup, aku akan bercerai.” Ungkap Ran sambil menarik Rindou keluar dari pelukan nya, Rindou terkekeh pelan. “Siap jadi duda?”
“Siap, masa enggak?”
Sudah 1 bulan semenjak Ran bersama Rindou kembali kepada orang tua mereka, dan Ran menyetujui bahwa ia menerima perjodohan nya dengan syarat ia bisa bercerai dengan Kazutora kapan pun.
Awal nya Mama nya menolak keras, tapi akhirnya di tenangkan oleh sang Papa. Akhirnya di setujui oleh kedua orang tua nya, Ran juga membuat perjanjian dengan ada nya tanda tangan orang tua nya disana.
Disini lah sekarang, Ran berada di butik Takashi Ingin berkata mengakhiri hubungan mereka karena ia telah dijodohkan oleh orang tua nya dengan sang sahabat kecil.
Takashi tengah duduk di hadapan Ran sambil memasang senyum yang biasa ia pancarkan, sangat manis dan Ran sangat menyukai senyum Takashi yang manis itu.
“Taka..” Yang dipanggil menatap sang lawan bicara, memasang senyum semakin manis kearah Ran. Takashi menggeleng pelan, seperti tahu apa yang ingin dibicarakan oleh sang mantan kekasih.
“Aku tahu.” Ucap Takashi sebagai jawaban atas panggilan Ran, Ran mengangkat kepala nya. Menatap Takashi dengan tatapan, ”Apa?”
“Aku tahu semua nya sejak 3 bulan lalu, kak.” Jawab Takashi dengan nada suara yang tak dapat diartikan, Ran hanya terdiam seperti menunggu Takashi melanjutkan perkataan nya.
“Aku tahu kamu dijodohkan sama Kazutora, dan oleh karena kamu menolak perjodohan paksa itu kamu pindah ke apartemen di dekat sini. Pada akhir nya, kamu terima juga, ya?” Takashi bangkit dari duduk nya, berjalan kearah Ran yang ada disebrang nya. Kemudian duduk di samping nya.
“Kak aku mohon satu hal, jangan sakiti Kazutora. Kalau kamu nyakitin dia sama aja itu nyakitin aku, Kalau kamu lupa Kazutora sahabat aku dari kecil. Kasih dia kebahagiaan, Jangan main tangan kalau dia salah. Kasih tahu mana yang benar mana yang salah, mental nya tidak stabil maka nya dia enggak pernah nolak apapun yang dikatakan orang tua nya.” Takashi memegang tangan Ran, mengelus nya pelan dengan senyum manis yang terpasang di wajah nya.
“I hope u happy, kak.” Lanjut nya dengan suara bergetar, Namun senyum nya tak pudar sedikit pun dari wajah nya.
Ran langsung menarik Takashi kedalam dekapan nya, mengelus surai Lilac milik Takashi yang tertata rapi. Di pelukan ini, Ran melepaskan semua rasa yang ia jaga khusus untuk Takashi selama 10 tahun, melepaskan kenangan yang pernah mereka buat, melepaskan semua nya.
Takashi menangis di dalam dekapan Ran, mengcengkram Baju Ran. Ia juga mencoba melepaskan semua hal yang pernah ia lakukan dengan Ran, mengikhlaskan hal-hal yang pernah mereka lakukan bersama.
Ran yang mengetahui bahwa Takashi tengah menangis, semakin mengeratkan dekapan nya. Seperti tak ingin melepaskan Takashi, seperti tak ingin Takashi menjadi milik orang lain. Padahal dirinya yang akan pergi meninggalkan nya.
Takashi melepas dekapan Ran, mengusap air mata nya yang ada di pipi nya. “Kalau mau pesan jas nikahan sama aku, ya? aku bakal bikinin jas yang terbaik buat kamu, meski bukan sama aku.” Ucapan Takashi barusan, membuat hati Ran semakin terluka.
Membuat luka yang awal nya sudah ternganga besar, kini semakin besar.
Ran hanya mengangguk, membalas senyuman manis milik Takashi dengan senyum paksa milik nya. Ia tak mampu.
“Makasih buat 10 tahun nya, kak. Aku sayang kakak.”
ㅡ Fin.
Terkadang ketika kita menjalin hubungan selama bertahun-tahun itu seperti tidak ada artinya, semua akan kalah dengan perintah dan kata-kata orang tua, semua cerita yang pernah dibuat akan sirna begitu saja, begitu juga dengan kebahagiaan. Tak ada yang bisa melawan perintah orang tua, begitu juga dengan Insan yang ada di cerita ini.