ㅡ Surat.

Maki menendang batu dijalan yang ia lewati, cukup kesal karena pertemuan keluarga nya barusan. Berpikir, kenapa ia harus dilahirkan di keluarga ini.

Boleh kah, jika Maki merasa egois? ia ingin mati, kemudian kembali hidup menjadi orang yang berbeda. Tidak terlahir di keluarga ini, tidak terlahir di keluarga yang penuh dengan perseteruan internal hanya karena harta, tahta, dan kekuasaan.

Ternyata, hidup mereka hanya di dedikasikan untuk Harta dan Tahta. Tidak dapat harta, tahta dan kekuasaan, maka tidak hidup.

Maki tertawa miris, keluarga nya benar benar sangat aneh. Rela melakukan apa saja demi mendapat harta, tahta, dan kekuasaan.

Apa penting nya itu semua? hanya Harta, hanya Tahta, Hanya kekuasaan. Kenapa harus di perebutkan? Bukan kah mereka bisa membuat itu sendiri?

Pemikiran mereka sangat dangkal, Begitu pikir Maki.

Ia berjalan menyusuri kota yang sangat besar ini, memeluk diri sendiri karena udara sekarang cukup dingin.

Ponsel nya sudah berulang kali berbunyi, ia tahu. Itu pasti kembaran dan teman teman nya yang menelpon, mencari dimana keberadaan nya.

Dia sekarang ingin menyendiri, bersama dengan mereka tidak mengurangi rasa kesal Maki terhadap keluarga nya.

Maki menatap datar bangunan yang barusan ia lewati, itu adalah gedung perusahaan keluarga nya. Maki berpikir, apa keluarga nya memang sekaya ini?

Dari tadi ia menyusuri kota sehabis pertemuan keluarga, ia selalu saja melihat gedung besar dengan Marga keluarga nya terpampang jelas disana.

Aku membenci keluarga ini. Maki mempercepat jalan nya, takut ia akan dilihat oleh karyawan karyawan yang berkerja disana. Dan mengadu bahwa ia baru saja melewati jalan ini.

Maki melirik jam tangan nya, Sudah pukul 23.32 Ia melirik ke arah halte bus yang ada di hadapan nya.

Apa aku pulang saja? Maki bergumam sendiri, kemudian menggeleng pelan. Tidak.

Maki mengeluarkan ponsel nya, dan membalas pesan kembaran nya yang terlihat mengirimkan nya pesan paling banyak dari yang lain.

Aku tidak pulang, jangan cari aku.

Begitulah balasan yang diberikan oleh Maki.

Ia kembali berjalan menyusuri kota, kaki nya tampak tidak lelah menyusuri kota dari pukul 21.23 dan sekarang pukul 23.46

Ia sampai di sebuah jembatan, ia melihat seseorang berdiri disana; mengisap sepiring rokok.

Kantung mata nya cukup besar, wajah nya tampak lelah. Seperti memikul beban yang lebih besar, dari pada beban yang ia pikul.

Tapi, Maki mengindahkan nya. Ia menatap air sungai yang mengalir di bawah jembatan tersebut, terdapat pantulan bulan di sana.

Maki mengeratkan pegangan nya kepada jaket yang ia pakai, memberikan kehangatan pada tubuh nya sendiri.

Kacamata yang bertengger di hidung Maki, ia lepaskan. Ia memijit pelan pangkal hidung nya.

“Maki Zen'in, benar 'kan?” Seseorang yang tadi sibuk mengisap seputing rokok, sekarang berdiri disamping Maki; namun masih mengisap rokok.

Maki melirik, “Ya? Anda siapa?” nada yang ia keluarkan sangat dingin dan mengintimidasi.

“Yuuta. Okkotsu Yuuta.” Ia menjatuhkan puting rokok nya, kemudian ia menginjak puting yang barusan ia jatuhkan ketanah.

“Oh, anda ada perlu apa ya. Okkotsu?” Masih dengan nada yang sama.

“Ini.” Ia memberikan sebuah surat kepada Maki, kemudian berlalu; Berjalan melewati Maki, meninggalkan gadis bermarga Zen'in itu sendiri yang masih memproses apa yang terjadi.

“Hei. Apa ini?!” Teriak Maki, namun diindah kan oleh seseorang yang bernama, Okkotsu Yuuta tersebut.

Yuuta berhenti, kemudian berbalik jalan pelan.

“Buka surat itu, saat kamu sudah di rumah.” Ia kembali berjalan.

Maki terdiam, ia menatap surat yang baru saja diberikan oleh laki-laki tersebut. Ia pikir, ia baru saja bertemu dengan laki-laki itu.

-

Maki melempar surat yang ia dapatkan dua hari yang lalu ke dalam bak sampah.

Air mata nya mengalir, dada nya cukup sakit.

Kenapa ia sangat bodoh.

Fuck.

Maki menghamburkan semua barang barang yang ada dikamar nya, membuat nya seperti kapal pecah.

Maki melempar kursi ke cermin yang ada di hadapan nya.

“MAKI!! NGAPAIN?!” Mai masuk kedalam kamar Maki, menatap nanar sang kakak kembar yang kini seperti nya sedang tersulut emosi.

“Keluar!”

“Hah?”

“KELUAR!”

Setelah mendengar teriakan yang lebih keras, Mai segera menghela nafas. “OKAY! FINE, I AM OUT!”

Ia menutup pintu nya, Maki kembali menghamburkan isi kamar nya.

Sebenarnya, Apa isi surat tersebut?

Kenapa Maki sampai marah besar?

Dan siapa sebenarnya, Okkotsu Yuuta itu?