Permainan.


Contains warning : nsfw | 21+ | OOC | all chara are legal | homo | boy loves | profanities | kissing | expletives | alcohol consumption | mention of narkoba | drugs | bahasa tak beraturan | gambling (?) | and read own your risk.


Haruchiyo menatap bosan ketiga orang di hadapan nya yang tengah bermain judi, sang adik sesekali berteriak kegirangan kala ia menang dari kedua orang lawan nya. Haruchiyo hanya menonton sambil meninum wine yang di bawa oleh Rindou.

“YEAAYYY!!!!” teriakan menggelegar Senju terdengar di seluruh tempat, ia memenangkan judi. “KAK RIN TRANSFER 35M NYA KE AKU, REKENING KU MASIH SAMA KOK, HEHEHE.” Haruchiyo menutup kuping nya, suara adik nya terlalu mengganggu.

Rindou hanya menghela nafas berat, memasang wajah kecewa. “Iya iya.” ia mengeluarkan ponsel pintar nya, dan kemudian melemparkannya keatas meja. “Cek, udah masuk belum?” tanya Rindou, Senju mengangguk. “Udah!”

“Ini gue doang yang ditagih?” Senju menggeleng, “Chifuyu juga dong!” ia menunjuk Chifuyu yang meminum wine tapi dengan hidung nya yang ia tutup.

“Aneh.” Haruchiyo berkomentar saat melihat Chifuyu meminum alkohol dengan hidung tertutup, “Aneh apanya? AKU LOH GABISA MINUM, TAPI DIAJAKIN.” jawab Chifuyu.

“YA KATA NYA MAU NYOBA TADI???” Senju menjawab pernyataan Chifuyu, “Yaa... ternyata bau.” Senju memutar bola mata nya malas, tapi ia paham. Ia juga saat pertama kali mencoba, tampak ke bau-an.

“Yaudah, sini bayar taruhan.” Senju mengulurkan tangan nya di depan Chifuyu, Chifuyu memasang wajah cengengesan. “Peyoung yakisoba setengah kan nju?” tanya nya. Senju hanya mengangguk, “Iya.”

“Yaudah beli dulu, gue yang bayarin.” Chifuyu berdiri dari duduk nya, Senju mengangguk. “Bentar gue pake celana dulu, sama sekalian ambil jaket. Yakali gue pake mini dress begini ke minimarket, dikata mau ngelonte kali gue.”

“Kan lu emang lonte?” Sahut Haruchiyo, Senju memicingkan mata nya, “Lu kali yang lonte!”


Senju dan Chifuyu sudah pergi ke minimarket, hanya ada mereka berdua sekarang, di temani hening dan 4 botol wine yang sudah tandas dan masih ada 3 botol yang terisi penuh.

“Kenapa diem aja?” Rindou memecahkan keheningan diantara mereka berdua, Haruchiyo hanya melirik sambil menikmati minuman nya.

“Ya, gapapa sih.” Sahut nya.

Rindou hanya mengangguk, tidak ingin membahas terlalu jauh.

Hampir satu jam setengah Senju dan Chifuyu tak kunjung kembali, Haruchiyo juga sudah mulai terpengaruhi oleh wine yang memang kandungan alkohol nya sangat tinggi. Meski ia sudah sering memakai narkoba, tapi tetap saja. wine kandungan alkohol nya sangat tinggi.

Rindou masih setia pada alkohol nya, tak sedikit pun dari wajah nya menampilkan bahwa ia sudah mulai terpengaruhi alkohol.

Rindou melirik sang kekasih yang wajah nya sudah lumayan memerah, pandangan nya kembali ia lurus kan menatap ruang tengah keluarga Akashi tersebut.

Rindou mengambil sebatang rokok, menghidupkannya dan menghisap rokok itu pelan. Jam sudah menunjukkan pukul 11.38 dan adik dari kekasih nya belum kunjung kemari.

“Rin..” Haruchiyo memegang bahu Rindou, Rindou menoleh kearah laki-laki dengan surai putih panjang tersebut. “Kenapa?” tanya nya.

“Senju.. udah pulang?” Haruchiyo bertanya sambil memijat pelipis nya, “Belum.” Jawab Rindou sambil menarik Haruchiyo kedalam pelukannya.

“Kok belum pulang?” Haruchiyo mengambil posisi nyaman di pelukan Rindou, “Ya gatau. Nyasar ke hotel dulu kali mereka.” Jawab Rindou, secara gamblang.

Haruchiyo menggeleng, “Engga. Senju bukan lonte beneran.” Rindou terkekeh pelan, “Iya. Emang nya dia kamu?” Haruchiyo seketika melepaskan pelukan nya. Menatap marah kearah Rindou.

“Aku bener kan? kamu lonte nya aku.” Ucap Rindou sambil mematikan rokok nya, Haruchiyo yang tadi nya memang sudah terpengaruh alkohol, namun masih setengah sadar hanya mengangguk.

Telinga Haruchiyo hanya mendengar setengah-setengah ucapan Rindou barusan, karena efek alkohol nya mulai berkerja. Dan Haruchiyo tadi menghabiskan satu botol wine sendirian saat yang lain sedang sibuk bermain judi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 00.36 tapi tak ada tanda-tanda Senju dan Chifuyu kembali ke rumah, Haruchiyo sudah benar-benar terpengaruh oleh alkohol dari wine yang ia minum.

Haruchiyo menyenderkan kepala nya di bahu Rindou, memainkan tangan Rindou setengah sadar. Ia cukup khawatir dengan Senju, “Rinnn...” panggil Haruchiyo, dengan nada yang manja.

“Iya, kenapa cantik? Senju? belum.” Jawab Rindou, langsung to the point. Ia tahu, bahwa Haruchiyo khawatir dengan Senju.

Haruchiyo hanya merengutkan wajah nya, tangan Rindou ia pukul-pukul pelan karena kesal sang adik tidak kunjung datang.

Rindou melepaskan tangan nya dari tangan Haruchiyo, menangkup pipi laki-laki cantik itu. “Kamu kenapa sih?” tanya nya, wajah merah Haruchiyo semakin suram.

“Ih, aku kesel kok Senju belum pulang. Dia ngelonte beneran sama Chifuyu atau gimana kali ya!” Jelas nya, membuat Rindou gemas dengan cara bicara Haruchiyo.

“Ssshuutt, ga mungkin. Kamu lupa adek mu tuh pacaran sama Mikey? yang ada mati itu si Chifuyu.” Sahut Rindou, wajah Haruchiyo semakin muram. “Iya iya!”

“Jangan muram terus, kamu ngegoda aku minta cium ya?” Haruchiyo menggeleng, melepaskan tangan Rindou yang tadi ada di pipi nya. “Enggak!” sahut nya, sambil menjauhkan diri.

“Masa sih? kamu tuh pura-pura kena efek alkohol atau beneran kena sih?” Rindou mendekat ke arah Haruchiyo, laki-laki dengan surai panjang itu hanya menggeleng-gelengkan kepala nya.

“Kamu tuh ngomong apasih!”

“Aku? aku ga ngomong apa-apa.” Rindou memegang tangan Haruchiyo, menarik nya hingga terjatuh ke lantai kemudian ia tindih.

“Rin minggir ah! nanti Senju liat!”

“Loh? kan gada Senju?”

“Nanti maksud ku!”

“Yaudah sekarang kan gada,”

“Minggir, kamu tuh berat!” Haruchiyo meronta-ronta, pegangan Rindou yang menahan tangan nya cukup kuat.

“Kamu diem, atau mau ku cium?” Setelah mendengar itu, Haruchiyo terdiam, tak ingin melawan lebih jauh meski ia terpengaruh oleh alkohol.

Rindou hanya tersenyum saat Haruchiyo menuruti keinginan nya, ia mulai menciumi leher Haruchiyo. Memberikan Kissmark di beberapa tempat di sana.

Haruchiyo hanya mendesah pelan, menerima semua ciuman yang diberikan oleh Rindou.

Setelah menciumi leher Haruchiyo, Ciuman nya menaik, menjadi menciumi bibir ranum milik Haruchiyo.

Rindou menggigit pelan bibir Ranum tersebut, bermaksud meminta agar Haruchiyo membuka mulut nya dan membiarkan lidah Rindou mengacak-acak isi mulut nya.

Haruchiyo membuka mulut nya, membiarkan Rindou mengacak-acak isi mulut nya. Tak perduli lagi jika adik nya datang lalu melihat apa yang mereka lakukan, sekarang rasanya ia hanya ingin menikmati kenikmatan yang diberikan Rindou.

Cukup lama bibir mereka bertaut, sampai akhirnya Rindou melepas ciuman mereka. Saliva mereka masih tertaut, Rindou mengusap bibir Haruchiyo menghilangkan jejak-jejak Saliva di bibir ranum itu.

“Tadi aja ngeronta-ronta minta lepasin, sekarang malah keenakan. Aneh kamu tuh, ya Chiyo?” Haruchiyo hanya terdiam, masih mengatur nafas nya yang tak stabil.

Tangan Rindou memegang area bawah Haruchiyo, “Keras banget. Kamu udah sange banget ya? masa ciuman doang udah kayak gini, belum lagi punya ku, ku masukin.” Haruchiyo menggeleng keras. Menandakan bahwa ia mengatakan, ‘Tidak’ atas pernyataan Rindou barusan.

Rindou hanya tersenyum, kemudian kembali menciumi Haruchiyo dengan lebih brutal. Ia juga menggesek-gesekkan kaki nya di sela-sela paha Haruchiyo.

Haruchiyo hanya menerima semua yang dilakukan oleh Rindou dengan cara, mendesah, mendesah, mendesah. Tak ada yang lain.

Tangan Haruchiyo hanya mampu meremas bagian belakang baju milik Rindou, hanya merasakan semua kenikmatan yang diberikan oleh Rindou.

Rindou melepas ciuman mereka, lagi. Ia membuka celana milik Haruchiyo. “Sinting, kontol lo keras banget. Mau gue bantu?” Pernyataan Rindou mendapatkan anggukan dari Haruchiyo, Rindou memasang seringai.

“Mohon-mohon dulu lah, ga seru kalau gue langsung bantu.” Haruchiyo sedikit terkejut, tapi mau bagaimana lagi.

“Rin... bantuin...” Ucap nya, dengan nada yang sangat lirih. “Yang keras dong, sayang.” Ucap Rindou, tak puas.

“Rin.. bantuin aku!” Haruchiyo sedikit berteriak, dengan nafas yang terengah-engah. Rindou memasang senyum senang. “Anything for you, sayang.”

Rindou mulai memainkan tangan nya di penis Haruchiyo, memainkan dengan tempo yang berbeda-beda. Kadang ia memainkan dengan tempo yang pelan, bermaksud menggoda Haruchiyo, kadang ia memainkan dengan tempo yang cepat sambil menatap wajah Haruchiyo yang tampak indah di mata nya.

Haruchiyo hanya bisa menggigit bibir bagian bawah nya, dengan sesekali mendesah. Rin memainkan milik nya tak sesuai ritme yang di inginkan oleh Haruchiyo.

Tapi Haruchiyo hanya pasrah, dari pada ia tak bisa mengeluarkan milik nya; lebih baik seperti ini saja.

Saat hampir pencapaian nya, pintu rumah keluarga Akashi terbuka, menampilkan Senju dan Chifuyu yang membawa masing-masing 2 plastik besar; menatap mereka dengan tatapan terkejut.

Kemudiam mereka berdua berbalik badan, “Harus nya tadi kita lamain belanja nya. Puy.” Ucap Senju, dengan berteriak sengaja.

Kemudian Rin terkekeh pelan, “Harus nya lamain aja, Kakak lo belum keluar nih, ju.” teriak Rindou, yang masih memainkan milik Haruchiyo.

“Oke, gue sama Chifuyu mau balik kesupermarket lagi kalau gitu. JANGAN LUPA PAKE KONDOM.” Rindou hanya menjawab perkataan Senju dengan gumaman.

Ia kemudian menatap Haruchiyo yang terengah-engah dan memasang wajah sedih karena belum sampai di pencapaian nya.

Rindou memasang senyum, kemudian kembali memainkan milik Haruchiyo.

– Fin