Promise.
Inui Seishu sebenarnya ‘Sedikit lelah’ karena ia selalu di pandang oleh seseorang yang ia cintai sebagai kakak nyaㅡ Akane.
Ia lelah, benar-benar lelah. Bisakah ia mengakhiri semua nya? Bisakah ia menghilang kan rasa nya?
Inui memijit pelipis nya, kemudian menatap langit langit malam yang gelap tanpa ada bintang dan bulan hadir di atas sana.
Saat menatap langit langit malam, ia tiba-tiba teringat masa lalu. Saat ia di selamatkan dari Insiden rumahnya yang terbakar.
Ia memasang senyum kecil, “Andai saja yang kamu selamatkan saat itu kak Akane. Bukan aku, Ko. Pasti sekarang kamu bukan berandalan kayak sekarang.” gumam nya dengan 'Cukup besar'.
“Hah? ngomong apa tadi Pi?” Sahut seseorang, Inui menggeleng pelan. “Ga. Gapapa Puy. Balik yok? atau mau tempat Takemicchi?”
“Tempat Takemicchi ajalah, Malming nih.” Jawab Chifuyu sambil berjalan ke arah motor nya. “Mau ngegay sama Takemicchi kah?” Tanya Inui sambil tertawa kecil.
“Huek. Ga dulu.”
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Inui sudah kembali ke rumah nya, ia menatap langit langit kamar nya. Bayang-bayang rasa bersalah kembali muncul.
“Andai aja waktu itu...” ucap nya pelan sambil menutupi cahaya lampu yang ada di kamar nya.
Inui bangkit dari tempat nya merebahkan diri, melirik jam dinding yang sudàh menunjukkan pukul 24.37 itu arti nya sudah hampir jam 1 malam.
Inui mengambil jaket nya yang tergantung di samping pintu kamar nya, ia memakai jaket tersebut.
Turun, ia mengendarai motor nya di tengah malam yang sudah sangat sunyi. Sesekali hanya berpapasan dengan truk atau mobil.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Inui mengeluarkan ponsel nya dari saku celana nya, mengirim pesan kepada seseorang.
Setelah merasa selesai mengirim pesan, ia berjalan ke arah ayunan yang ada di taman.
Ia duduk di ayunan tersebut, mengayunkan diri nya sendiri dengan pelan sambil melamun.
Sekitar 30 menit Inui melakukan hal itu, akhir nya seseorang yang ia kirimi pesan datang.
“Inupi? kenapa malam-malam begini?”
Inui mengangkat kepala nya, tersenyum tipis.
“Let me be honest, okay? Just listen, it's up to you after this you hate me more or what. Having said that, I will leave.”
“Okay?”
“Jadi... maafin aku ya, Koko. Seharus nya aku engga naruh perasaan sama orang yang jelas jelas ga suka aku kan? aku naruh perasaan sama kamu, Ko. Maaf ya, ga bermaksud mau nikung kak Akane sih. hehe, perasaan mana ada yang tahu. Kan? Kadang, aku ngerasa marah banget pas Koko anggap aku sebagai kak Akane. Kadang aku mikir, boleh ga? aku egois. Sekali aja. Aku pengen kamu pandang sebagai ‘Inui Seishu’ bukan Kak Akane. tapi, itu cuman halu ku doang kan ya? jadi enggak bakal terjadi. Hehe. Maafin aku juga, harusnya yang kamu selametin kak Akane kan? Bukan aku. Aku ngerasa bersalah banget sama kak Akane, Harus nya dia bahagia sama kamu. Maafin juga, aku buat kamu jadi berandalan. Maaf banget ya... dan Makasih udah mau ngikutin aku..” Inui memasang senyum lebar, Ia menatap Koko yang ‘Mungkin’ masih memproses apa yang di bicarakan oleh Inui.
“Emm.. sekali lagi, Sorry. Gue pulang dulu ya, Ko.” Inui berjalan melalui Koko yang masih terdiam sambil tersenyum ㅡmungkin manis.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Di jalan, air mata Inui keluar. Penglihatan nya mulai buram, Ia berusaha menghapus air mata tersebut.
Tapi, apa yang ia dapat? ia malah terlempar cukup jauh saat motor nya mulai oleng dan menabrak sebuah ruko.
Inui tersenyum, kemudian tertawa pelan.
Ini kah akhir hidup nya? tapi ia merasa bersyukur, jika ia mati sekarang. Ia akan mati dengan tenang, karena sudah mengutarakan perasaan nya.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Inui membuka mata nya pelan, ia menatap sekeliling nya.
'Ini...rumah sakit? aku selamat?' batin nya, ia mencoba bangkit dari kasur. Tapi, kepala nya cukup berat.
Inui mendengar ada suara yang membuka pintu ruangan nya, ia melirik.
Itu Chifuyu.
Chifuyu menatap Inui yang sudah sadar, tiba-tiba...
“INUPI UDAH SADAR!” Chifuyu langsung ngibrit keluar dari ruangan Inui. Mungkin berbicara pada dokter.
Dan benar saja, lihat sekarang. Inui sedang bersama dokter dan suster.
“Tidak cukup parah sebenarnya, cuman karena terlambat di bawa ke rumah sakit kamu enggak sadar selama seminggu.” Ucap dokter sambil melepaskan alat bernapas yang menempel pada hidung Inui.
“Anu, yang bawa saya ke rumah sakit siapa ya Dok? itu tengah malam...” Tanya Inui pelan, tapi masih bisa di dengar oleh dokter.
“Kalau tidak salah... laki-laki dengan rambut hitam, dan agak sipit.” Inui mengerutkan alis, rambut hitam dan agak sipit?
Koko?
“Oh...”
“Oh ya, Inui 3 Hari lagi kamu bisa pulang. Karena keadaan mu enggak cukup parah.” Ucap Dokter, Inui mengangguk.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Setelah dokter dan suster keluar, Chifuyu masuk dan duduk di samping Inui.
“Pi, ada yang mau ketemu.” Ucap nya sambil menunjuk pintu ruangan.
“Ya suruh masuk lah, dongo. Ngapain pake izin segala.” Jawab Inupi.
“Tapi, katanya pengen ngomong berdua doang. Pi, boleh enggak?”
“Berdua? em... boleh deh. Tapi, jaga jaga ya Puy.”
“Santai.”
Chifuyu keluar dari ruangan tersebut, ia berbicara dengan seseorang yang 'Katanya' ingin bertemu dengan nya.
Chifuyu membuka lebar pintu ruangan tersebut, nafas Inui tercekat.
Yang ingin bertemu dengan nya adalah, Kokonoi.
“Tutup, Puy.” Perintah Koko.
“Iye, tau gue.”
Koko berjalan mendekati Inui, kemudian duduk di kursi yang ada di samping kasur Inui.
“Koko ngapain kesiㅡ” belum Inui menyelesaikan Kalimatnya, Koko sudah menutup mulut nya.
“Maafin gue, Pi. Gue selalu Mandang lo sebagai kakak Lo, Maafin gue juga. Karena gue, Lo jadi ga sadar selama seminggu. Maafin gue Pi, maaf banget... gue enggak tau harus gimana, tapi.. gue sayang banget sama lo. Gue ga pengen lo pergi... maaf...” Inui mengerjapkan mata nya berkali-kali. Kemudian tersenyum kecil.
“Koko, kalau mau ngehibur gue jangan begini.” Jawab nya santai.
“Tapi, gue serius. Inui Seishu.”
Inui terkejut, “Hah?”
“Yang gue omongin, gue serius. Inupi, gue sayang sama lo. Gue gamau kehilangan lo, gue janji mulai sekarang gue engga bakal pandang Lo sebagai kakak Lo lagi. gue bakal pandang Lo, sebagai Inui Seishu.” Inui bingung harus menjawab apa, ia hanya diam sambil menatap Koko yang ada di depan nya.
“Gue janji, Inupi...” Koko memberikan jari kelingking nya ke hadapan Inui, meminta dengan jari kelingking itu kalau ia berjanji.
Inui menghela nafas, kemudian mengaitkan jari kelingking nya ke jari kelingking Koko.
“Oke, gue pegang janji Lo ya?”