Semua.


Mereka semua sudah ada dibandara, sampai tepat pada pukul 19.00 kurang 2 menit dari waktu yang dijanjikan.

Aksa mendudukkan diri di kursi yang tersedia dibandara, disampingnya ada Revasha yang juga ikut duduk bersamanya. Sedangkan yang lain pergi ke cafetaria Bandara, bermaksud tak ingin menguping pembicaraan Aksa dan Revasha, Meski mereka sudah membicarakan hal itu sedikit saat di mobil tadi.

“Lo kenapa putus?” tanya Aksara secara gamblang, Revasha hanya terdiam, ia menutupi wajahnya dengan topi yang diberikan Aksa.

“Orang tuanya, ngelarang dia buat berhubungan sesama jenis. Gua yakin, Angkasa bakal ngelakuin hal yang sama. 2 bulan lagi, Kak Chandra bakal tunangan sama cewek pilihannya,” Revasha menegakkan tubuhnya, memberikan topi yang ia gunakan kepada sang pemilik.

Pilihannya?” ulang Aksa, ia-pun juga ikut menegakkan tubuhnya, menatap Revasha yang ada disampingnya. Revasha mengangguk, “Kak Chandra cerita semuanya. Dia bilang, dia dikasih banyak banget foto cewek, dan dia harus pilih satu diantara cewek itu. Kalau enggak milih, maka dia harus terima cewek yang dipilih sama orang tuanya. Karena dia gamau

Jadi dia milih sendiri, atau dia bakal ke Aussie. Gua rasa sekarang Angkasa bakal Ke Aussie, terus dia mutusin lo, gamau ngambil sembarang opini, tapi gua cuman mikirin secara logis karena kita berhubungan sama anak keluarga Reisha.” Jelas Revasha, Aksara hanya terdiam. Memikirkan perkataan masuk akal yang dijelaskan Revasha.

“Yang dibilang Reva bener kok,” Suara Amerta, terdengar dari arah belakang Aksa san Reva. Mereka berdua reflek berdiri, dan menatap nanar Amerta yang kini tengah memakai hoodie dan juga syal serta membawa 3 koper dan 1 tas selempang, disampingnya ada Chandra, Kakak Amerta.

“Maaf...” Amerta melepas pegangan pada wadah kopernya, memeluk Aksa. “Maaf...”

“Aku gamau... tapi orang tuaku maksa.. aku gamau ninggalin kamu...” Aksa hanya terdiam mendengar perkataan Amerta, tangannya hanya mampu mengelus-elus punggung sang mantan kekasih.

Aksa memasang senyum paksa, ia melepas pelukan Amerta. “Ini perintah orang tua kamu, lepasin aku. Bahagia disana, ya? lepasin, lupain aku. Kamu pantes dapet perempuan.” Aksa mengacak-acak rambut pirang milik Amerta.

Mata Amerta sudah tak bisa menahan tangisnya, ia terisak. Mengangguk-angguk atas perkataan Aksa. “Aku harap kamu nemuin rumah kamu di Australia, aku bukan rumah yang kamu tuju, Amerta.” Amerta hanya menjawab dengan gelengan.

“Kamu rumah aku, kamu tempat berteduh aku, enggak ada yang bisa gantiin posisi kamu..”

Aksa menggeleng keras, menepuk-nepuk kepala Amerta. “Makasih buat 2 tahunnya, ya cantik? i hope u happy. Maybe, see u next time. I love u so much much much.” Aksara menarik Amerta kedalam pelukannya, “I love u more...” jawab Amerta dengan suara bergetar. Ia masih terisak didalam pelukan Aksara.

Amerta melepaskan pelukannya, “Maaf dan makasih ya..” Aksa mengangguk dengan senyuman paksa terpampang jelas diwajahnya.

Buk!

Tiba-tiba terdengar suara seseorang memukuli orang lain, saat Aksa, Amerta, Reva dan Chandra menoleh kearah belakang Aksa dan Reva, ternyata itu adalah Renjana tengah menangis, namun sambil memukuli dada sang kekasih yang mendekapnya.

Sean dan Jay hanya tersenyum menahan malu, sedangkan Aji dan Seiya berusaha menenangkan Renjana. Rafael hanya pasrah, Chakra dan Andara menertawakan mereka dalam diam karena tak ingin merusak suasana dihadapan mereka, dan Mahesa dengan wajah datarnya melihat adegan yang mengharukan dihadapan nya.

“Malu banget gua.” ucap Mahesa, yang mendapat gelak tawa dari sekitar.

“Aku harap hubungan kita bisa baik-baik aja.” Amerta mengangguk, meng-iyakan perkataan Aksara.

“Aku harap juga begitu..”