tell the truth.
Rava memencet bell apartment milik Satya, disebelahnya berdiri laki-laki jakung yang orang-orang kenali sebagai Surya, tapi Rava memanggilnya, Sun.
Pintu apartement terbuka, menampilkan Satya dengan hoodie kebesaran miliknya, membuat Rava gemas, tapi ia menahan diri. “Masuk Rava, Surya.” kedua-nya mengangguk, mereka masuk kedalam apartemen yang dibeli Satya.
Mereka bertiga duduk di ruang tengah apartemen Satya, hanya keheningan yang ada diantara mereka. Rava menghela nafas panjang. Mungkin, Satya akan marah, atau mungkin malah memutuskan pertemanan dengannya. Pikiran negatif sudah memenuhi otaknya.
Ia tak bisa lagi berpikir jernih untuk menjelaskan semua-nya, Rava mengutuk orang yang menjodohkannya dengan pasangan teman dekatnya.
“Ekhem.”
Rava berdeham, membuat Satya dan Surya menoleh kearah gadis bermarga Abimana tersebut. “Mau minum enggak? gua bikinin.” Satya bertanya, menatap Rava dan Surya bergantian.
Rava menggeleng, “Enggak usah...” sahutnya, Satya hanya mengangguk mengerti. “Lo mau cerita apa, Rava?”
Deg.
Seperti itulah jantung Rava, seperti tiba-tiba diserang oleh sesuatu. “Gua udah nyiapin semuanya dari satu tahun lalu, semoga gua bisa.” ucapnya, dalam hati.
Rava menghela nafas berat, membuat Satya bingung. “Mau minum dulu enggak?” tawar Satya, lagi. Rava lagi-lagi menggeleng, kemudian kembali mendapat anggukan dari Satya.
“Satya, jangan marah. Dengerin penjelasan gua dari awal, ya?” Rava berucap ragu, Satya menatapnya bingung, namun, akhirnya ia memberikan anggukan atas pernyataan Rava.
“Gua seminggu lagi nikah sama Hesa...” Rava berucap pelan, hampir tidak terdengar, “Ya?” Satya menanggapi.
“Gua seminggu lagi nikah sama Hesa, BUT... PLEASE DENGERIN DULU???” Rava tiba-tiba bersuara tinggi, air wajah Satya tak bisa di artikan. Tapi, ia tetap mengangguk menanggapi perkataan Rava.
“Satu tahun lalu, mama gua bilang, gua bakal dijodohin sama Hesa. Gua udah nolak, tapi dia tetep maksa. Sampai, hari itu gua diajak kerumah Hesa, tapi Hesa enggak tau. Disitu gua ga sengaja bongkar kalau lo sama Hesa pacaran. Gua kebawa emosi, maaf. Terus bulan-bulan selanjutnya gua selalu nyoba buat nolak, hasilnya sama. Pada akhirnya, gua kalah. Gua ga kalah, tapi gua ngalah.
Gua ngalah, karna gua punya rencana. Lo harus ikutin rencana gua, Satya.” Satya menatap Rava, terdiam menatap wajah gadis itu. Lalu mengangguk sebagai tanda, bahwa ia setuju meski belum tahu apa rencana sang gadis.
Rava menghela nafas, lagi. “Jadi, saat pertemuan keluarga kemaren, gua udah ngasih syarat. Yang pertama, hak Riki jadi punya gua, dan gua udah dapetin itu. Yang kedua, gua mau kita, lo, gua, Hesa lost contact dari orang tua gua, orang tua Hesa. Gua mau kita pindah, Ke Jogja or Bandung. Ketiga, gua bakal lanjut kuliah ke Aussie, bareng Surya. Sebelum gua pergi ke Aussie, gua bakal nikahin lo sama Hesa, dan...” Rava mengambil nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan berat.
“Gua bilang, kalau lo bisa hamil, gua cerai sama Hesa, kalau lo gabisa hamil, lo cerai sama Hesa. Tapi, itu semua cuman kedok gua, mau lo hamil atau enggak, Aya, gua yang bakal cerai sama Hesa.” Rava mengakhiri ucapannya sambil menatap wajah Satya yang hanya terdiam.
“Tapi gua cowok, Rava...” Rava mendengar ucapan kecil Satya, Rava berdiri, ia yang semula duduk bersebelahan dengan Surya, kini berpindah duduk bersebelahan dengan Satya.
“Gua udah bilang, syarat terakhir cuman kedok. Kalau lo bisa, gua seneng, kalau gabisa, kalian bisa adopsi anak, 'kan?” Rava mengelus punggung Satya, “Rava.. lo rela ninggalin kerjaan lo sebagai dosen?”
Rava mengangguk sebagai jawaban, “Iyalah. Udah setahun gua mikirin ini, akhirnya gua nemu waktu yang tepat. Tapi, nikahannya ini cuman kerabat dekat sama keluarga yang tau. Satya, lo kalau ga kuat, gausah datang, atau pura-pura gatau sama semuanya, ya?” Rava kembali berujar.
Satya hanya mengangguk, dia ingin marah karena kekasihnya akan menikah dengan sahabat kecilnya, tapi disisi lain ia sudah dijelaskan semuanya dari awal sampai akhir. Bahkan, pikiran tentang apakah ia bisa hamil memenuhi otaknya.
Satya berharap ia bisa, agar Rava tak perlu melakukan pembohongan. Satya harap.
Rava mengacak-acak rambut Satya, membuat Satya kembali terfokus pada gadis dihadapannya. “Gausah dipikirin, sekarang lo bikin surat pindah tempat kerja, ya. Maaf banget jadi rumit gini, mana nyerempet ke hubungan lo sama Hesa, emang mantan mama gua ngeselin.” Keluh Rava, kembali duduk disamping Surya.
Satya hanya terkekeh pelan, “Makasih ya, Rava.”