The Adinata House.


Amerta sekarang berdiri di depan rumah keluarga Adinata, rumah dengan gaya klimis yang dahulu sering ia kunjungi, Saat masih berpacaran dengan Aksara.

Ia mengambil nafas dalam, mencoba menguatkan hatinya. Ia kembali memijakkan kakinya, dirumah yang dahulu pernah membuat kenangan indah.

Setelah Amerta mengetuk 3× pintu rumah tersebut, akhirnya ada jawaban dari sang pemilik rumah. Namun, terdengar seperti bukan suara dari salah satu penghuni.

Pintu rumah besar tersebut dibuka, menampilkan sesosok yang sangat ia kenali. Renjana, teman adik dari Aksara, dan kekasih dari teman Aksara, ㅡRafael.

“Oh.. Kak Amerta..” Ucapnya, dengan sedikit terbata. “Iya.. Aska-nya ada didalam?” Renjana mengangguk, membukakan pintu rumah tersebut lebih lebar, menampilkan Jeirana yang sedang duduk disofa bersama dengan laptop dan kertas-kertas yang berserakan.

“Kak Amerta, ya?” Jei menatap tak enak, Amerta hanya mengangguk pelan. Ia yakin, Bahwa Aksara hanya memberitahu Jeirana, tidak dengan Kalino dan Askara.

“Kak Aska-nya ada di dalam kamar, langsung aja ya kak. Kalau kak Aksara, pergi sama Rafael.” Ucapnya Jei, yang lagi-lagi hanya mendapat anggukan dari Amerta.

“Aku ijin ke atas ya?” Jeirana hanya mengangguk, sebagai jawaban atas permintaan (?) Amerta.

Jantung Amerta berdegup lebih kencang dari biasanya, padahal ia hanya berbicara dengan Jeirana, dulu mereka juga dekat. Tapi, sepertinya Aksara memberitahu semua-nya kepada Jeirana, yang membuat Jeirana kepada Amerta jadi lebih berbeda.


Amerta sudah hapal kamar-kamar siapa saja yang ada di lantai dua, jadi ia dengan mudah menemukan dimana kamar Askara berada.

Amerta mengetuk pintu yang bertulisan, “Askara” dengan huruf latin tersebut. Setelah 2× mengetuk, akhirnya ada teriakan dari dalam.

“Siapa?”

Amerta mengambil nafas dalam, “Amerta..” sahutnya, kecil. Mungkin terdengar atau tidak oleh sang pemilik kamar.

“Siapa? KALAU KAMU JEI JANGAN ISENG NGETUK-NGETUK!” teriak Askara.

Bibir Amerta terasa kelu, ia tak bisa. Tak kuat.

“Ini Amerta, Aska.” ucapnya, dengan sedikit berteriak. Setelahnya kemudian, terdengar suara kursi jatuh, dan suara orang berlari.

Pintu dibuka, menampilkan Askara dengan rambut yang tidak rapi, ia memasang senyum manis kearah Amerta.

Tanpa basa-basi, Askara langsung memeluk Amerta, “KANGEN BANGET! ayo masukk!” Askara menarik Amerta kedalam kamarnya, Jei yang melihat dari lantai bawah hanya terdiam melihat kelakuan kakak perempuan satu-satunya.

Renjana yang melihat itu memukul kepala Jeirana, “Masa lalu, bisa diubahkan?” Ucapnya, yang membuat Jeirana kebingungan. “Aduh bego, masa lalu bisa diubah. Gada salahnya biarin dia masuk lagi kehidup Aksara.” Jeirana hanya terdiam.

“Tapi lo tau alasan nya, Renjana.”