The road.

Jam saat ini sudah menunjukkan pukul, 19.23 sekitar 7 menit lagi untuk jam pulang kerja di Kantor Makima.

Makima meregangkan tangan nya yang agak penat karena seharian penuh ini ia hanya duduk di depan laptop sembari mengerjakan perkerjaan yang diberikan bos nya.

Makima mengambil handphone nya, mencari nama ‘Albino Bodoh.’ dan kemudian memberi pesan singkat, bahwa ia 7 menit akan keluar kantor.

Baru saja rasanya ia mengirimkan pesan, sudah dibalas saja oleh sang Albino. Makima menaruh kembali Handphone nya ketempat semula, dan mulai membereskan barang-barang diatas meja nya.

-

Makima kini tengah berdiri di depan gedung kantor nya, menunggu si ‘Albino’ yang tadi sore mengajak nya berjalan jalan.

Tidak sampai 10 menit Makima berdiri disana, sebuah mobil ber-merk Lamborghini berwarna putih berjalan kearah nya.

Makima sudah tahu, siapa yang membawa mobil itu. Sudah pasti sang ‘Albino’.

“Hai cantik, nunggu lama ya?” suara berat itu terdengar, Jujur saja setiap mendengar suara itu Makima ingin menendang wajah tampan sang Albino.

“Enggak, Sat.” Jawab Makima singkat, ia memasuki mobil sang Albino.

“Yah, kirain nungguin lama.” Ia memasang wajah yang berpura pura cemberut. Makima mengerutkan alis nya.

“Emang kenapa? kalau lama udah gue tinggal balik. Di pikir bakal nungguin lebih lama?” Jawab Makima sambil menyenderkan tubuh nya di kursi mobil.

“Ya siapa tau, kamu rela gitu nungguin aku sampai kaki kamu pegel. terus nanti aku gendong, aw sosweet bangett.” Makima yang mendengar itu langsung memukul kepala Si Albino alias Gojo Satoru dengan buku yang ntah sejak kapan ada di mobil itu.

Satoru menggaduh kesakitan sambil memegang kepala nya yang terkena pukul oleh Makima.

“Ini mau kemana? kalau enggak ada tujuan, mending antar gue pulang.” Makima menatap jalanan, ia menikmati hembusan angin malam yang cukup dingin. Membiarkan dingin nya angin menusuk kulit pipi putih nya.

“Kita punya tujuan kok, tunggu aja. Bentar lagi juga nyampe.” Jawab Satoru sambil menambah kecepatan mobil yang ia bawa.

-

“Kita makan dulu ya, Mak? gue tau lu belum makan.” Satoru memarkirkan mobil nya di depan restoran Sushi Mahal yang ada di depan.

Makima hanya mengangguk, menuruti apa kata laki-laki di depan nya saat ini.

Saat Makima ingin membuka pintu mobil, Pintu mobil nya sudah di buka duluan Oleh Satoru.

“Apasih, lebay banget lu. Pake acara bukain segala.” Ucap Makima sambil keluar dari mobil.

“Biar so sweet tau.” Jawab Satoru sambil mendatangi Makima yang mulai berjalan menjauh dari parkiran.

-

“Makima, Lo pesen apa?” Tanya Satoru pada gadis di depan nya yang tengah sibuk memainkan ponsel.

Saat mendengar suara Satoru, Makima menaruh ponsel nya. Dan menatap datfar menu yang di perlihatkan oleh Satoru.

“Lo pesen apa, Sat?”

“Salmon Aburii Roll.”

“Kalau gitu, gue Kaki Guratan Original.”

“Udah? Lo pesen itu doang?” Makima hanya mengangguk, kemudian melanjutkan acara bermain ponsel nya.

Satoru dan Makima sibuk dengan dunia nya masing-masing, saling bermain ponsel satu sama lain.

Tidak ada topik di antara mereka.

“Eh mak.” Makima mengangkat kepala nya mengalihkan fokus nya kepada laki-laki di depan nya.

“Lo tau enggak?” Makima menggeleng.

“Dua best friend gue mau nikah, anjing gue ditinggal ngejones.”

“Kan ada gue.” jawab Makima, tak sadar.

“HAH?! LO MAU NIKAH SAMA GUE?” teriak Satoru reflek.

“Hah? emang tadi gue ngomong apa?” Tanya Makima sambil melirik kiri kanan.

“Lo tadi ngomong, ‘Kan ada gue.’ gitu.”

“HAH ANJING. ENGGAK MUNGKIN MULUT GUE JAWAB GITU.”

“TAPI LO NGOMONG GITU TADI. LO SUKA SAMA GUE YA?????”

“Ga. pede banget.” Jawab Makima sambil mengalihkan fokus nya kembali ke ponsel.

“Hilih Tsundere.”

“Shut up, tutup mulut mu.”

-

Jam sekarang menunjukkan pukul 21.32 Satoru dan Makima sudah selesai makan sekitar 30 menit yang lalu.

Mereka sekarang sedang berjalan menuju tempat yang ingin di tuju Satoru.

Makima juga sebenarnya tidak tahu, mereka mau kemana. Dia ngikut saja, asal jangan di bawa kabur. Ia masih punya tanggung jawab di rumah nya.

-

Setelah 1 jam perjalanan, Mereka akhir nya sampai.

Saat ini mereka berada di puncak gunung, Makima sendiri bingung. Untuk apa ke gunung malam malam begini?

Lebih baik, saat libur saja.

“Ngapain kesini jam segini, Sat?” Tanya Makima yang sedang duduk di tepian jurang.

“Enggak ada sih. Gue tiba-tiba pengen ngajak lu ke gunung aja.”

“Mendingan gini tadi gue pulang aja, mungkin gue udah bergulung diatas selimut.” Jawab Makima sambil mengeratkan selimut yang tadi diberikan oleh Satoru.

“Hehe, maap deh. Gue ganggu acara istirahat lu yak?” Makima menggeleng pelan, “Enggak sih. Cuman bingung aja.”

Satoru mengangguk-angguk.

“Mak, gue mau ngomong...”

“Hm? ngomong aja kali, ngapain pakai izin segala.” Jawab Makima sambil beranjak dari duduk nya, ia takut tanah yang ia duduki tiba-tiba jatuh.

Kan tidak lucu kalau ia jatuh.

“Mak....gue serius.” Ucap Satoru sambil menahan tangan Makima.

“Iya ngomong aja astaga Satoruu, Kayak sama siapa aja Lo mau ngomong.” Makima bisa merasakan, bahwa tangan Satoru saat ini sangat dingin.

Mungkin karena cuaca gunung, makanya tangan nya sangat dingin.

“Makima. Would you like to add 'Gojou' in front of your name?” Makima menatap bingung Satoru.

“Hah?” Ia mengerutkan alis nya.

“Em.. Will you marry me?”

Makima membelalakkan mata nya, wajah nya sudah sangat memerah setelah mendengar Kalimat yang baru saja di keluarkan Satoru.

“Ah apasih, Sat. Bercanda Lo ga lucu banget bego.” Makima menyentil dahi laki-laki tersebut.

“Gue enggak bercanda, kali ini serius.” Jawab Satoru dengan nada bicara yang berbeda, membuat Makima membeku di tempat.

“So, you want to marry me?”

Makima bingung, pikiran nya kemana-mana. Tapi, ia harus memilih pilihan yang tepat dan pilihan yang tidak membuat nya menyesal.

Makima menghela nafas berat, kemudian menatap Satoru dengan senyum manis.

“Yes. I will.”