saraga’s

Mikey dan Baji adalah teman dari kecil, rumah mereka sebenarnya bersebelahan. Tapi karena terkadang, Mikey pergi bersama teman satu fakultas nya, atau Baji yang sering menjemput kekasih nya. Mereka tidak pernah berangkat bersama sejak lulus SMA.

Mikey sudah menyukai Baji semenjak SMP, dan Baji tidak tahu akan hal itu.

Mikey mencoba mengubur rasa nya terhadap lelaki gondrong itu, namun tidak bisa.

Seperti Tuhan tidak memperbolehkan nya untuk melepaskan Baji begitu saja ke genggaman orang lain.

Dan harusnya bersyukur lah Baji karena Tuhan melarang Mikey untuk menghilangkan rasa pada nya, Karena jika tidak ada Mikey, Baji mungkin tidak memiliki samsak untuk melepas Badmood nya.

Mikey sudah menjadi tempat Baji untuk berpulang sejak mereka kecil, semua masalah yang Baji miliki akan ia ceritakan kepada Mikey.

Tidak terlepas dari satu pun cerita, meski itu tentang Mikey. Karena Baji adalah orang yang gamblang.

Dan dengan senang hati, Mikey mendengarkan cerita Baji. Sambil sesekali mengejek atau menghina nya.

Tapi, Jika Baji mulai menceritakan tentang sang kekasih kepada nya. Mikey akan menjawab malas, sambil memakan cemilan atau memainkan ponsel pintar nya.

Baji tidak masalah dengan hal itu, karena ia tidak tahu. Bahwa teman dari kecil nya ini, menyukai nya.

Tapi, ketika Baji menceritakan masalah hubungan nya dengan Chifuyu yang semakin hari semakin jauh, Mikey akan memberikan nasehat terbaik untuk nya.

Dan memberi nya pilihan, namun selalu tidak Baji dengarkan.

Hanya akan di jawab, “Ya. Maaf, Key.”

Mikey sebenarnya senang jika diajak berjalan, berduaan dengan Baji. Namun, karena mengingat alasan apa yang membuat nya diajak seperti ini, kesenangan nya hilang.

Ia hanya dijadikan samsak, pelarian oleh Baji.

Dan tidak perduli berapa kali ia disakiti oleh Baji, ia akan tetap bertahan dengan rasa nya. Meski rasa nya sakit, perih.

Katakan Mikey bodoh, karena ia terlalu menyayangi Baji.

Padahal dibelakang sana ada juga yang terus mengejarnya.

Tapi hati Mikey tetap teguh pada pendirian nya.

Tidak perduli dengan orang dibelakang nya, ia hanya menginginkan Baji.

Ia hanya ingin Baji menatap nya di belakang sini, menganggap nya tapi bukan sebagai teman atau pelarian.

Hanya ilusi.

Tidak akan pernah jadi kenyataan, kalau Baji terus menerus terjebak dengan ‘Rasa’ sayang yang diberikan oleh Chifuyu.

Padahal lelaki itu, sering kali bertemu dengan mantan nya.

Sampai kapan Mikey harus menunggu Baji? Sampai kapan? Ia sudah cukup lelah dengan semua nya.

Tapi, Mikey percaya. Bahwa, Ia akan menemukan Bahagia nya suatu hari nanti. Ia tidak apa di sakiti sekarang.

Mikey sedang duduk di atas jok motor milik Baji sambil memakan-makanan yang Baju belikan, Mata nya terfokuskan pada ponsel pintar nya.

Mereka berdua sama-sama sedang sibuk dengan dunia nya masing-masing, padahal mereka berdua bisa saja mengobrol atau melakukan hal yang tidak berguna.

Apalagi, Baju adalah sosok yang aktif. Dan banyak lelucon yang kadang muncul dari bibir nya, dan itu selalu membuat orang tertawa atau ingin memukul Baji.

Mikey menaruh ponsel nya kedalam saku celana nya, “Ji.” Panggil Mikey sambil menggigit sedotan yang ada di minuman nya.

Baji mendongak, “Kenapa?” Tanya nya.

“Sampai kapan lo begini sih, Ji? dia udah jelas jelas emang sengaja ga ngabarin lo ketemu mantan nya, dengan alasan dia lupa. Selalu begitu, setiap kali ketahuan, keciduk atau semacam nya. Kenapa ga lo lepasin aja, sih? lama lama gini lo yang sakit, tau ga?” Baji menatap intens manik indah milik Mikey.

Kemudian menghela nafas lelah, “Ya gimana key. Gue sayang sama dia, gue gabisa ngelepasin dia gitu aja. Gue sayang banget.” Mikey turun dari motor Baji.

Menarik pelan rambut Baji yang tergerai sempurna, “Sayang juga ada batasan nya. Dan lo jangan begini Mulu, ngebiarin dia nyakitin Lo. Gitu? dan lo terus terusan nahan sakit nya,” Mikey menghela nafas.

“Lo gabisa gini terus, hubungan kalian berdua udah ga sehat semenjak dia kayak gitu sama Lo. Ada dua pilihan disini, Lepasin dia atau Rela di sakiti. Itu pilihan buat lo.”

Mikey kembali duduk diatas Jok motor Baji, kembali memainkan ponsel pintar nya.

Perduli amat jika Baji tidak mendengarkan saran-saran nya barusan.

Yang penting, ia tidak ingin Baji seperti ini.

Hari yang paling di tunggu oleh semua siswa kelas 3 di SMA Toman akhir nya datang juga, mereka sangat menanti hari kelulusan mereka.

Termasuk beberapa orang yang kini sedang duduk bersama, berfoto, bercanda ria bersama, menikmati akhir dari masa Sekolah Menengah Akhir nya.

“Inupi...” Panggil Koko, kepada Inupi yang sedang duduk di samping Mikey. Yang di panggil menoleh, “Ya? kenapa Ko?”

Tanya nya, sambil memasang wajah bingung.

“Nanti pulang kelulusan, Lo ikut gue ke belakang sekolah dulu. Mau enggak?” Koko sudah memantapkan diri nya, ia akan menyuarakan isi hati nya yang tidak bisa ia utarakan selama 3 tahun terakhir.

Karena orang yang ia sukai, telah memiliki kekasih.

“Mau. Nanti gue langsung kesana ya.” Jawab Inupi, sambil memasang senyum manis nya.

Senyuman yang sangat Koko sukai.

-

Inupi sudah ada dibelakang sekolah, memainkan ponsel pintar nya sambil memegang satu bunga besar yang sudah jelas itu pasti pemberian sang Kekasih, Akashi Senju.

Gadis yang menjadi orang pertama yang menarik perhatian sang bidadara.

“Pi, nunggu lama?” Sapa Koko, sambil memasang senyum tipis ke arah Inupi. Inupi hanya menggeleng pelan, “Enggak kok. Baru aja juga,”

Ia menghela nafas. “Jadi mau ngapain?” Tanya Inupi menatap mata Koko Intens.

“Sorry, sebelum nya. Ya?”

Inupi hanya terdiam, dengan wajah bingung, linglung.

“Sorry, Pi. I have a crush on you, after five years. Jujur ini telat banget, karena lo udah punya pacar, tapi gue ngutarain ini sekalian ngasih salam perpisahan ke Lo. Karena gue mau, lanjutin studi ke London. Dan ini, lo baca pas sampai dirumah, ya?” Koko menyodorkan Sepucuk surat kearah Inupi, Inupi mengambil nya sambil memberikan senyum terbaik nya.

“Thanks, Lo udah berani ngungkapin perasaan Lo. Jujur gue juga pernah suka sama lo waktu SMP, sampai akhir nya gue nyerah saat tau lo suka Kakak gue. It's okay, sekarang gue udah punya Senju yang selalu dukung gue di belakang. So, Ko. After all, kita tetep temenan. Ya?”

Koko memasang senyum cerah ke arah Inupi, kemudian mengangguk.

“Ya. Pasti.”

Fin.

Kazutora pertama kali bertemu dengan Ran saat tahun ajaran pertama mereka di SMA, yaitu saat MPLS. Ia menatap bingung Ran saat itu.

Ia menatap Ran saat itu karena ia memperhatikan rambut Ran yang di kepang dua rapi, mirip seperti Elsa.

Semua orang yang melihat Kazutora yang sibuk menatap Ran, dikira nya Kazutora tertarik dengan Ran. Padahal ia hanya bingung dengan rambut laki-laki jakung tersebut.

Baji menyenggol pelan lengan Kazutora, menyadarkan nya dari lamunan. “Lo suka sama dia, jut?” Tanya nya gamblang.

Kazutora menatap Baju sambil mengerutkan alis nya, “Maksut Lo?” Tanya nya.

Baju menghela nafas, “Lo dari tadi mandangin itu cowok Mulu. Lo suka?” Kazutora memutar bola mata nya malas.

“Ngadi Ngadi lo, gue cuman bingung. Rambut nya mirip Elsa.” Jawaban Kazutora membuat Baji tertawa hingga membuat perhatian.

“Anjing? gara gara rambut nya mirip Elsa doang?” Kazutora mengangguk, mengiyakan perkataan Baji. “Iyalah? apalagi?” Tanya nya.

“Ngaca dong, Rambut lo noh mirip Jennie BLACKPINK.” Kazutora memukul kepala Baji, “Serius anjing??”

“Iye iye, agak aneh sih. Tapi kayak nya kalau dia rambut nya normal, cakep. Kalau rambut nya normal, Lo tertarik ga?” Kenal saja belum, Baji malah menanyakan hal yang sama sekali tidak Kazutora pikirkan.

“Enggak lah? Gue cuman tertarik sama orang yang gue suka,” Jawab nya, kemudian menghela nafas berat.

“Siapa tau lo suka sama dia?” Kazutora menggeleng, kemudian mendorong wajah Baji untuk menjauh. “Enggak dulu.”

────────────────────

Mereka berdua ternyata satu jurusan namun beda kelas, Ran berada sekelas dengan Baji yaitu Kelas 10-2 sedangkan Kazutora berada di kelas 10-5

Cukup jauh bagi Kazutora, karena ia harus melewati banyak kelas untuk sampai di kelas nya yang berada di penghujung.

Karena Ran satu sirkel dengan Baji, Kazutora lumayan sering berbincang-bincang dengan nya saat ikut nongkrong bersama yang lain nya.

Jujur saja Kazutora tahu, bahwa Ran menyukai nya. Tapi tidak dengan dia, dia hanya berpura-pura tidak tahu bahwa lelaki jakung itu menyukai nya.

Kazutora bukan tipe orang yang suka menghancurkan pertemanan dengan cara menaruh perasaan, apalagi sampai menolak perasaan teman nya. Jadi lebih baik ia pura-pura tidak tahu saja.

Seperti orang orangan yang ada di sawah.

Ran juga seperti nya tidak ada niat untuk menembak nya atau menjadikan nya kekasih, Kazutora sedikit bersyukur dengan itu.

Karena ia tidak mau.

Cukup sekali, ya benar. Cukup sekali.

Cukup sekali ia menaruh perasaan terhadap teman nya, saat ia menyatakan ia di tolak mentah-mentah dan sekarang mereka tidak berhubungan, lagi.

────────────────────

Mereka semua sudah 3 tahun bersama-sama, dan sampai saat ini Kazutora masih tahu bahwa Ran masih menyukai nya.

Kazutora hanya termenung bingung, kenapa Ran bisa menyukai nya selama 3 tahun? Padahal Ran mungkin harus nya sudah tahu, kalau Kazutora tidak menyukai nya.

Kenapa Ran tidak menyerah saja? Kazutora sangat mengakui bahwa Ran itu Tampan, tapi ia benar-benar tidak tertarik.

Yang dipikiran nya sekarang hanya ingin membahagiakan ibu nya, dan membalas dendam kepada sang ayah.

Ia sangat bingung, kenapa Ran bisa sekuat itu. Bertahan mencintai nya dalam diam meski mungkin teman nya yang lain tahu.

Ran hanyalah sosok teman dan kakak bagi, Kazutora. Ia benar-benar hanya menganggap Ran sebagai sosok figure Kakak dan teman di sisi nya.

Bukan sebagai pasangan, atau apapun itu.

Karena Kazutora benar-benar tidak ada rasa dengan Ran.

Fin.

Ken menghisap putung rokok nya, kemudian menghembuskan nya. Menatap Koko yang tengah sibuk bermain ponsel pintar nya.

“Ko,” Panggil nya. Yang di panggil mengangkat kepala nya, menatap teman satu angkatan nya yang tengah sibuk menghisap rokok.

“Naon?” Tanya nya, sambil mematikan ponsel pintar nya. Menatap serius wajah teman nya.

“Lo serius ga nyerah? pacar nya cewe loh, kayak yang gue bilang tadi pagi.” Ucap Ken yang membuat semua yang tadi nya sibuk mereply tweet-an masing-masing, kini ikut mematikan ponsel nya.

“Bener, mana si Senju cantik banget. Gue tanya, siapa yang ga bucin sama cewe secantik itu?” Kali ini, Baji yang angkat bicara.

“Lo semua aneh banget, kata nya tadi pagi tikung aja. Sebelum janur kuning melengkung, kok sekarang begini sih. Goblok lo semua.” Mitsuya angkat bicara, membahas chat mereka tadi pagi saat di kelas.

“Mitsuya lo beneran pms kah?” Setelah selesai dengan kalimat nya, Kepala Ran di tonyor dengan Mitsuya.

“Gue serius, anjing.”

“Kayak nya ga nyerah dulu? selama dia gatau gue suka dia, ya gamasalah.” Jawab Koko, sambil meminum-minuman nya.

“Yakin hati lo kuat liat mereka berduaan gitu? kayak tadi. Di Twitter.” Koko mengangguk, “Lo pikir udah berapa lama gue have a on crush with him? 5 tahun, gue udah kebal.” Jawab Koko, santai.

“Lo sih, telat banget nyadarin suka sama dia. Keburu pacaran sama orang, 'kan?” Semua nya mengangguk, menyetujui perkataan Ken. Kecuali Koko tentu nya.

“Ya nama nya juga perasaan, mana ada yang tau bege.” Jawab Koko, santai. Lagi.

“Yah, yaudah semangat aja sih. Mengejar cinta nya, kalau udah ga kuat coba lambaikan tangan ke kamera.” Ucap Baji, melunakkan suasana. Karena jujur sebenarnya, ia tak suka dengan suasana ini.

“Lo pikir lagi syuting anying?” Ken memukul kepala Baji dengan buku menu.

“Yaelah monyet, baperan amat.”

Toge dan Mai beneran ke lapangan, Mereka ngikutin apa kata Maki. Yaitu lari dari kantin ke lapangan sekolah.

Maki yang enggak di kantin pun, berjalan santai menuju lapangan. Bersyukur karena enggak kekantin, jadi bisa sampai di depan lapangan duluan.

Tapi ternyata Maki salah, baru sampai di lapangan. Dia udah ngeliat Toge sama Mai hadap hadapan, kayak Dimata nya keluar percikan api.

Padahal cuman perkara Do not interact doang, sampai beneran berantem. Maki udah ga ngerti lagi sama mereka.

Maki mecahin keheningan diantara Mai sama Toge.

“Serius amat nih.”

“Lama amat, keburu kebakar kulit gue.” Jawab Mai, rese.

Toge ngangguk ngangguk, cerita nya menyetujui perkataan Mai. Padahal mereka mau berantem, Sekarang.

“Halah, kalian aja yang kecepatan.” Jawab Maki, mendelik.

Ini mah cerita nya berantem nya threesome.

“Ngelunjak.” Kali ini Toge yang angkat bicara, tangan nya udah siap siap ngelepas sepatu nya.

“Mulai ga nih?” Maki ngalihin pembicaraan, dia lawan nih dua orang. Bisa bisa kalah.

“Gas.” Jawab Toge sama Mai Barengan.

Contains Warning ;; 2.3k Word , Boy loves (?) , Terror , Panic Attack , Blood , Shotgun , Canibalisme , Bom , Death Character , Sadistic , Depression , Scared , Scream , syringe, needle , Zombie , 18+ , Harsh Word , Using local word , Virus , Covid-19 , smooking , cigarettes , 100% fanfiksi , don't a real story , out of character , Supranatural Peringatan yang lain akan di tambah seiring berjalan nya cerita.

Cerita ini murni Fanfiksi, semua latar belakang cerita ada lah Lokal ; Indonesia

Mohon bijak dalam membaca, dan own your risk

Happy Reading!

Covid-19 sudah berakhir sejak 2 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2023 bertepatan dengan Tahun baru pada saat itu.

Sudah 2 tahun pula semenjak Covid-19 di nyata kan selesai dari dunia, sudah 2 tahun pula ternyata virus zombie menyerang dunia.

Semua orang mengira, setelah Covid-19 berakhir; tidak ada virus lain yang menyerang dunia ini, lagi.

Tapi, ternyata tidak. Setelah penyakit yang menyerang dunia selama hampir 5 tahun ini, lenyap. Virus baru muncul.

Menyebabkan semua orang makin terpuruk, dan terkadang berteriak-teriak. Lebih baik berada pada jaman Covid-19 Dan selama nya berada dijaman itu. Dari pada sekarang.

Semua orang harus bersembunyi, mencari tempat yang aman. Dari jangkauan orang yang sudah terkena virus tersebut.

Karena, virus ini juga. Semua siswa tidak ada lagi yang bersekolah, semua sibuk bertarung diluar sana. Mencoba melindungi sanak saudara nya, dari serangan berbahaya orang-orang yang terkena virus tersebut.

Seperti sekarang.

laki-laki yang berumur 18 Tahun itu, kini tengah berlumuran darah di baju putih nya. Tidak terlihat lagi warna Putih pada baju nya.

Sudah terlalu kotor.

Tangan kanan nya memegang sebuah Kayu, dan tangan kiri nya memegang sebuah Senapan Laras panjang yang ia dapatkan dari teman nya.

“Mikey! Udah beres yang disana?!” Pemuda itu menoleh kearah barat dari arah nya, mengacungkan jempol kepada teman nya yang juga tengah berjuang mengalahkan Zombie yang ada di sekitar tubuh nya.

“AAAAAAA!” Pemuda itu menoleh kearah belakang nya, mencari sumber suara yang baru saja terdengar.

Setelah menemukan titik nya, ia segera berlari. “GUE CEK DISANA! HATI-HATI. KENCHIN!” Teriak nya sambil berlari ke arah suara yang baru saja terdengar.

Sesampai nya di sana, ia melihat seorang wanita yang tengah memeluk anaknya. Di hadapan nya ada Zombie yang tengah berusaha menggigit Sang anak.

“Sialan.” Desis Mikey, sambil mengangkat Senapan Laras panjang nya. Mengarahkan senapan tersebut, ke arah Zombie di depan nya yang berjarak sekitar 10 Meter dari hadapan nya.

Dor! Dor!

Dua kali terdengar suara tembakan, Mikey berlari mendatangi Ibu dan Anak tersebut. Kemudian menarik sang Anak.

Ya, Hanya sang Anak.

“Kak?! kenapa ibu ditinggal!” Anak tersebut memberontak, berusaha melepaskan pegangan tangan nya dari Mikey yang tengah membawa nya Lari.

“KAMU TIDAK LIHAT?! IBU MU TERGIGIT! JANGAN BODOH, ATAU KAU AKAN MENJADI ZOMBIE????” Mikey berteriak, ia sebenarnya cukup frustasi dengan hal ini. Kenapa setiap kali ia menolong anak-anak, Anak-anak pasti akan memberontak, memberikan hinaan pada nya, Karena telah meninggalkan Orang tua mereka yang telah tergigit, dan itu sudah Pasti terkena Virus nya.

Mikey menarik anak itu memasuki sebuah rumah kosong, melepaskan genggaman tangan nya ke anak itu dengan kasar. “Kak Mikey sudah kembali?” Suara lembut anak kecil memasuki pendengaran Mikey.

Ia segera menoleh kearah selatan rumah kosong itu, “Ya aku kembali. Urus anak ini, aku akan pergi keluar. Kenchin dan yang lain sedang menunggu ku. Chi.” Ucap nya sambil mengisi kembali peluru Senapan Laras Panjang nya.

“Kamu membawa anak lagi,” Suara berat terdengar dari sudut yang sama, Mikey hanya menghela nafas lelah. “Lebih baik membawa anak ini ikut bersama kita, dari pada menambah populasi Zombie Zombie sialan itu, 'benar bukan?”

Mikey membuka pintu rumah tersebut, “Aku pergi. Wish to me,” Ia menutup pintu rumah kosong tersebut. Berjalan dengan menyeret kayu balok yang ia gunakan untuk memukul anggota tubuh Zombie Zombie yang menyerang nya.

“Kau memungut, 'lagi?” Mikey hanya menggorek kuping nya sambil dengan mengangguk malas, “Kau tidak takut rumah itu nanti jadi sasaran?”

“Ya. Tinggal mencari rumah baru, gampang kan? disini banyak rumah kosong yang megah, pemilik nya telah berubah menjadi makhluk menjijikan, Baji. Kau tahu itu.” Mikey mengeluarkan sebatang rokok, menghidupkan nya dan mengisap nya pelan. Meski tubuh nya bau anyir, ia tetap mencari ke tenangan.

“Terserah kau saja,” Baji, pasrah dengan pemuda dengan rambut atas nya diikat tersebut. “Aku mencari kalian berdua. Ternyata disini, ya?” Terdengar suara dari belakang mereka berdua. Mikey melambaikan tangan nya.

“Oh, kalian bertiga sudah selesai di area sana?” Salah satu nya mengangguk, mengiyakan perkataan Pemuda pirang tersebut.

“Tinggal menunggu Mitsuya dan Draken, 'kan?” Mikey mengangguk, menjatuhkan rokok nya yang masih sisa setengah. Menginjak putung tersebut.

“Habis ini kemana?” Tanya Baji, Mikey mengangkat Senapan Laras Panjang nya, menaruh nya di pundak.

“Stasiun.”

.

Mikey dan teman-teman nya, sudah sampai di tempat tujuan mereka selanjutnya. Yaitu; Stasiun.

Tampak terlihat lebih banyak Zombie yang berkeliaran di sekitar sini, Mikey merasa sedikit Was was. Karena Zombie zombie disini tampak berbeda dengan yang ada di tengah kota.

Mikey mengangkat tangan kanan nya, “Berpencar, dan hati-hati.” Semua mengangguk kan kepala nya, kemudian berlari kearah yang berbeda-beda.

Mikey menghela nafas pelan, ia harus siap dengan kenyataan bahwa ia akan mengalahkan Zombie di hadapan nya yang ada hampir seratus orang, Sendirian.

Mikey mengambil sesuatu dari saku celana nya, kemudian mengaktifkan nya.

5 menit dari sekarang.

Mikey berlari menjauh setelah benda, yang diketahui bernama Bom tersebut di hidupkan dan telah di lempar kearah lautan Zombie tersebut.

Bersembunyi dibalik gedung besar, menutup telinga dari ledakan besar yang menyebabkan sebagian stasiun hancur, karena ulah nya.

Jujur, ia melakukan ini semua terpaksa.

Merelakan nyawa nya, demi nyawa orang lain. Yang bahkan orang lain tidak perduli dengan nyawa nya.

Mencemooh, dan mengata-ngatai nya sok bijak, sok kuat atau semacam nya. Karena berani membentuk sebuah kelompok, untuk membasmikan Zombie yang sudah menguasai dunia. Termasuk, Kota nya.

Mikey memukul-mukul pelipis nya pelan, kepala nya berdengung setelah mendengar suara ledakan tersebut. Pusing jika ditanya apa yang di rasakan nya sekarang.

Jika bukan karena ingin menyelamatkan nyawa orang lain, dan membasmi Zombie sialan ini. Ia pasti akan memilih di gigit oleh mereka, dan membiarkan diri nya di bunuh.

Sekumpulan Zombie yang selamat dari ledakan Bom tersebut, berlari secara acak. Kesana kemari, tetapi arah lari mereka cukup jelas.

Yaitu, berlari kearah nya.

Kepala nya masih terasa nyeri dan sakit karena dentuman Bom yang barusan ia nyalakan. Tapi, dengan terpaksa. Ia memaksa tubuh nya, untuk mulai memukuli satu persatu tubuh Zombie yang sedang mengincar nya.

Yang mencoba menggigitnya, yang mencoba mengubahnya menjadi sama seperti mereka.

Namun, sekuat apapun Mikey melawan. Tubuh nya, yang sudah oleng. Pasti akan terjatuh juga.

Alasan kenapa ia tidak suka menghidupkan Bom sendirian, apalagi pada saat saat seperti ini. Adalah alasan utama nya, karena dia tidak bisa mendengar dentuman yang Keras atau tubuh nya akan oleng.

Mikey sudah rela, jika ia menjadi satu spesies dengan Makhluk menjijikan ini, kata nya.

Karena ia sudah ‘Cukup’ lelah di cemooh oleh orang-orang yang telah ia selamatkan, tapi tidak tahu rasa terimakasih atas pertolongan yang ia berikan.

Tangan Mikey tergigit oleh salah satu Zombie yang benar benar berada di dekat nya sekarang, tidak mengetahui apa yang terjadi. Sehabis tergigit, ia malah dengan brutal memukuli dan menembaki Zombie yang benar benar jumlah nya sangat banyak itu sendirian.

Seperti tiba-tiba Tuhan melarang nya, untuk kembali ke sisi nya, Sekarang.

“FUCK! MIKEY!” merasa terpanggil, ia menolehkan kepala nya. Teman nya, Rindou yang selalu berdua dengan pemuda bernama, Sanzu datang sendiri sambil berlari mengatur nafas nya.

“FUCK! FUCK! FUCK! SORRY!” Mikey mengerutkan alis nya, kemudian menampar pipi pemuda itu. “BICARA! BUKAN BERKATA KASAR!” Ucap nya, dengan berteriak dihadapan pemuda tersebut.

“SANZU, KEY! SANZU TERBUNUH. KAU TAHU?!” Rindou mencengkram bahu Mikey, mengguncang nya dengan kuat. Mikey kembali menampar wajah pemuda itu.

“KENAPA? KENAPA TIDAK KAMU JAGA?” Suara nya terdengar keras, namun sangat angkuh dan dingin. “KAMU MENCINTAI NYA, ‘BUKAN?! KENAPA TIDAK KAMU JAGA? KAMU BIARKAN DIA TERBUNUH? BOHONG! PERKATAAN MU SEMUA NYA BOHONG KAN???”

Mikey, kembali menampar wajah laki-laki itu. Mata nya memerah, menahan tangis. “Fuck, I am sorry. GUE JUGA GAMAU, KEY! INI SEMUA KARENA VIRUS MENYEBALKAN INI! KELUARGA MU, JUGA ADA YANG TEWAS Kㅡ” Belum selesai Rindou dengan kalimat nya, wajah nya di tendang oleh pemuda dengan tinggi 162cm tersebut.

“JANGAN BAWA-BAWA KELUARGA, SEMUA KELUARGA KITA TEWAS! HANYA KELUARGA MU YANG UTUH! BERHENTI MEMBANGGA KAN DIRIMU!” pemuda pendek itu kembali menendang wajah kotor dipenuhi darah laki-laki itu.

“BERHENTI ANGKUH! KARENA KEANGKUHAN MU, SANZU TERBUNUH. KAU TAHU?!” Mikey memutar tubuh nya, melirik tajam. “Selesaikan tugas mu disana. Atau keluarga mu akan ku bunuh.”

Mikey berlari, mulai memasuki area reruntuhan Stasiun yang masih berapi-api karena ulah nya tadi.

Mikey merobek sedikit ujung baju nya, mengikat tangan nya yang terluka karena gigitan tadi.

Menghela nafas berat.

Ada lagi. Gumam nya pelan, sambil menatap Zombie zombie yang tengah berjalan kearah nya.

Mikey berdiri, memasang senyum angkuh. Senapan nya, ia arahkan pada Zombie Zombie dihadapan nya. Yang kini tengah berjalan acak kearah nya.

Tanpa perlu membidik, dengan gesit menarik Pelatuk Senapan nya. Peluru nya, mengenai target. Meski dalam relung hati nya tidak yakin, kalau ia akan mengenai target, tanpa membidik seperti ini.

Namun seperti sudah menjadi makanan sehari-hari, bidikan nya tepat mengenai sasaran. Yaitu; Jantung atau Kepala sang Target.

Jam Kota tiba-tiba berdenting, saat Mikey tengah asik membidik Zombie Zombie yang ada di hadapan nya. Itu arti nya, sekarang waktu telah menunjukkan pukul 18.00 atau jam 6 Sore.

Dari sekarang, Zombie tidak ada yang berkeliaran. Dan itu membuat Mikey sedikit jengkel.

Kenapa Zombie hanya muncul pada saat siang hari? kenapa tidak malam juga? atau muncul seharian. Hidup nya seperti sudah di dedikasi kan untuk mengalahkan Zombie, dan membangun kota Jakarta seperti dahulu kala, lagi.

“Mikey! Ayo kembali.” Ia mengangguk, memijit pelipis nya pelan. Badan nya sudah sangat bau amis, bau anyir, bau darah, dan sebagai nya.

Begitu juga dengan bau teman-teman nya, mereka sudah sangat bau badan. Seperti biasa, mungkin untuk kekamar mandi. Mereka harus berebut.

“Hari ini hompimpa?” Bajiㅡ Si badut yang memiliki skill hebat, angkat bicara saat semua nya kini tengah berjalan pulang.

“Ya boleh, kalau udah hompimpa jangan berebut kamar mandi. Sih.” Semua mengangguk setuju, Kecuali Mikey. Hanya terdiam semenjak tadi, menatap tangan nya yang terperban.

“Key, kenapa?” Tanya Draken, Mikey mengangkat kepala nya. Kemudian menunjukkan tangan nya yang terperban.

“Why haven't I changed?” Tanya Mikey, dengan nada bingung, Draken segera berhenti berjalan. “Apa maksud mu?!” Ia memegang tangan pemuda yang lebih pendek dari nya itu.

“Aku tergigit?”

“You're just kidding, right?” Draken menatap nanar Mikey, yang tengah menatap nya dengan tatapan Bingung.

“No. I'm Seriously, Aku tergigit.” Jawab nya, ia membuka perban dari baju nya tersebut. Dan menunjukkan tangan nya yang mulus tanpa ada gigitan.

“Bohong. Tangan mu, tidak ada luka gigit sedikit, ’Pun.” Mikey menggeleng, ia menatap tidak percaya tangan nya yang mulus.

“No! I do not lie! Tadi aku tergigit, Rindou juga melihat nya. Iyakan?!!” Mikey menarik bahu Rindou yang berjalan dihadapan nya, Rindou yang ditarik pun menatap bingung Mikey.

“Aku tadi di gigit, 'Bukan?” Tanya Mikey, dengan nada sedikit ciut di hadapan Rindou. Sedikit merasa bersalah karena menampar pemuda itu berulang kali, kemudian menendang wajah nya.

“Ya? Kamu tadi tergigit saat aku menghampiri mu, lalu kenapa?” Tanya Rindou, berusaha bertanya dengan nada santai.

“Luka nya.... Hilang.” Rindou segera menarik Tangan Mikey, dan melihat tangan bersih pemuda itu Lamat Lamat.

“What the hellㅡ”

“Lihat! aku tidak bohong, 'kan?!” Mikey menarik tangan nya, berteriak di hadapan Draken. Draken hanya menatap bingung, kemudian mengiyakan perkataan Pemuda pendek itu.

“Kenapa ribut-ribut, sih? hompimpa cepetan.” Ucap Bajiㅡ melonggarkan suasana.

.

Mikey, bersama Draken dan Mitsuya memasukki ruangan bawah tanah yang banyak berisi cairan cairan Kimia. Mereka bertiga berempat jika ada Sanzu , sedang mencari cara untuk membuat vaksin dari virus ini.

Mikey duduk diatas meja, sedangkan Draken dan Mitsuya duduk di kursi.

“Jadi, kamu betulan di gigit?” Draksn membuka topik pembicaraan mereka, Mikey mengangguk.

“Aku sudah bilang....”

“Baiklah, lalu bagaimana jika kita mengambil sedikit darah mu. Kemudian mencoba mengetes dengan salah satu Zombie?” Ucap Draken, dengan santai. Mikey terdiam.

“Sedikit?” Ulangi Mikey, Draken mengangguk sebagai jawaban.

“Percobaan, nanti jika berhasil. Kita akan memproduksi darah mu lebih banyak, tanpa harus mengambil nya dari tubuh mu.” Jelas Draken, lagi.

Mikey mengangguk sebagai jawaban, “Agak takut. Tapi, baiklah?”

Draken berdiri, mengambil suntikan yang masih terbungkus rapi. Mulai menusukkan jarum ke tangan pemuda tersebut.

Mikey mendesis pelan, kemudian menutupi tangan nya dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol.

“I hope this helps.” Mikey turun dari meja, kemudian berjalan menaiki tangga. Menuju lantai atas.

.

Pukul 06.27 Mikey sudah berjalan jalan di pinggiran kota, membawa senapan dan kayu balok nya. Menghirup udara yang tidak segar sama sekali ini.

Di belakang nya, berjalan Draken yang tengah sibuk mengisap rokok nya. Jika kalian tanya, dari mana mereka mendapat rokok. Jawaban nya adalah mencuri di Supermarket, atau Minimarket yang sudah tidak berpenghuni.

“Kamu bawa darah nya?” Tanya Mikey, mengambil rokok yang di pegang Draken. Kemudian mengisap nya.

Draken mengangguk, “Ya. Nanti kita coba,” Jawab nya kemudian menghela nafas ringan.

Mikey menghembuskan nafas nya, mengeluarkan asap yang mengepul di udara. Pikiran nya terpusat kan pada darah nya saat ini.

Ia sangat berharap kalau darah nya, benar-benar bisa membuat orang kebal terhadap virus yang tengah marak selama 2 tahun terakhir ini.

“Sudah muncul,” Mikey melepar asal putung rokok. Kemudian berlari menarik tangan Draken yang tengah sibuk memotret kehancuran kota kelahiran nya. Aneh.

“Kenchin, suntikan nya.” Draken segera mengeluarkan suntikan yang dipenuhi darah Mikey, Mikey membuka suntikan itu. Dan menyentil pelan suntikan tersebut.

Mikey menusukkan suntikan tersebut dengan pelan, di area tangan Zombie tersebut. Setelah selesai, ia mencabut suntikan tersebut. Dan berlari sambil menarik Draken, bersembunyi dibalik bangunan.

Mereka mengintip Zombie yang baru saja Mikey suntikkan darah nya, sesaat kemudian ; Zombie itu kembali normal.

Mikey bersorak pelan, kemudian tersenyum manis ke arah Draken. Bersyukur, karena darah nya berguna ; Apalagi untuk menyelamatkan sekitar nya.

Tidak perduli lagi dengan cemooh, dan hinaan hinaan yang ia dapatkan. Sekarang ia semakin bersemangat untuk memberikan darah nya, kepada orang orang yang telah berubah.

Mengubah nasib semua orang, mengubah semua nya seperti di masa lalu. 5 tahun yang lalu.

ㅡ Fin

Contains Warning ;; 2.3k Word , Boy loves (?) , Terror , Panic Attack , Blood , Shotgun , Canibalisme , Bom , Death Character , Sadistic , Depression , Scared , Scream , syringe, needle , Zombie , 18+ , Harsh Word , Using local word , Virus , Covid-19 , smooking , cigarettes , 100% fanfiksi , don't a real story , out of character , Supranatural Peringatan yang lain akan di tambah seiring berjalan nya cerita.

Cerita ini murni Fanfiksi, semua latar belakang cerita ada lah Lokal ; Indonesia

Mohon bijak dalam membaca, dan own your risk

Happy Reading!

Covid-19 sudah berakhir sejak 2 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2023 bertepatan dengan Tahun baru pada saat itu.

Sudah 2 tahun pula semenjak Covid-19 di nyata kan selesai dari dunia, sudah 2 tahun pula ternyata virus zombie menyerang dunia.

Semua orang mengira, setelah Covid-19 berakhir; tidak ada virus lain yang menyerang dunia ini, lagi.

Tapi, ternyata tidak. Setelah penyakit yang menyerang dunia selama hampir 5 tahun ini, lenyap. Virus baru muncul.

Menyebabkan semua orang makin terpuruk, dan terkadang berteriak-teriak. Lebih baik berada pada jaman Covid-19 Dan selama nya berada dijaman itu. Dari pada sekarang.

Semua orang harus bersembunyi, mencari tempat yang aman. Dari jangkauan orang yang sudah terkena virus tersebut.

Karena, virus ini juga. Semua siswa tidak ada lagi yang bersekolah, semua sibuk bertarung diluar sana. Mencoba melindungi sanak saudara nya, dari serangan berbahaya orang-orang yang terkena virus tersebut.

Seperti sekarang.

laki-laki yang berumur 18 Tahun itu, kini tengah berlumuran darah di baju putih nya. Tidak terlihat lagi warna Putih pada baju nya.

Sudah terlalu kotor.

Tangan kanan nya memegang sebuah Kayu, dan tangan kiri nya memegang sebuah Senapan Laras panjang yang ia dapatkan dari teman nya.

“Mikey! Udah beres yang disana?!” Pemuda itu menoleh kearah barat dari arah nya, mengacungkan jempol kepada teman nya yang juga tengah berjuang mengalahkan Zombie yang ada di sekitar tubuh nya.

“AAAAAAA!” Pemuda itu menoleh kearah belakang nya, mencari sumber suara yang baru saja terdengar.

Setelah menemukan titik nya, ia segera berlari. “GUE CEK DISANA! HATI-HATI. KENCHIN!” Teriak nya sambil berlari ke arah suara yang baru saja terdengar.

Sesampai nya di sana, ia melihat seorang wanita yang tengah memeluk anaknya. Di hadapan nya ada Zombie yang tengah berusaha menggigit Sang anak.

“Sialan.” Desis Mikey, sambil mengangkat Senapan Laras panjang nya. Mengarahkan senapan tersebut, ke arah Zombie di depan nya yang berjarak sekitar 10 Meter dari hadapan nya.

Dor! Dor!

Dua kali terdengar suara tembakan, Mikey berlari mendatangi Ibu dan Anak tersebut. Kemudian menarik sang Anak.

Ya, Hanya sang Anak.

“Kak?! kenapa ibu ditinggal!” Anak tersebut memberontak, berusaha melepaskan pegangan tangan nya dari Mikey yang tengah membawa nya Lari.

“KAMU TIDAK LIHAT?! IBU MU TERGIGIT! JANGAN BODOH, ATAU KAU AKAN MENJADI ZOMBIE????” Mikey berteriak, ia sebenarnya cukup frustasi dengan hal ini. Kenapa setiap kali ia menolong anak-anak, Anak-anak pasti akan memberontak, memberikan hinaan pada nya, Karena telah meninggalkan Orang tua mereka yang telah tergigit, dan itu sudah Pasti terkena Virus nya.

Mikey menarik anak itu memasuki sebuah rumah kosong, melepaskan genggaman tangan nya ke anak itu dengan kasar. “Kak Mikey sudah kembali?” Suara lembut anak kecil memasuki pendengaran Mikey.

Ia segera menoleh kearah selatan rumah kosong itu, “Ya aku kembali. Urus anak ini, aku akan pergi keluar. Kenchin dan yang lain sedang menunggu ku. Chi.” Ucap nya sambil mengisi kembali peluru Senapan Laras Panjang nya.

“Kamu membawa anak lagi,” Suara berat terdengar dari sudut yang sama, Mikey hanya menghela nafas lelah. “Lebih baik membawa anak ini ikut bersama kita, dari pada menambah populasi Zombie Zombie sialan itu, 'benar bukan?”

Mikey membuka pintu rumah tersebut, “Aku pergi. Wish to me,” Ia menutup pintu rumah kosong tersebut. Berjalan dengan menyeret kayu balok yang ia gunakan untuk memukul anggota tubuh Zombie Zombie yang menyerang nya.

“Kau memungut, 'lagi?” Mikey hanya menggorek kuping nya sambil dengan mengangguk malas, “Kau tidak takut rumah itu nanti jadi sasaran?”

“Ya. Tinggal mencari rumah baru, gampang kan? disini banyak rumah kosong yang megah, pemilik nya telah berubah menjadi makhluk menjijikan, Baji. Kau tahu itu.” Mikey mengeluarkan sebatang rokok, menghidupkan nya dan mengisap nya pelan. Meski tubuh nya bau anyir, ia tetap mencari ke tenangan.

“Terserah kau saja,” Baji, pasrah dengan pemuda dengan rambut atas nya diikat tersebut. “Aku mencari kalian berdua. Ternyata disini, ya?” Terdengar suara dari belakang mereka berdua. Mikey melambaikan tangan nya.

“Oh, kalian bertiga sudah selesai di area sana?” Salah satu nya mengangguk, mengiyakan perkataan Pemuda pirang tersebut.

“Tinggal menunggu Mitsuya dan Draken, 'kan?” Mikey mengangguk, menjatuhkan rokok nya yang masih sisa setengah. Menginjak putung tersebut.

“Habis ini kemana?” Tanya Baji, Mikey mengangkat Senapan Laras Panjang nya, menaruh nya di pundak.

“Stasiun.”

.

Mikey dan teman-teman nya, sudah sampai di tempat tujuan mereka selanjutnya. Yaitu; Stasiun.

Tampak terlihat lebih banyak Zombie yang berkeliaran di sekitar sini, Mikey merasa sedikit Was was. Karena Zombie zombie disini tampak berbeda dengan yang ada di tengah kota.

Mikey mengangkat tangan kanan nya, “Berpencar, dan hati-hati.” Semua mengangguk kan kepala nya, kemudian berlari kearah yang berbeda-beda.

Mikey menghela nafas pelan, ia harus siap dengan kenyataan bahwa ia akan mengalahkan Zombie di hadapan nya yang ada hampir seratus orang, Sendirian.

Mikey mengambil sesuatu dari saku celana nya, kemudian mengaktifkan nya.

5 menit dari sekarang.

Mikey berlari menjauh setelah benda, yang diketahui bernama Bom tersebut di hidupkan dan telah di lempar kearah lautan Zombie tersebut.

Bersembunyi dibalik gedung besar, menutup telinga dari ledakan besar yang menyebabkan sebagian stasiun hancur, karena ulah nya.

Jujur, ia melakukan ini semua terpaksa.

Merelakan nyawa nya, demi nyawa orang lain. Yang bahkan orang lain tidak perduli dengan nyawa nya.

Mencemooh, dan mengata-ngatai nya sok bijak, sok kuat atau semacam nya. Karena berani membentuk sebuah kelompok, untuk membasmikan Zombie yang sudah menguasai dunia. Termasuk, Kota nya.

Mikey memukul-mukul pelipis nya pelan, kepala nya berdengung setelah mendengar suara ledakan tersebut. Pusing jika ditanya apa yang di rasakan nya sekarang.

Jika bukan karena ingin menyelamatkan nyawa orang lain, dan membasmi Zombie sialan ini. Ia pasti akan memilih di gigit oleh mereka, dan membiarkan diri nya di bunuh.

Sekumpulan Zombie yang selamat dari ledakan Bom tersebut, berlari secara acak. Kesana kemari, tetapi arah lari mereka cukup jelas.

Yaitu, berlari kearah nya.

Kepala nya masih terasa nyeri dan sakit karena dentuman Bom yang barusan ia nyalakan. Tapi, dengan terpaksa. Ia memaksa tubuh nya, untuk mulai memukuli satu persatu tubuh Zombie yang sedang mengincar nya.

Yang mencoba menggigitnya, yang mencoba mengubahnya menjadi sama seperti mereka.

Namun, sekuat apapun Mikey melawan. Tubuh nya, yang sudah oleng. Pasti akan terjatuh juga.

Alasan kenapa ia tidak suka menghidupkan Bom sendirian, apalagi pada saat saat seperti ini. Adalah alasan utama nya, karena dia tidak bisa mendengar dentuman yang Keras atau tubuh nya akan oleng.

Mikey sudah rela, jika ia menjadi satu spesies dengan Makhluk menjijikan ini, kata nya.

Karena ia sudah ‘Cukup’ lelah di cemooh oleh orang-orang yang telah ia selamatkan, tapi tidak tahu rasa terimakasih atas pertolongan yang ia berikan.

Tangan Mikey tergigit oleh salah satu Zombie yang benar benar berada di dekat nya sekarang, tidak mengetahui apa yang terjadi. Sehabis tergigit, ia malah dengan brutal memukuli dan menembaki Zombie yang benar benar jumlah nya sangat banyak itu sendirian.

Seperti tiba-tiba Tuhan melarang nya, untuk kembali ke sisi nya, Sekarang.

“FUCK! MIKEY!” merasa terpanggil, ia menolehkan kepala nya. Teman nya, Rindou yang selalu berdua dengan pemuda bernama, Sanzu datang sendiri sambil berlari mengatur nafas nya.

“FUCK! FUCK! FUCK! SORRY!” Mikey mengerutkan alis nya, kemudian menampar pipi pemuda itu. “BICARA! BUKAN BERKATA KASAR!” Ucap nya, dengan berteriak dihadapan pemuda tersebut.

“SANZU, KEY! SANZU TERBUNUH. KAU TAHU?!” Rindou mencengkram bahu Mikey, mengguncang nya dengan kuat. Mikey kembali menampar wajah pemuda itu.

“KENAPA? KENAPA TIDAK KAMU JAGA?” Suara nya terdengar keras, namun sangat angkuh dan dingin. “KAMU MENCINTAI NYA, ‘BUKAN?! KENAPA TIDAK KAMU JAGA? KAMU BIARKAN DIA TERBUNUH? BOHONG! PERKATAAN MU SEMUA NYA BOHONG KAN???”

Mikey, kembali menampar wajah laki-laki itu. Mata nya memerah, menahan tangis. “Fuck, I am sorry. GUE JUGA GAMAU, KEY! INI SEMUA KARENA VIRUS MENYEBALKAN INI! KELUARGA MU, JUGA ADA YANG TEWAS Kㅡ” Belum selesai Rindou dengan kalimat nya, wajah nya di tendang oleh pemuda dengan tinggi 162cm tersebut.

“JANGAN BAWA-BAWA KELUARGA, SEMUA KELUARGA KITA TEWAS! HANYA KELUARGA MU YANG UTUH! BERHENTI MEMBANGGA KAN DIRIMU!” pemuda pendek itu kembali menendang wajah kotor dipenuhi darah laki-laki itu.

“BERHENTI ANGKUH! KARENA KEANGKUHAN MU, SANZU TERBUNUH. KAU TAHU?!” Mikey memutar tubuh nya, melirik tajam. “Selesaikan tugas mu disana. Atau keluarga mu akan ku bunuh.”

Mikey berlari, mulai memasuki area reruntuhan Stasiun yang masih berapi-api karena ulah nya tadi.

Mikey merobek sedikit ujung baju nya, mengikat tangan nya yang terluka karena gigitan tadi.

Menghela nafas berat.

Ada lagi. Gumam nya pelan, sambil menatap Zombie zombie yang tengah berjalan kearah nya.

Mikey berdiri, memasang senyum angkuh. Senapan nya, ia arahkan pada Zombie Zombie dihadapan nya. Yang kini tengah berjalan acak kearah nya.

Tanpa perlu membidik, dengan gesit menarik Pelatuk Senapan nya. Peluru nya, mengenai target. Meski dalam relung hati nya tidak yakin, kalau ia akan mengenai target, tanpa membidik seperti ini.

Namun seperti sudah menjadi makanan sehari-hari, bidikan nya tepat mengenai sasaran. Yaitu; Jantung atau Kepala sang Target.

Jam Kota tiba-tiba berdenting, saat Mikey tengah asik membidik Zombie Zombie yang ada di hadapan nya. Itu arti nya, sekarang waktu telah menunjukkan pukul 18.00 atau jam 6 Sore.

Dari sekarang, Zombie tidak ada yang berkeliaran. Dan itu membuat Mikey sedikit jengkel.

Kenapa Zombie hanya muncul pada saat siang hari? kenapa tidak malam juga? atau muncul seharian. Hidup nya seperti sudah di dedikasi kan untuk mengalahkan Zombie, dan membangun kota Jakarta seperti dahulu kala, lagi.

“Mikey! Ayo kembali.” Ia mengangguk, memijit pelipis nya pelan. Badan nya sudah sangat bau amis, bau anyir, bau darah, dan sebagai nya.

Begitu juga dengan bau teman-teman nya, mereka sudah sangat bau badan. Seperti biasa, mungkin untuk kekamar mandi. Mereka harus berebut.

“Hari ini hompimpa?” Bajiㅡ Si badut yang memiliki skill hebat, angkat bicara saat semua nya kini tengah berjalan pulang.

“Ya boleh, kalau udah hompimpa jangan berebut kamar mandi. Sih.” Semua mengangguk setuju, Kecuali Mikey. Hanya terdiam semenjak tadi, menatap tangan nya yang terperban.

“Key, kenapa?” Tanya Draken, Mikey mengangkat kepala nya. Kemudian menunjukkan tangan nya yang terperban.

“Why haven't I changed?” Tanya Mikey, dengan nada bingung, Draken segera berhenti berjalan. “Apa maksud mu?!” Ia memegang tangan pemuda yang lebih pendek dari nya itu.

“Aku tergigit?”

“You're just kidding, right?” Draken menatap nanar Mikey, yang tengah menatap nya dengan tatapan Bingung.

“No. I'm Seriously, Aku tergigit.” Jawab nya, ia membuka perban dari baju nya tersebut. Dan menunjukkan tangan nya yang mulus tanpa ada gigitan.

“Bohong. Tangan mu, tidak ada luka gigit sedikit, ’Pun.” Mikey menggeleng, ia menatap tidak percaya tangan nya yang mulus.

“No! I do not lie! Tadi aku tergigit, Rindou juga melihat nya. Iyakan?!!” Mikey menarik bahu Rindou yang berjalan dihadapan nya, Rindou yang ditarik pun menatap bingung Mikey.

“Aku tadi di gigit, 'Bukan?” Tanya Mikey, dengan nada sedikit ciut di hadapan Rindou. Sedikit merasa bersalah karena menampar pemuda itu berulang kali, kemudian menendang wajah nya.

“Ya? Kamu tadi tergigit saat aku menghampiri mu, lalu kenapa?” Tanya Rindou, berusaha bertanya dengan nada santai.

“Luka nya.... Hilang.” Rindou segera menarik Tangan Mikey, dan melihat tangan bersih pemuda itu Lamat Lamat.

“What the hellㅡ”

“Lihat! aku tidak bohong, 'kan?!” Mikey menarik tangan nya, berteriak di hadapan Draken. Draken hanya menatap bingung, kemudian mengiyakan perkataan Pemuda pendek itu.

“Kenapa ribut-ribut, sih? hompimpa cepetan.” Ucap Bajiㅡ melonggarkan suasana.

.

Mikey, bersama Draken dan Mitsuya memasukki ruangan bawah tanah yang banyak berisi cairan cairan Kimia. Mereka bertiga berempat jika ada Sanzu , sedang mencari cara untuk membuat vaksin dari virus ini.

Mikey duduk diatas meja, sedangkan Draken dan Mitsuya duduk di kursi.

“Jadi, kamu betulan di gigit?” Draksn membuka topik pembicaraan mereka, Mikey mengangguk.

“Aku sudah bilang....”

“Baiklah, lalu bagaimana jika kita mengambil sedikit darah mu. Kemudian mencoba mengetes dengan salah satu Zombie?” Ucap Draken, dengan santai. Mikey terdiam.

“Sedikit?” Ulangi Mikey, Draken mengangguk sebagai jawaban.

“Percobaan, nanti jika berhasil. Kita akan memproduksi darah mu lebih banyak, tanpa harus mengambil nya dari tubuh mu.” Jelas Draken, lagi.

Mikey mengangguk sebagai jawaban, “Agak takut. Tapi, baiklah?”

Draken berdiri, mengambil suntikan yang masih terbungkus rapi. Mulai menusukkan jarum ke tangan pemuda tersebut.

Mikey mendesis pelan, kemudian menutupi tangan nya dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol.

“I hope this helps.” Mikey turun dari meja, kemudian berjalan menaiki tangga. Menuju lantai atas.

.

Pukul 06.27 Mikey sudah berjalan jalan di pinggiran kota, membawa senapan dan kayu balok nya. Menghirup udara yang tidak segar sama sekali ini.

Di belakang nya, berjalan Draman yang tengah sibuk mengisap rokok nya. Jika kalian tanya, dari mana mereka mendapat rokok. Jawaban nya adalah mencuri di Supermarket, atau Minimarket yang sudah tidak berpenghuni.

“Kamu bawa darah nya?” Tanya Mikey, mengambil rokok yang di pegang Draken. Kemudian mengisap nya.

Draken mengangguk, “Ya. Nanti kita coba,” Jawab nya kemudian menghela nafas ringan.

Mikey menghembuskan nafas nya, mengeluarkan asap yang mengepul di udara. Pikiran nya terpusat kan pada darah nya saat ini.

Ia sangat berharap kalau darah nya, benar-benar bisa membuat orang kebal terhadap virus yang tengah marak selama 2 tahun terakhir ini.

“Sudah muncul,” Mikey melepar asal putung rokok. Kemudian berlari menarik tangan Draken yang tengah sibuk memotret kehancuran kota kelahiran nya. Aneh.

“Kenchin, suntikan nya.” Draken segera mengeluarkan suntikan yang dipenuhi darah Mikey, Mikey membuka suntikan itu. Dan menyentil pelan suntikan tersebut.

Mikey menusukkan suntikan tersebut dengan pelan, di area tangan Zombie tersebut. Setelah selesai, ia mencabut suntikan tersebut. Dan berlari sambil menarik Draken, bersembunyi dibalik bangunan.

Mereka mengintip Zombie yang baru saja Mikey suntikkan darah nya, sesaat kemudian ; Zombie itu kembali normal.

Mikey bersorak pelan, kemudian tersenyum manis ke arah Draken. Bersyukur, karena darah nya berguna ; Apalagi untuk menyelamatkan sekitar nya.

Tidak perduli lagi dengan cemooh, dan hinaan hinaan yang ia dapatkan. Sekarang ia semakin bersemangat untuk memberikan darah nya, kepada orang orang yang telah berubah.

Mengubah nasib semua orang, mengubah semua nya seperti di masa lalu. 5 tahun yang lalu.

ㅡ Fin

Contains Warning ;; 2.3k Word , Terror , Panic Attack , Blood , Shotgun , Canibalisme , Bom , Death Character , Sadistic , Depression , Scared , Scream , syringe, needle , Zombie , 18+ , Harsh Word , Using local word , Virus , Covid-19 , smooking , cigarettes , 100% fanfiksi , don't a real story , out of character Peringatan yang lain akan di tambah seiring berjalan nya cerita.

Cerita ini murni Fanfiksi, semua latar belakang cerita ada lah Lokal ; Indonesia

Mohon bijak dalam membaca, dan own your risk

Happy Reading!

Covid-19 sudah berakhir sejak 2 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2023 bertepatan dengan Tahun baru pada saat itu.

Sudah 2 tahun pula semenjak Covid-19 di nyata kan selesai dari dunia, sudah 2 tahun pula ternyata virus zombie menyerang dunia.

Semua orang mengira, setelah Covid-19 berakhir; tidak ada virus lain yang menyerang dunia ini, lagi.

Tapi, ternyata tidak. Setelah penyakit yang menyerang dunia selama hampir 5 tahun ini, lenyap. Virus baru muncul.

Menyebabkan semua orang makin terpuruk, dan terkadang berteriak-teriak. Lebih baik berada pada jaman Covid-19 Dan selama nya berada dijaman itu. Dari pada sekarang.

Semua orang harus bersembunyi, mencari tempat yang aman. Dari jangkauan orang yang sudah terkena virus tersebut.

Karena, virus ini juga. Semua siswa tidak ada lagi yang bersekolah, semua sibuk bertarung diluar sana. Mencoba melindungi sanak saudara nya, dari serangan berbahaya orang-orang yang terkena virus tersebut.

Seperti sekarang.

laki-laki yang berumur 18 Tahun itu, kini tengah berlumuran darah di baju putih nya. Tidak terlihat lagi warna Putih pada baju nya.

Sudah terlalu kotor.

Tangan kanan nya memegang sebuah Kayu, dan tangan kiri nya memegang sebuah Senapan Laras panjang yang ia dapatkan dari teman nya.

“Mikey! Udah beres yang disana?!” Pemuda itu menoleh kearah barat dari arah nya, mengacungkan jempol kepada teman nya yang juga tengah berjuang mengalahkan Zombie yang ada di sekitar tubuh nya.

“AAAAAAA!” Pemuda itu menoleh kearah belakang nya, mencari sumber suara yang baru saja terdengar.

Setelah menemukan titik nya, ia segera berlari. “GUE CEK DISANA! HATI-HATI. KENCHIN!” Teriak nya sambil berlari ke arah suara yang baru saja terdengar.

Sesampai nya di sana, ia melihat seorang wanita yang tengah memeluk anaknya. Di hadapan nya ada Zombie yang tengah berusaha menggigit Sang anak.

“Sialan.” Desis Mikey, sambil mengangkat Senapan Laras panjang nya. Mengarahkan senapan tersebut, ke arah Zombie di depan nya yang berjarak sekitar 10 Meter dari hadapan nya.

Dor! Dor!

Dua kali terdengar suara tembakan, Mikey berlari mendatangi Ibu dan Anak tersebut. Kemudian menarik sang Anak.

Ya, Hanya sang Anak.

“Kak?! kenapa ibu ditinggal!” Anak tersebut memberontak, berusaha melepaskan pegangan tangan nya dari Mikey yang tengah membawa nya Lari.

“KAMU TIDAK LIHAT?! IBU MU TERGIGIT! JANGAN BODOH, ATAU KAU AKAN MENJADI ZOMBIE????” Mikey berteriak, ia sebenarnya cukup frustasi dengan hal ini. Kenapa setiap kali ia menolong anak-anak, Anak-anak pasti akan memberontak, memberikan hinaan pada nya, Karena telah meninggalkan Orang tua mereka yang telah tergigit, dan itu sudah Pasti terkena Virus nya.

Mikey menarik anak itu memasuki sebuah rumah kosong, melepaskan genggaman tangan nya ke anak itu dengan kasar. “Kak Mikey sudah kembali?” Suara lembut anak kecil memasuki pendengaran Mikey.

Ia segera menoleh kearah selatan rumah kosong itu, “Ya aku kembali. Urus anak ini, aku akan pergi keluar. Kenchin dan yang lain sedang menunggu ku. Chi.” Ucap nya sambil mengisi kembali peluru Senapan Laras Panjang nya.

“Kamu membawa anak lagi,” Suara berat terdengar dari sudut yang sama, Mikey hanya menghela nafas lelah. “Lebih baik membawa anak ini ikut bersama kita, dari pada menambah populasi Zombie Zombie sialan itu, 'benar bukan?”

Mikey membuka pintu rumah tersebut, “Aku pergi. Wish to me,” Ia menutup pintu rumah kosong tersebut. Berjalan dengan menyeret kayu balok yang ia gunakan untuk memukul anggota tubuh Zombie Zombie yang menyerang nya.

“Kau memungut, 'lagi?” Mikey hanya menggorek kuping nya sambil dengan mengangguk malas, “Kau tidak takut rumah itu nanti jadi sasaran?”

“Ya. Tinggal mencari rumah baru, gampang kan? disini banyak rumah kosong yang megah, pemilik nya telah berubah menjadi makhluk menjijikan, Baji. Kau tahu itu.” Iki mengeluarkan sebatang rokok, menghidupkan nya dan mengisap nya pelan. Meski tubuh nya bau anyir, ia tetap mencari ke tenangan.

“Terserah kau saja,” Baji, pasrah dengan pemuda dengan rambut atas nya tersebut. “Aku mencari kalian berdua. Ternyata disini, ya?” Terdengar suara dari belakang mereka berdua. Mikey melambaikan tangan nya.

“Oh, kalian bertiga sudah selesai di area sana?” Salah satu nya mengangguk, mengiyakan perkataan Pemuda pirang tersebut.

“Tinggal menunggu Mitsuya dan Draken, 'kan?” Mikey mengangguk, menjatuhkan rokok nya yang masih sisa setengah. Menginjak putung tersebut.

“Habis ini kemana?” Tanya Baji, Mikey mengangkat Senapan Laras Panjang nya, menaruh nya di pundak.

“Stasiun.”

.

Mikey dan teman-teman nya, sudah sampai di tempat tujuan mereka selanjutnya. Yaitu; Stasiun.

Tampak terlihat lebih banyak Zombie yang berkeliaran di sekitar sini, Mikey merasa sedikit Was was. Karena Zombie zombie disini tampak berbeda dengan yang ada di tengah kota.

Mikey mengangkat tangan kanan nya, “Berpencar, dan hati-hati.” Semua mengangguk kan kepala nya, kemudian berlari kearah yang berbeda-beda.

Mikey menghela nafas pelan, ia harus siap dengan kenyataan bahwa ia akan mengalahkan Zombie di hadapan nya yang ada hampir seratus orang, Sendirian.

Mikey mengambil sesuatu dari saku celana nya, kemudian mengaktifkan nya.

5 menit dari sekarang.

Mikey berlari menjauh setelah benda, yang diketahui bernama Bom tersebut di hidupkan dan telah di lempar kearah lautan Zombie tersebut.

Bersembunyi dibalik gedung besar, menutup telinga dari ledakan besar yang menyebabkan sebagian stasiun hancur, karena ulah nya.

Jujur, ia melakukan ini semua terpaksa.

Merelakan nyawa nya, demi nyawa orang lain. Yang bahkan orang lain tidak perduli dengan nyawa nya.

Mencemooh, dan mengata-ngatai nya sok bijak, sok kuat atau semacam nya. Karena berani membentuk sebuah kelompok, untuk membasmikan Zombie yang sudah menguasai dunia. Termasuk, Kota nya.

Mikey memukul-mukul pelipis nya pelan, kepala nya berdengung setelah mendengar suara ledakan tersebut. Pusing jika ditanya apa yang di rasakan nya sekarang.

Jika bukan karena ingin menyelamatkan nyawa orang lain, dan membasmi Zombie sialan ini. Ia pasti akan memilih di gigit oleh mereka, dan membiarkan diri nya di bunuh.

Sekumpulan Zombie yang selamat dari ledakan Bom tersebut, berlari secara acak. Kesana kemari, tetapi arah lari mereka cukup jelas.

Yaitu, berlari kearah nya.

Kepala nya masih terasa nyeri dan sakit karena dentuman Bom yang barusan ia nyalakan. Tapi, dengan terpaksa. Ia memaksa tubuh nya, untuk mulai memukuli satu persatu tubuh Zombie yang sedang mengincar nya.

Yang mencoba menggigitnya, yang mencoba mengubahnya menjadi sama seperti mereka.

Namun, sekuat apapun Mikey melawan. Tubuh nya, yang sudah oleng. Pasti akan terjatuh juga.

Alasan kenapa ia tidak suka menghidupkan Bom sendirian, apalagi pada saat saat seperti ini. Adalah alasan utama nya, karena dia tidak bisa mendengar dentuman yang Keras atau tubuh nya akan oleng.

Mikey sudah rela, jika ia menjadi satu spesies dengan Makhluk menjijikan ini, kata nya.

Karena ia sudah ‘Cukup’ lelah di cemooh oleh orang-orang yang telah ia selamatkan, tapi tidak tahu rasa terimakasih atas pertolongan yang ia berikan.

Tangan Mikey tergigit oleh salah satu Zombie yang benar benar berada di dekat nya sekarang, tidak mengetahui apa yang terjadi. Sehabis tergigit, ia malah dengan brutal memukuli dan menembaki Zombie yang benar benar jumlah nya sangat banyak itu sendirian.

Seperti tiba-tiba Tuhan melarang nya, untuk kembali ke sisi nya, Sekarang.

“FUCK! MIKEY!” merasa terpanggil, ia menolehkan kepala nya. Teman nya, Rindou yang selalu berdua dengan pemuda bernama, Sanzu datang sendiri sambil berlari mengatur nafas nya.

“FUCK! FUCK! FUCK! SORRY!” Mikey mengerutkan alis nya, kemudian menampar pipi pemuda itu. “BICARA! BUKAN BERKATA KASAR!” Ucap nya, dengan berteriak dihadapan pemuda tersebut.

“SANZU, KEY! SANZU TERBUNUH. KAU TAHU?!” Theo mencengkram bahu Mikey, mengguncang nya dengan kuat. Mikey kembali menampar wajah pemuda itu.

“KENAPA? KENAPA TIDAK KAMU JAGA?” Suara nya terdengar keras, namun sangat angkuh dan dingin. “KAMU MENCINTAI NYA, ‘BUKAN?! KENAPA TIDAK KAMU JAGA? KAMU BIARKAN DIA TERBUNUH? BOHONG! PERKATAAN MU SEMUA NYA BOHONG KAN???”

Mikey, kembali menampar wajah laki-laki itu. Mata nya memerah, menahan tangis. “Fuck, I am sorry. GUE JUGA GAMAU, KEY! INI SEMUA KARENA VIRUS MENYEBALKAN INI! KELUARGA MU, JUGA ADA YANG TEWAS Kㅡ” Belum selesai Rindou dengan kalimat nya, wajah nya di tendang oleh pemuda dengan tinggi 162cm tersebut.

“JANGAN BAWA-BAWA KELUARGA, SEMUA KELUARGA KITA TEWAS! HANYA KELUARGA MU YANG UTUH! BERHENTI MEMBANGGA KAN DIRIMU!” pemuda pendek itu kembali menendang wajah kotor dipenuhi darah laki-laki itu.

“BERHENTI ANGKUH! KARENA KEANGKUHAN MU, RARA TERBUNUH. KAU TAHU?!” Mikey memutar tubuh nya, melirik tajam. “Selesaikan tugas mu disana. Atau keluarga mu akan ku bunuh.”

Mikey berlari, mulai memasuki area reruntuhan Stasiun yang masih berapi-api karena ulah nya tadi.

Mikey merobek sedikit ujung baju nya, mengikat tangan nya yang terluka karena gigitan tadi.

Menghela nafas berat.

Ada lagi. Gumam nya pelan, sambil menatap Zombie zombie yang tengah berjalan kearah nya.

Mikey berdiri, memasang senyum angkuh. Senapan nya, ia arahkan pada Zombie Zombie dihadapan nya. Yang kini tengah berjalan acak kearah nya.

Tanpa perlu membidik, dengan gesit menarik Pelatuk Senapan nya. Peluru nya, mengenai target. Meski dalam relung hati nya tidak yakin, kalau ia akan mengenai target, tanpa membidik seperti ini.

Namun seperti sudah menjadi makanan sehari-hari, bidikan nya tepat mengenai sasaran. Yaitu; Jantung atau Kepala sang Target.

Jam Kota tiba-tiba berdenting, saat Mikey tengah asik membidik Zombie Zombie yang ada di hadapan nya. Itu arti nya, sekarang waktu telah menunjukkan pukul 18.00 atau jam 6 Sore.

Dari sekarang, Zombie tidak ada yang berkeliaran. Dan itu membuat Mikey sedikit jengkel.

Kenapa Zombie hanya muncul pada saat siang hari? kenapa tidak malam juga? atau muncul seharian. Hidup nya seperti sudah di dedikasi kan untuk mengalahkan Zombie, dan membangun kota Jakarta seperti dahulu kala, lagi.

“Mikey! Ayo kembali.” Ia mengangguk, memijit pelipis nya pelan. Badan nya sudah sangat bau amis, bau anyir, bau darah, dan sebagai nya.

Begitu juga dengan bau teman-teman nya, mereka sudah sangat bau badan. Seperti biasa, mungkin untuk kekamar mandi. Mereka harus berebut.

“Hari ini hompimpa?” Bajiㅡ Si badut yang memiliki skill hebat, angkat bicara saat semua nya kini tengah berjalan pulang.

“Ya boleh, kalau udah hompimpa jangan berebut kamar mandi. Sih.” Semua mengangguk setuju, Kecuali Mikey. Hanya terdiam semenjak tadi, menatap tangan nya yang terperban.

“Key, kenapa?” Tanya Draken, Mikey mengangkat kepala nya. Kemudian menunjukkan tangan nya yang terperban.

“Why haven't I changed?” Tanya Mikey, dengan nada bingung, Draken segera berhenti berjalan. “Apa maksud mu?!” Ia memegang tangan pemuda yang lebih pendek dari nya itu.

“Aku tergigit?”

“You're just kidding, right?” Draken menatap nanar Mikey, yang tengah menatap nya dengan tatapan Bingung.

“No. I'm Seriously, Aku tergigit.” Jawab nya, ia membuka perban dari baju nya tersebut. Dan menunjukkan tangan nya yang mulus tanpa ada gigitan.

“Bohong. Tangan mu, tidak ada luka gigit sedikit, ’Pun.” Mikey menggeleng, ia menatap tidak percaya tangan nya yang mulus.

“No! I do not lie! Tadi aku tergigit, Rindou juga melihat nya. Iyakan?!!” Mikey menarik bahu Rindou yang berjalan dihadapan nya, Rindou yang ditarik pun menatap bingung Mikey.

“Aku tadi di gigit, 'Bukan?” Tanya Mikey, dengan nada sedikit ciut di hadapan Rindou. Sedikit merasa bersalah karena menampar pemuda itu berulang kali, kemudian menendang wajah nya.

“Ya? Kamu tadi tergigit saat aku menghampiri mu, lalu kenapa?” Tanya Rindou, berusaha bertanya dengan nada santai.

“Luka nya.... Hilang.” Rindou segera menarik Tangan Mikey, dan melihat tangan bersih pemuda itu Lamat Lamat.

“What the hellㅡ”

“Lihat! aku tidak bohong, 'kan?!” Mikey menarik tangan nya, berteriak di hadapan Draken. Draken hanya menatap bingung, kemudian mengiyakan perkataan Pemuda pendek itu.

“Kenapa ribut-ribut, sih? hompimpa cepetan.” Ucap Bajiㅡ melonggarkan suasana.

.

Mikey, bersama Draken dan Mitsuya memasukki ruangan bawah tanah yang banyak berisi cairan cairan Kimia. Mereka bertiga berempat jika ada Sanzu , sedang mencari cara untuk membuat vaksin dari virus ini.

Mikey duduk diatas meja, sedangkan Draken dan Mitsuya duduk di kursi.

“Jadi, kamu betulan di gigit?” Draksn membuka topik pembicaraan mereka, Mikey mengangguk.

“Aku sudah bilang....”

“Baiklah, lalu bagaimana jika kita mengambil sedikit darah mu. Kemudian mencoba mengetes dengan salah satu Zombie?” Ucap Draken, dengan santai. Mikey terdiam.

“Sedikit?” Ulangi Mikey, Draken mengangguk sebagai jawaban.

“Percobaan, nanti jika berhasil. Kita akan memproduksi darah mu lebih banyak, tanpa harus mengambil nya dari tubuh mu.” Jelas Draken, lagi.

Mikey mengangguk sebagai jawaban, “Agak takut. Tapi, baiklah?”

Draken berdiri, mengambil suntikan yang masih terbungkus rapi. Mulai menusukkan jarum ke tangan pemuda tersebut.

Mikey mendesis pelan, kemudian menutupi tangan nya dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol.

“I hope this helps.” Mikey turun dari meja, kemudian berjalan menaiki tangga. Menuju lantai atas.

.

Pukul 06.27 Mikey sudah berjalan jalan di pinggiran kota, membawa senapan dan kayu balok nya. Menghirup udara yang tidak segar sama sekali ini.

Di belakang nya, berjalan Draman yang tengah sibuk mengisap rokok nya. Jika kalian tanya, dari mana mereka mendapat rokok. Jawaban nya adalah mencuri di Supermarket, atau Minimarket yang sudah tidak berpenghuni.

“Kamu bawa darah nya?” Tanya Mikey, mengambil rokok yang di pegang Draken. Kemudian mengisap nya.

Draken mengangguk, “Ya. Nanti kita coba,” Jawab nya kemudian menghela nafas ringan.

Mikey menghembuskan nafas nya, mengeluarkan asap yang mengepul di udara. Pikiran nya terpusat kan pada darah nya saat ini.

Ia sangat berharap kalau darah nya, benar-benar bisa membuat orang kebal terhadap virus yang tengah marak selama 2 tahun terakhir ini.

“Sudah muncul,” Mikey melepar asal putung rokok. Kemudian berlari menarik tangan Draken yang tengah sibuk memotret kehancuran kota kelahiran nya. Aneh.

“Kenchin, suntikan nya.” Draken segera mengeluarkan suntikan yang dipenuhi darah Mikey, Mikey membuka suntikan itu. Dan menyentil pelan suntikan tersebut.

Mikey menusukkan suntikan tersebut dengan pelan, di area tangan Zombie tersebut. Setelah selesai, ia mencabut suntikan tersebut. Dan berlari sambil menarik Draken, bersembunyi dibalik bangunan.

Mereka mengintip Zombie yang baru saja Mikey suntikkan darah nya, sesaat kemudian ; Zombie itu kembali normal.

Mikey bersorak pelan, kemudian tersenyum manis ke arah Draken. Bersyukur, karena darah nya berguna ; Apalagi untuk menyelamatkan sekitar nya.

Tidak perduli lagi dengan cemooh, dan hinaan hinaan yang ia dapatkan. Sekarang ia semakin bersemangat untuk memberikan darah nya, kepada orang orang yang telah berubah.

Mengubah nasib semua orang, mengubah semua nya seperti di masa lalu. 5 tahun yang lalu.

ㅡ Fin

> Contains Warning ;; > 2.2k Word , Terror , Panic Attack , Blood , Shotgun , Canibalisme , Bom , Death Character , Sadistic , Depression , Scared , Scream , syringe, needle , Zombie , 18+ , Harsh Word , Using local word , Virus , Covid-19 , smooking , cigarettes , 100% fanfiksi , don't a real story , original character > Peringatan yang lain akan di tambah seiring > berjalan nya cerita.

Cerita ini murni Fanfiksi, semua latar belakang cerita ada lah Lokal ; Indonesia

Mohon bijak dalam membaca, dan own your risk

Happy Reading!

Covid-19 sudah berakhir sejak 2 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2023 bertepatan dengan Tahun baru pada saat itu.

Sudah 2 tahun pula semenjak Covid-19 di nyata kan selesai dari dunia, sudah 2 tahun pula ternyata virus zombie menyerang dunia.

Semua orang mengira, setelah Covid-19 berakhir; tidak ada virus lain yang menyerang dunia ini, lagi.

Tapi, ternyata tidak. Setelah penyakit yang menyerang dunia selama hampir 5 tahun ini, lenyap. Virus baru muncul.

Menyebabkan semua orang makin terpuruk, dan terkadang berteriak-teriak. Lebih baik berada pada jaman Covid-19 Dan selama nya berada dijaman itu. Dari pada sekarang.

Semua orang harus bersembunyi, mencari tempat yang aman. Dari jangkauan orang yang sudah terkena virus tersebut.

Karena, virus ini juga. Semua siswa tidak ada lagi yang bersekolah, semua sibuk bertarung diluar sana. Mencoba melindungi sanak saudara nya, dari serangan berbahaya orang-orang yang terkena virus tersebut.

Seperti sekarang.

Gadis yang berumur 18 Tahun ini, kini tengah berlumuran darah di baju putih nya. Tidak terlihat lagi warna Putih pada baju nya.

Sudah terlalu kotor.

Tangan kanan nya memegang sebuah Kayu, dan tangan kiri nya memegang sebuah Senapan Laras panjang yang ia dapatkan dari teman nya.

“Woi Iki! Udah beres yang disana?!” Gadis itu menoleh kearah barat dari arah nya, mengacungkan jempol kepada teman nya yang juga tengah berjuang mengalahkan Zombie yang ada di sekitar tubuh nya.

“AAAAAAA!” Gadis itu menoleh kearah belakang nya, mencari sumber suara yang baru saja terdengar.

Setelah menemukan titik nya, ia segera berlari. “GUE CEK DISANA! HATI-HATI. RA!” Teriak nya sambil berlari ke arah suara yang baru saja terdengar.

Sesampai nya di sana, ia melihat seorang wanita yang tengah memeluk anaknya. Di hadapan nya ada Zombie yang tengah berusaha menggigit Sang anak.

“Sialan.” Desis Iki, sambil mengangkat Senapan Laras panjang nya. Mengarahkan senapan tersebut, ke arah Zombie di depan nya yang berjarak sekitar 10 Meter dari hadapan nya.

Dor! Dor!

Dua kali terdengar suara tembakan, Iki berlari mendatangi Ibu dan Anak tersebut. Kemudian menarik sang Anak.

Ya, Hanya sang Anak.

“Kak?! kenapa ibu ditinggal!” Anak tersebut memberontak, berusaha melepaskan pegangan tangan nya dari Iki yang tengah membawa nya Lari.

“KAMU TIDAK LIHAT?! IBU MU TERGIGIT! JANGAN BODOH, ATAU KAU AKAN MENJADI ZOMBIE????” Iki berteriak, ia sebenarnya cukup frustasi dengan hal ini. Kenapa setiap kali ia menolong anak-anak, Anak-anak pasti akan memberontak, memberikan hinaan pada nya, Karena telah meninggalkan Orang tua mereka yang telah tergigit, dan itu sudah Pasti terkena Virus nya.

Iki menarik anak itu memasuki sebuah rumah kosong, melepaskan genggaman tangan nya ke anak itu dengan kasar. “Kak Iki sudah kembali?” Suara lembut anak kecil memasuki pendengaran Iki.

Ia segera menoleh kearah selatan rumah kosong itu, “Ya aku kembali. Urus anak ini, aku akan pergi keluar. Rara dan yang lain sedang menunggu ku. Ci.” Ucap nya sambil mengisi kembali peluru Senapan Laras Panjang nya.

“Kamu membawa anak lagi,” Suara berat terdengar dari sudut yang sama, Iki hanya menghela nafas lelah. “Lebih baik membawa anak ini ikut bersama kita, dari pada menambah populasi Zombie Zombie sialan itu, 'benar bukan?”

Iki membuka pintu rumah tersebut, “Aku pergi. Wish to me,” Ia menutup pintu rumah kosong tersebut. Berjalan dengan menyeret kayu balok yang ia gunakan untuk memukul anggota tubuh Zombie Zombie yang menyerang nya.

“Kau memungut, 'lagi?” Iki hanya menggorek kuping nya sambil dengan mengangguk malas, “Kau tidak takut rumah itu nanti jadi sasaran?”

“Ya. Tinggal mencari rumah baru, gampang kan? disini banyak rumah kosong yang megah, pemilik nya telah berubah menjadi makhluk menjijikan, Leon. Kau tahu itu.” Iki mengeluarkan sebatang rokok, menghidupkan nya dan mengisap nya pelan. Meski tubuh nya bau anyir, ia tetap mencari ke tebangan.

“Terserah kau saja,” Leon, pasrah dengan gadis dengan rambut diikat asal tersebut. “Aku mencari kalian berdua. Ternyata disini, ya?” Terdengar suara dari belakang mereka berdua. Iki melambaikan tangan nya.

“Oh, kalian bertiga sudah selesai di area sana?” Salah satu nya mengangguk, mengiyakan perkataan gadis tersebut.

“Tinggal menunggu Rara dan Theo, 'kan?” Iki mengangguk, menjatuhkan rokok nya yang masih sisa setengah. Menginjak puting tersebut.

“Habis ini kemana?” Tanya Chris, Iki mengangkat Senapan Laras Panjang nya, menaruh nya di pundak.

“Stasiun.”

.

Iki dan teman-teman nya, sudah sampai di tempat tujuan mereka selanjutnya. Yaitu; Stasiun.

Tampak terlihat lebih banyak Zombie yang berkeliaran di sekitar sini, Iki merasa sedikit Was was. Karena Zombie zombie disini tampak berbeda dengan yang ada di tengah kota.

Iki mengangkat tangan kanan nya, “Berpencar, dan hati-hati.” Semua mengangguk kan kepala nya, kemudian berlari kearah yang berbeda-beda.

Iki menghela nafas pelan, ia harus siap dengan kenyataan bahwa ia akan mengalahkan Zombie di hadapan nya yang ada hampir seratus orang, Sendirian.

Iki mengambil sesuatu dari saku celana nya, kemudian mengaktifkan nya.

5 menit dari sekarang.

Iki berlari menjauh setelah benda, yang diketahui bernama Bom tersebut di hidupkan dan telah di lempar kearah lautan Zombie tersebut.

Bersembunyi dibalik gedung besar, menutup telinga dari ledakan besar yang menyebabkan sebagian stasiun hancur, karena ulah nya.

Jujur, ia melakukan ini semua terpaksa.

Merelakan nyawa nya, demi nyawa orang lain. Yang bahkan orang lain tidak perduli dengan nyawa nya.

Mencemooh, dan mengata-ngatai nya sok bijak, sok kuat atau semacam nya. Karena berani membentuk sebuah kelompok, untuk membasmikan Zombie yang sudah menguasai dunia. Termasuk, Kota nya.

Iki memukul-mukul pelipis nya pelan, kepala nya berdengung setelah mendengar suara ledakan tersebut. Pusing jika ditanya apa yang di rasakan nya sekarang.

Jika bukan karena ingin menyelamatkan nyawa orang lain, dan membasmi Zombie sialan ini. Ia pasti akan memilih di gigit oleh mereka, dan membiarkan diri nya di bunuh.

Sekumpulan Zombie yang selamat dari ledakan Bom tersebut, berlari secara acak. Kesana kemari, tetapi arah lari mereka cukup jelas.

Yaitu, berlari kearah Iki.

Kepala nya masih terasa nyeri dan sakit karena dentuman Bom yang barusan ia nyalakan. Tapi, dengan terpaksa. Ia memaksa tubuh nya, untuk mulai memukuli satu persatu tubuh Zombie yang sedang mengincar nya.

Yang mencoba menggigitnya, yang mencoba mengubahnya menjadi sama seperti mereka.

Namun, sekuat apapun Iki melawan. Tubuh nya, yang sudah oleng. Pasti akan terjatuh juga.

Alasan kenapa ia tidak suka menghidupkan Bom sendirian, apalagi pada saat saat seperti ini. Adalah alasan utama nya, karena dia tidak bisa mendengar dentuman yang Keras atau tubuh nya akan oleng.

Iki sudah rela, jika ia menjadi satu spesies dengan Makhluk menjijikan ini, kata nya.

Karena ia sudah ‘Cukup’ lelah di cemooh oleh orang-orang yang telah ia selamatkan, tapi tidak tahu rasa terimakasih atas pertolongan yang ia berikan.

Tangan Iki tergigit oleh salah satu Zombie yang benar benar berada di dekat nya sekarang, tidak mengetahui apa yabg terjadi. Sehabis tergigit, ia malah dengan brutal memukuli dan menembaki Zombie yang benar benar jumlah nya sangat banyak itu sendirian.

Seperti tiba-tiba Tuhan melarang nya, untuk kembali ke sisi nya, Sekarang.

“FUCK! IKI!” merasa terpanggil, ia menolehkan kepala nya. Teman nya, Theo yang selalu berdua dengan gadis bernama, Rara datang sendiri sambil berlari mengatur nafas nya.

“FUCK! FUCK! FUCK! SORRY!” Iki mengerutkan alis nya, kemudian menampar pipi laki-laki itu. “BICARA! BUKAN BERKATA KASAR!” Ucap nya, dengan berteriak dihadapan laki-laki tersebut.

“RARA, KI! RARA TERBUNUH. KAU TAHU?!” Theo mencengkram bahu Iki, mengguncang nya dengan kuat. Iki kembali menampar wajah laki-laki itu.

“KENAPA? KENAPA TIDAK KAMU JAGA?” Suara nya terdengar keras, namun sangat angkuh dan dingin. “KAMU MENCINTAI NYA, ‘BUKAN?! KENAPA TIDAK KAMU JAGA? KAMU BIARKAN DIA TERBUNUH? BOHONG! PERKATAAN MU SEMUA NYA BOHONG KAN???”

Iki, kembali menampar wajah laki-laki itu. Mata nya memerah, menahan tangis. “Fuck, I am sorry. GUE JUGA GAMAU, KI! INI SEMUA KARENA VIRUS MENYEBALKAN INI! KELUARGA MU, JUGA ADA YANG TEWAS Kㅡ” Belum selesai Theo dengan kalimat nya, wajah nya di tendang oleh gadis tersebut.

“JANGAN BAWA-BAWA KELUARGA, SEMUA KELUARGA KITA TEWAS! HANYA KELUARGA MU YANG UTUH! BERHENTI MEMBANGGA KAN DIRIMU!” Gadis itu kembali menendang wajah kotor dipenuhi darah laki-laki itu.

“BERHENTI ANGKUH! KARENA KEANGKUHAN MU, RARA TERBUNUH. KAU TAHU?!” Iki memutar tubuh nya, melirik tajam. “Selesaikan tugas mu disana. Atau keluarga mu akan ku bunuh.”

Iki berlari, mulai memasuki area reruntuhan Stasiun yang masih berapi-api karena ulah nya tadi.

Iki merobek sedikit ujung baju nya, mengikat tangan nya yang terluka karena gigitan tadi.

Menghela nafas berat.

Ada lagi. Gumam nya pelan, sambil menatap Zombie zombie yang tengah berjalan kearah nya.

Iki berdiri, memasang senyum angkuh. Senapan nya, ia arahkan pada Zombie Zombie dihadapan nya. Yang kini tengah berjalan acak kearah nya.

Tanpa perlu membidik, dengan gesit menarik Pelatuk Senapan nya. Peluru nya, mengenai target. Meski dalam relung hati nya tidak yakin, kalau ia akan mengenai target, tanpa membidik seperti ini.

Namun seperti sudah menjadi makanan sehari-hari, bidikan nya tepat mengenai sasaran. Yaitu; Jantung atau Kepala sang Target.

Jam Kota tiba-tiba berdenting, saat Iki tengah asik membidik Zombie Zombie yang ada di hadapan nya. Itu arti nya, sekarang waktu telah menunjukkan pukul 18.00 atau jam 6 Sore.

Dari sekarang, Zombie tidak ada yang berkeliaran. Dan itu membuat Iki sedikit jengkel.

Kenapa Zombie hanya muncul pada saat siang hari? kenapa tidak malam juga? atau muncul seharian. Hidup nya seperti sudah di dedikasi kan untuk mengalahkan Zombie, dan membangun kota Jakarta seperti dahulu kala, lagi.

“Iki! Ayo kembali.” Ia mengangguk, memijit pelipis nya pelan. Badan nya sudah sangat bau amis, bau anyir, bau darah, dan sebagai nya.

Begitu juga dengan bau teman-teman nya, mereka sudah sangat bau badan. Seperti biasa, mungkin untuk kekamar mandi. Mereka harus berebut.

“Hari ini hompimpa?” Kevinㅡ Si badut yang memiliki skill hebat, angkat bicara saat semua nya kini tengah berjalan pulang.

“Ya boleh, kalau udah hompimpa jangan berebut kamar mandi. Sih.” Semua mengangguk setuju, Kecuali Iki. Hanya terdiam semenjak tadi, menatap tangan nya yang terperban.

“Ki, kenapa?” Tanya Leon, Iki mengangkat kepala nya. Kemudian menunjukkan tangan nya yang terperban.

“Why haven't I changed?” Tanya Iki, dengan nada bingung, Leon segera berhenti berjalan. “Apa maksud mu?!” Ia memegang tangan gadis itu.

“Aku tergigit?”

“You're just kidding, right?” Leon menatap nanar Iki, yang tengah menatap nya dengan tatapan Bingung.

“No. I'm Seriously, Aku tergigit.” Jawab nya, ia membuka perban dari baju nya tersebut. Dan menunjukkan tangan nya yang mulus tanpa ada gigitan.

“Bohong. Tangan mu, tidak ada luka gigit sedikit, ’Pun.” Iki menggeleng, ia menatap tidak percaya tangan nya yang mulus.

“No! I do not lie! Tadi aku tergigit, Theo juga melihat nya. Iyakan?!!” Iki menarik bahu Theo yang berjalan dihadapan nya, Theo yang ditarik pun menatap bingung Iki.

“Aku tadi di gigit, 'Bukan?” Tanya Iki, dengan nada sedikit ciut di hadapan Theo. Sedikit merasa bersalah karena menampar laki-laki itu berulang kali, kemudian menendang wajah nya.

“Ya? Kamu tadi tergigit saat aku menghampiri mu, lalu kenapa?” Tanya Theo, berusaha bertanya dengan nada santai.

“Luka nya.... Hilang.” Theo segera menarik Tangan Iki, dan melihat tangan putih gadis itu Lamat Lamat.

“What the hellㅡ”

“Lihat! aku tidak bohong, 'kan?!” Iki menarik tangan nya, berteriak di hadapan Leon. Leon hanya menatap bingung, kemudian mengiyakan perkataan gadis itu.

“Kenapa ribut-ribut, sih? hompimpa cepetan.” Ucap Kevinㅡ melonggarkan suasana.

.

Iki, bersama Leon dan Theo memasukki ruangan bawah tanah yang banyak berisi cairan cairan Kimia. Mereka bertiga berempat jika ada Rara , sedang mencari cara untuk membuat vaksin dari virus ini.

Iki duduk diatas meja, sedangkan Leon dan Theo duduk di kursi.

“Jadi, kamu betulan di gigit?” Leon membuka topik pembicaraan mereka, Iki mengangguk.

“Aku sudah bilang....”

“Baiklah, lalu bagaimana jika kita mengambil sedikit darah mu. Kemudian mencoba mengetes dengan salah satu Zombie?” Ucap Leon, dengan santai. Iki terdiam.

“Sedikit?” Ulangi Iki, Leon mengangguk sebagai jawaban.

“Percobaan, nanti jika berhasil. Kita akan memproduksi darah mu lebih banyak, tanpa harus mengambil nya dari tubuh mu.” Jelas Leon, lagi.

Iki mengangguk sebagai jawaban, “Agak takut. Tapi, baiklah?”

Leon berdiri, mengambil suntikan yang masih terbungkus rapi. Mulai menusukkan jarum ke tangan gadis tersebut.

Iki mendesis pelan, kemudian menutupi tangan nya dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol.

“I hope this helps.” Iki turun dari meja, kemudian berjalan menaiki tangga. Menuju lantai atas.

.

Pukul 06.27 Iki sudah berjalan jalan di pinggiran kota, membawa senapan dan kayu balok nya. Menghirup udara yang tidak segar sama sekali ini.

Di belakang nya, berjalan Leon yang tengah sibuk mengisap rokok nya. Jika kalian tanya, dari mana mereka mendapat rokok. Jawaban nya adalah mencuri di Supermarket, atau Minimarket yang sudah tidak berpenghuni.

“Kamu bawa darah nya?” Tanya Iki, mengambil rokok yang di pegang Leon. Kemudian mengisap nya.

Leon mengangguk, “Ya. Nanti kita coba,” Jawab nya kemudian menghela nafas ringan.

Iki menghembuskan nafas nya, mengeluarkan asap yang mengepul di udara. Pikiran nya terpusat kan pada darah nya saat ini.

Ia sangat berharap kalau darah nya, benar-benar bisa membuat orang kebal terhadap virus yang tengah marak selama 2 tahun terakhir ini.

“Sudah muncul,” Iki melepar asal puting rokok. Kemudian berlari menarik tangan Leon yang tengah sibuk memotret kehancuran kota kelahiran nya. Aneh.

“Leon, suntikan nya.” Leon segera mengeluarkan suntikan yang dipenuhi darah Iki, Iki membuka suntikan itu. Dan menyentil pelan suntikan tersebut.

Iki menusukkan suntikan tersebut dengan pelan, di area tangan Zombie tersebut. Setelah selesai, ia mencabut suntikan tersebut. Dan berlari sambil menarik Leon, bersembunyi dibalik bangunan.

Mereka mengintip Zombie yang baru saja Iki suntikkan darah nya, sesaat kemudian ; Zombie itu kembali normal.

Iki bersorak pelan, kemudian tersenyum manis ke arah Leon. Bersyukur, karena darah nya berguna ; Apalagi untuk menyelamatkan sekitar nya.

Tidak perduli lagi dengan cemooh, dan hinaan hinaan yang ia dapatkan. Sekarang ia semakin bersemangat untuk memberikan darah nya, kepada orang orang yang telah berubah.

Mengubah nasib semua orang, mengubah semua nya seperti di masa lalu. 5 tahun yang lalu.

ㅡ Fin