saraga’s

Warning ; Boys Love's, Gay, Homo, Threesome, Anal Sex, Using Local Harsh Word, Jorok, Adegan Kobel kobelan, dsb. Gue lupa, inti nya jangan baca pas makan, terus sambil ngebayangin mereka ngentot.

<

Warning ; Boys Love's, Gay, Homo, Threesome, Anal Sex, Using Local Harsh Word, Jorok, Adegan Kobel kobelan, dsb. Gue lupa, inti nya jangan baca pas makan, terus sambil ngebayangin mereka ngentot.

. .

Warning ; Boys Love's, Gay, Homo, Threesome, Anal Sex, Using Local Harsh Word, Jorok, Adegan Kobel kobelan, dsb. Gue lupa, inti nya jangan baca pas makan, terus sambil ngebayangin mereka ngentot.

Three

Toge hari ini tidak kembali terlambat, jujur dia sebenarnya paling anti datang terlambat. Apalagi gara-gara kejadian kemarin.

Ia jadi makin anti untuk datang terlambat ke sekolah, jadi hari ini ia meminta Maki untuk mendobrak pintu kamar nya, agar ia bangun lebih pagi.

“Maka nya ge, Mabar tuh kira kira.” Maki berjalan di depan Toge yang masih menguap-nguap sambil memainkan ponsel nya.

“Ya siapa juga yang ga nolak diajak mabar.” Toge mematikkan ponsel nya, memasukkan ke dalam saku celana berlari kecil mendatangi Makiㅡdan Mai yang terjarak dengan nya sekitar 1 meter.

“Ya tapi kira kira lah, dongo. Kalau telat terus, emang Lo mau di godain itu panitia terus?” Kali ini Mai yang angkat bicara, tangan nya sambil memukul pelan punggung Toge.

“Ya enggak sih, duh doain moga kelompok gue nanti gada dia.” Jawab Toge sambil mengelus punggung nya yang baru saja di pukul Mai.

“May your prayers be answered.” Ucap Maki, Toge mengangguk pelan.

Two

Toge segera berlari kekamar mandi setelah mendapat pesan dari Maki, ia bergegas mandi. Sungguh, ia tadi malam begadang hingga jam 2 pagi.

Dan ia melupakan bahwa keesokan hari nya, adalah hari dimana ia MPLS alias Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.

Hari pertama ia masuk SMK.

Selesai Mandi, ia langsung bergegas memasang baju dan berlari melewatkan sarapan nya.

Perduli amat ia akan pingsan nanti, yang penting ia tidak terlambat dan tidak merusak Image nya sebagai murid pendiam.

Two

Toge segera berlari kekamar mandi setelah mendapat pesan dari Maki, ia bergegas mandi. Sungguh, ia tadi malam begadang hingga jam 2 pagi.

Dan ia melupakan bahwa keesokan hari nya, adalah hari dimana ia MPLS alias Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.

Hari pertama ia masuk SMK.

Selesai Mandi, ia langsung bergegas memasang baju dan berlari melewatkan sarapan nya.

Perduli amat ia akan pingsan nanti, yang penting ia tidak terlambat dan tidak merusak Image nya sebagai murid pendiam.

One

Toge menghela nafas, ia berjalan keluar apartement nya. Mengambil sebungkus plastik yang tergantung di gagang pintu apartement nya.

Lagi dan lagi hari ini ia makan, makanan yang diberikan oleh Makiㅡ Teman sejak kecil nya.

Ia sungguh merasa tidak enak hati, tapi sekuat apapun ia menolak makanan yang diberikan nya, gadis itu akan tetap memberikan makanan kepada nya.

Toge berjalan kearah dapur, mengambil piring dan sendok. Menaruh makanan nya, kemudian hanya di pandangi.

Ia mulai teringat masa lalu nya, tepat pada saat masa SMA.

Mengaduk makanan nya, tetapi tidak di makan. Ia teringat, saat-saat bersama dengan kekasih nyaㅡ Yuuta.

Dimana kekasih nya itu sekarang? Apa kabar nya? Cerita ini, akan menceritakan perjalanan kisah mereka dari awal hingga akhir.

ㅡ Surat.

Maki menendang batu dijalan yang ia lewati, cukup kesal karena pertemuan keluarga nya barusan. Berpikir, kenapa ia harus dilahirkan di keluarga ini.

Boleh kah, jika Maki merasa egois? ia ingin mati, kemudian kembali hidup menjadi orang yang berbeda. Tidak terlahir di keluarga ini, tidak terlahir di keluarga yang penuh dengan perseteruan internal hanya karena harta, tahta, dan kekuasaan.

Ternyata, hidup mereka hanya di dedikasikan untuk Harta dan Tahta. Tidak dapat harta, tahta dan kekuasaan, maka tidak hidup.

Maki tertawa miris, keluarga nya benar benar sangat aneh. Rela melakukan apa saja demi mendapat harta, tahta, dan kekuasaan.

Apa penting nya itu semua? hanya Harta, hanya Tahta, Hanya kekuasaan. Kenapa harus di perebutkan? Bukan kah mereka bisa membuat itu sendiri?

Pemikiran mereka sangat dangkal, Begitu pikir Maki.

Ia berjalan menyusuri kota yang sangat besar ini, memeluk diri sendiri karena udara sekarang cukup dingin.

Ponsel nya sudah berulang kali berbunyi, ia tahu. Itu pasti kembaran dan teman teman nya yang menelpon, mencari dimana keberadaan nya.

Dia sekarang ingin menyendiri, bersama dengan mereka tidak mengurangi rasa kesal Maki terhadap keluarga nya.

Maki menatap datar bangunan yang barusan ia lewati, itu adalah gedung perusahaan keluarga nya. Maki berpikir, apa keluarga nya memang sekaya ini?

Dari tadi ia menyusuri kota sehabis pertemuan keluarga, ia selalu saja melihat gedung besar dengan Marga keluarga nya terpampang jelas disana.

Aku membenci keluarga ini. Maki mempercepat jalan nya, takut ia akan dilihat oleh karyawan karyawan yang berkerja disana. Dan mengadu bahwa ia baru saja melewati jalan ini.

Maki melirik jam tangan nya, Sudah pukul 23.32 Ia melirik ke arah halte bus yang ada di hadapan nya.

Apa aku pulang saja? Maki bergumam sendiri, kemudian menggeleng pelan. Tidak.

Maki mengeluarkan ponsel nya, dan membalas pesan kembaran nya yang terlihat mengirimkan nya pesan paling banyak dari yang lain.

Aku tidak pulang, jangan cari aku.

Begitulah balasan yang diberikan oleh Maki.

Ia kembali berjalan menyusuri kota, kaki nya tampak tidak lelah menyusuri kota dari pukul 21.23 dan sekarang pukul 23.46

Ia sampai di sebuah jembatan, ia melihat seseorang berdiri disana; mengisap sepiring rokok.

Kantung mata nya cukup besar, wajah nya tampak lelah. Seperti memikul beban yang lebih besar, dari pada beban yang ia pikul.

Tapi, Maki mengindahkan nya. Ia menatap air sungai yang mengalir di bawah jembatan tersebut, terdapat pantulan bulan di sana.

Maki mengeratkan pegangan nya kepada jaket yang ia pakai, memberikan kehangatan pada tubuh nya sendiri.

Kacamata yang bertengger di hidung Maki, ia lepaskan. Ia memijit pelan pangkal hidung nya.

“Maki Zen'in, benar 'kan?” Seseorang yang tadi sibuk mengisap seputing rokok, sekarang berdiri disamping Maki; namun masih mengisap rokok.

Maki melirik, “Ya? Anda siapa?” nada yang ia keluarkan sangat dingin dan mengintimidasi.

“Yuuta. Okkotsu Yuuta.” Ia menjatuhkan puting rokok nya, kemudian ia menginjak puting yang barusan ia jatuhkan ketanah.

“Oh, anda ada perlu apa ya. Okkotsu?” Masih dengan nada yang sama.

“Ini.” Ia memberikan sebuah surat kepada Maki, kemudian berlalu; Berjalan melewati Maki, meninggalkan gadis bermarga Zen'in itu sendiri yang masih memproses apa yang terjadi.

“Hei. Apa ini?!” Teriak Maki, namun diindah kan oleh seseorang yang bernama, Okkotsu Yuuta tersebut.

Yuuta berhenti, kemudian berbalik jalan pelan.

“Buka surat itu, saat kamu sudah di rumah.” Ia kembali berjalan.

Maki terdiam, ia menatap surat yang baru saja diberikan oleh laki-laki tersebut. Ia pikir, ia baru saja bertemu dengan laki-laki itu.

-

Maki melempar surat yang ia dapatkan dua hari yang lalu ke dalam bak sampah.

Air mata nya mengalir, dada nya cukup sakit.

Kenapa ia sangat bodoh.

Fuck.

Maki menghamburkan semua barang barang yang ada dikamar nya, membuat nya seperti kapal pecah.

Maki melempar kursi ke cermin yang ada di hadapan nya.

“MAKI!! NGAPAIN?!” Mai masuk kedalam kamar Maki, menatap nanar sang kakak kembar yang kini seperti nya sedang tersulut emosi.

“Keluar!”

“Hah?”

“KELUAR!”

Setelah mendengar teriakan yang lebih keras, Mai segera menghela nafas. “OKAY! FINE, I AM OUT!”

Ia menutup pintu nya, Maki kembali menghamburkan isi kamar nya.

Sebenarnya, Apa isi surat tersebut?

Kenapa Maki sampai marah besar?

Dan siapa sebenarnya, Okkotsu Yuuta itu?

Sudah 10 menit Rika terduduk di teras rumah nya, menunggu laki-laki dengan marga Inumaki itu untuk datang kerumahnya.

Ia menata hati nya, takut takut jika Toge marah atau apapun itu. Karena sampai mengajak nya untuk bertemu seperti ini.

“Mau kemana Rik?” Tanya Yuuta yang baru saja keluar, pakaian nya rapi. Pasti mau berkencan di pagi Buta begini dengan Maki.

“Engga tau, nunggu kak Toge jemput.” Jawab Rika sambil memainkan jari nya, Yuuta hanya ber-oh ria.

“Yaudah Mangat ngedate nya.” Ia berlalu di hadapan Rika, kemudian berjalan kearah bagasi.

Rika menatap kepergian kakak nya dari Rumah.

Rika berpikir, kapan Toge datang?

Ia pun menghela nafas berat.

Tapi tak lama kemudian, sebuah mobil hitam keluaran terbaru datang ke depan pagar rumah nya.

Rika segera bangkit, dan berlari kecil mendatangi mobil tersebut.

“Nunggu lama ya?” Tanya Toge, saat Rika sudah duduk disamping nya. Rika menggeleng pelan, “Engga kak.”

Jawab nya sambil tersenyum.

“Yaudah oke.”

-

Toge membawa Rika ke sebuah Taman, Rika mengerutkan alis nya. Untuk apa Toge membawa nya ke taman?

Tapi yasudah, dia ngikut saja.

“Rik, Lo tunggu disini bentar ya. Ada yang mau gue ambil.” Ucap Toge saat mereka sudah sampai di kursi kosong.

Rika hanya menatap bingung, kemudian mengangguk.

Ia duduk kursi taman tersebut, memainkan ponsel nya. Menunggu Toge kembali.

-

Sekitar 40 menit-an Rika menunggu Toge, Pantat nya sudah lumayan kesemutan. Toge kemana?

Takut takut, ia ditinggal. Sangat tidak lucu.

Tapi baru saja ia mengeluh, Toge tibatiba datang.

“Maaf lama ya, Rik.” Rika menggeleng pelan sebagai jawaban.

“Gapapa kak.” jawab nya.

“Rik,”

“Ya?”

“Sorry for last night, I didn't really reflect. I'm really thinking about you. So, do you want to be my girlfriend?” Ucap Toge sambil memberikan sebuah bucket bunga mawar merah.

“Hah...” Rika cuman nganga. Hati hati kemasukan lalat.g

“Kak?”

“Gue serius btw.”

“Iya gue mau...”

Jika.

Mereka adalah dua orang yang dulu saling mengenal, saling berdekatan satu sama lain, saling mengharapkan agar kedua nya tidak bisa terpisah oleh jarak, waktu atau apapun yang bisa memisahkan mereka.

Mereka kira, mereka akan terus bersama sampai tujuan mereka terwujud. Tapi ternyata, Tidak. Mereka tidak bersama sampai tujuan mereka terwujud.

Mereka berpisah, di pisah kan oleh sesuatu yang terus mengancam nyawa. Membuat mereka berpisah, tidak di pertemukan lagi.

Jika saling di pertemukan, mereka tidak akan mengenal satu sama lain. Karena perubahan mereka yang lumayan 'ekstrim' juga tidak ada niatan saling mengenal.

Mungkin jika mereka tidak ada perubahan, dan ada niatan saling mengenal. Mereka pasti akan saling berpelukan, bernostlagia bersama, mengenang hal-hal yang dulu pernah di lakukan.

Kemudian melakukan kembali hal yang pernah dilakukanㅡdahulu, cukup indah untuk di bayangkan. Jika mereka memiliki niat untuk saling mengenal kembali satu sama lain.

Jika, Jika, Jika.

Jika saja mereka tidak di pisahkan.

Jika saja mereka tidak di ancam.

Jika saja....

Jika saja waktu bisa di ulang kembali...

Tidak.

Semua tidak bisa di ulang.

Tidak bisa.

Jika semua nya di ulang, dan kejadian nya tetap sama. Untuk apa?

Tidak ada guna nya, juga.

Begini saja lebih baik.

Salah satu nya mengorbankan nyawa, rela menjadi seorang pengedar narkoba, pembunuh, dan lain sebagai nya yang bertindak kriminal.

Kemudian salah satu nya lagi, mewujud kan keinginan nya. Meski seseorang yang terus bersama nya kini tlah meninggalkan nya, demi keselamatan nya.

Yang terpenting untuk saat ini, mereka masih ada di bawah langit yang sama. Saling menatap keindahan bulan dan matahari secara bersamaan.

Dan mereka masih sama-sama memiliki perasaan yang sama, sama seperti dulu. Saat mereka belum terpisah, saat mereka belum di ancam.

Perasaan mereka tidak bisa hilang, meski mereka di pisahkan jarak, waktu, tempat, ajal, dan lain sebagai nya.

Mereka membiarkan perasaan itu tetap melekat dihati mereka, tidak perduli jika mereka akan melajang seumur hidup.

Perasaan mereka tidak bisa di gantikan oleh orang baru.

Perasaan mereka, hanya untuk cinta pertama mereka. Dan bagi mereka saat ini, cinta pertama adalah cinta terakhir nya.

Biarkan perasaan itu mulai hanyut seperti terbawa aliran air yang tidak ada ujung nya, namun jika bertemu jurang akan jatuh. Jua.