saraga’s

Promise.

Inui Seishu sebenarnya ‘Sedikit lelah’ karena ia selalu di pandang oleh seseorang yang ia cintai sebagai kakak nyaㅡ Akane.

Ia lelah, benar-benar lelah. Bisakah ia mengakhiri semua nya? Bisakah ia menghilang kan rasa nya?

Inui memijit pelipis nya, kemudian menatap langit langit malam yang gelap tanpa ada bintang dan bulan hadir di atas sana.

Saat menatap langit langit malam, ia tiba-tiba teringat masa lalu. Saat ia di selamatkan dari Insiden rumahnya yang terbakar.

Ia memasang senyum kecil, “Andai saja yang kamu selamatkan saat itu kak Akane. Bukan aku, Ko. Pasti sekarang kamu bukan berandalan kayak sekarang.” gumam nya dengan 'Cukup besar'.

“Hah? ngomong apa tadi Pi?” Sahut seseorang, Inui menggeleng pelan. “Ga. Gapapa Puy. Balik yok? atau mau tempat Takemicchi?”

“Tempat Takemicchi ajalah, Malming nih.” Jawab Chifuyu sambil berjalan ke arah motor nya. “Mau ngegay sama Takemicchi kah?” Tanya Inui sambil tertawa kecil.

“Huek. Ga dulu.”

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Inui sudah kembali ke rumah nya, ia menatap langit langit kamar nya. Bayang-bayang rasa bersalah kembali muncul.

“Andai aja waktu itu...” ucap nya pelan sambil menutupi cahaya lampu yang ada di kamar nya.

Inui bangkit dari tempat nya merebahkan diri, melirik jam dinding yang sudàh menunjukkan pukul 24.37 itu arti nya sudah hampir jam 1 malam.

Inui mengambil jaket nya yang tergantung di samping pintu kamar nya, ia memakai jaket tersebut.

Turun, ia mengendarai motor nya di tengah malam yang sudah sangat sunyi. Sesekali hanya berpapasan dengan truk atau mobil.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Inui mengeluarkan ponsel nya dari saku celana nya, mengirim pesan kepada seseorang.

Setelah merasa selesai mengirim pesan, ia berjalan ke arah ayunan yang ada di taman.

Ia duduk di ayunan tersebut, mengayunkan diri nya sendiri dengan pelan sambil melamun.

Sekitar 30 menit Inui melakukan hal itu, akhir nya seseorang yang ia kirimi pesan datang.

“Inupi? kenapa malam-malam begini?”

Inui mengangkat kepala nya, tersenyum tipis.

“Let me be honest, okay? Just listen, it's up to you after this you hate me more or what. Having said that, I will leave.”

“Okay?”

“Jadi... maafin aku ya, Koko. Seharus nya aku engga naruh perasaan sama orang yang jelas jelas ga suka aku kan? aku naruh perasaan sama kamu, Ko. Maaf ya, ga bermaksud mau nikung kak Akane sih. hehe, perasaan mana ada yang tahu. Kan? Kadang, aku ngerasa marah banget pas Koko anggap aku sebagai kak Akane. Kadang aku mikir, boleh ga? aku egois. Sekali aja. Aku pengen kamu pandang sebagai ‘Inui Seishu’ bukan Kak Akane. tapi, itu cuman halu ku doang kan ya? jadi enggak bakal terjadi. Hehe. Maafin aku juga, harusnya yang kamu selametin kak Akane kan? Bukan aku. Aku ngerasa bersalah banget sama kak Akane, Harus nya dia bahagia sama kamu. Maafin juga, aku buat kamu jadi berandalan. Maaf banget ya... dan Makasih udah mau ngikutin aku..” Inui memasang senyum lebar, Ia menatap Koko yang ‘Mungkin’ masih memproses apa yang di bicarakan oleh Inui.

“Emm.. sekali lagi, Sorry. Gue pulang dulu ya, Ko.” Inui berjalan melalui Koko yang masih terdiam sambil tersenyum ㅡmungkin manis.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Di jalan, air mata Inui keluar. Penglihatan nya mulai buram, Ia berusaha menghapus air mata tersebut.

Tapi, apa yang ia dapat? ia malah terlempar cukup jauh saat motor nya mulai oleng dan menabrak sebuah ruko.

Inui tersenyum, kemudian tertawa pelan.

Ini kah akhir hidup nya? tapi ia merasa bersyukur, jika ia mati sekarang. Ia akan mati dengan tenang, karena sudah mengutarakan perasaan nya.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Inui membuka mata nya pelan, ia menatap sekeliling nya.

'Ini...rumah sakit? aku selamat?' batin nya, ia mencoba bangkit dari kasur. Tapi, kepala nya cukup berat.

Inui mendengar ada suara yang membuka pintu ruangan nya, ia melirik.

Itu Chifuyu.

Chifuyu menatap Inui yang sudah sadar, tiba-tiba...

“INUPI UDAH SADAR!” Chifuyu langsung ngibrit keluar dari ruangan Inui. Mungkin berbicara pada dokter.

Dan benar saja, lihat sekarang. Inui sedang bersama dokter dan suster.

“Tidak cukup parah sebenarnya, cuman karena terlambat di bawa ke rumah sakit kamu enggak sadar selama seminggu.” Ucap dokter sambil melepaskan alat bernapas yang menempel pada hidung Inui.

“Anu, yang bawa saya ke rumah sakit siapa ya Dok? itu tengah malam...” Tanya Inui pelan, tapi masih bisa di dengar oleh dokter.

“Kalau tidak salah... laki-laki dengan rambut hitam, dan agak sipit.” Inui mengerutkan alis, rambut hitam dan agak sipit?

Koko?

“Oh...”

“Oh ya, Inui 3 Hari lagi kamu bisa pulang. Karena keadaan mu enggak cukup parah.” Ucap Dokter, Inui mengangguk.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Setelah dokter dan suster keluar, Chifuyu masuk dan duduk di samping Inui.

“Pi, ada yang mau ketemu.” Ucap nya sambil menunjuk pintu ruangan.

“Ya suruh masuk lah, dongo. Ngapain pake izin segala.” Jawab Inupi.

“Tapi, katanya pengen ngomong berdua doang. Pi, boleh enggak?”

“Berdua? em... boleh deh. Tapi, jaga jaga ya Puy.”

“Santai.”

Chifuyu keluar dari ruangan tersebut, ia berbicara dengan seseorang yang 'Katanya' ingin bertemu dengan nya.

Chifuyu membuka lebar pintu ruangan tersebut, nafas Inui tercekat.

Yang ingin bertemu dengan nya adalah, Kokonoi.

“Tutup, Puy.” Perintah Koko.

“Iye, tau gue.”

Koko berjalan mendekati Inui, kemudian duduk di kursi yang ada di samping kasur Inui.

“Koko ngapain kesiㅡ” belum Inui menyelesaikan Kalimatnya, Koko sudah menutup mulut nya.

“Maafin gue, Pi. Gue selalu Mandang lo sebagai kakak Lo, Maafin gue juga. Karena gue, Lo jadi ga sadar selama seminggu. Maafin gue Pi, maaf banget... gue enggak tau harus gimana, tapi.. gue sayang banget sama lo. Gue ga pengen lo pergi... maaf...” Inui mengerjapkan mata nya berkali-kali. Kemudian tersenyum kecil.

“Koko, kalau mau ngehibur gue jangan begini.” Jawab nya santai.

“Tapi, gue serius. Inui Seishu.”

Inui terkejut, “Hah?”

“Yang gue omongin, gue serius. Inupi, gue sayang sama lo. Gue gamau kehilangan lo, gue janji mulai sekarang gue engga bakal pandang Lo sebagai kakak Lo lagi. gue bakal pandang Lo, sebagai Inui Seishu.” Inui bingung harus menjawab apa, ia hanya diam sambil menatap Koko yang ada di depan nya.

“Gue janji, Inupi...” Koko memberikan jari kelingking nya ke hadapan Inui, meminta dengan jari kelingking itu kalau ia berjanji.

Inui menghela nafas, kemudian mengaitkan jari kelingking nya ke jari kelingking Koko.

“Oke, gue pegang janji Lo ya?”

Udah seminggu sejak Toge mulai minta ke Rika buat nganter jemput Rika pulang sekolah, kalau Toge enggak ada kelas atau kelas nya pulang cepet.

Udah seminggu juga Toge mulai Deket sama Rika.

Kayak sekarang ini, Toge baru aja sampai di depan sekolah Rika. Nungguin Rika keluar.

Sekitar 20 menitan Toge nungguin Rika berdiri di depan gerbang Sekolah nya sambil mainin ponsel pintar nya, akhir nya bel sekolah Rika bunyi.

Toge langsung matiin ponsel nya, dan masukin ke dalam saku celana nya.

Mulai celingak celinguk nyari keberadaan Anak perempuan dari keluarga Okkotsu tersebut.

Ga lama tiba-tiba Rika keluar dari gerbang, dia langsung ngeliat Toge dan ngelambai lambaiin tangan nya.

Kemudian Rika lari pelan ke arah Toge.

“Nunggu lama, kak?” Toge menggeleng sebagai jawaban untuk Rika.

“Yaudah yuk, mau langsung pulang atau cari makan dulu. Rik?” Toge ngebukain pintu mobil nya Buat Rika masuk.

“Cari makan dulu gimana, kak? kakak baru pulang juga kan?” Rika ngomong sambil masuk ke dalam mobil. Toge cuman angguk-angguk.

“Yaudah ayo, Mau makan dimana?” Toge masuk ke dalam mobil, mulai ngidupin mesin mobil nya.

“Emm... aku lagi pengen makan Ramen sih...” Jawab Rik menunjuk pipi nya, sambil menatap atap atap mobil.

“Yaudah, ayo.”

Seventy-seven

Udah sekitar satu Minggu sejak mereka ke gunung kemaren, Toge sama Yuuta juga udah Mulai Deket.

Meski Deket nya cuman sebatas kayak, akang gojek sama penerima doang. Soal nya Yuuta sekarang ngedeketin Toge, tapi malah nganter jemput doang.

Aneh.

Tapi, karena malam ini tuh malam Kamis. Yuuta mau ngajak Toge ke pasmal. Ya bener, Pasar malam.

Toge mah iya iya aja, kapan lagi ke pasar malam. Di traktir lagi, kan biasanya dia yang neraktir orang.

Susah nya jadi orang berduit.

“Ge, mau main apa?” Tanya Yuuta yang lagi ngelirik kanan kiri ngeliat in hal-hal yang ada di Pasar malem.

“Mau beli makanan dulu, Yut.” Abis nyelesaiin kalimat nya, Toge langsung narik tangan Yuuta kearah salah satu kios makanan yang jual sosis bakar.

“Pak, Sosis bakar nya dua ya!” pesen Toge, Yuuta ngebelalakin mata nya. Apa iya perut ini COGEM satu sanggup?

“Geㅡ apa ga kebanyakan?” Tanya Yuuta, Toge menggeleng pelan.

“Enggak. Satu nya buat Lo.” Jawab Toge enteng, Yuuta tercekat.

‘Untung gebetan.’

Abis dari kios orang yang jual sosis bakar, mereka pindah ke Kios sebelah yang jualan P*op Ice.

“Yut, mau pesen rasa apa?” Tanya Toge sambil muterin kepala nya kearah belakang ngadep Yuuta.

“Samain kayak lo aja.” Jawab nya, sambil megangin baju belakang Toge. kenapa di pegangin? kata nya takut Toge ilang ninggalin dia.

“Yaudah oke, Pak P*op Ice Coklat nya dua ya. Gapake seres.” Yang jualan ngangguk ngangguk.

“Yut, abis selesai beli makanan naik bianglala mau?” Yuuta ngangguk sebagai jawaban. Dia juga udah lama banget rasanya ga naik biang Lala.

Ngomongin bianglala, Yuuta malah keinget sama mitos. katanya kalau naik bianglala sama pasangan berdua jodoh pasti.

tapi dia sama Toge kan cuman temen.

Miris banget lo, Yut.

𝖲𝖾𝗍𝖾𝗅𝖺𝗁 𝗌𝖾𝗅𝖾𝗌𝖺𝗂 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖺𝗅𝖺𝗌 𝖼𝗁𝖺𝗍 𝖳𝗈𝗀𝖾, 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗌𝖾𝗀𝖾𝗋𝖺 𝗆𝖾𝗇𝗒𝗂𝖺𝗉𝗄𝖺𝗇 𝖻𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗒𝖺 𝗄𝖾 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗍𝖺𝗌.

“𝖬𝖺𝗎 𝖻𝖾𝗋𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗍 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀?” 𝖳𝖺𝗇𝗒𝖺 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖾𝖽𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝖽𝗂 𝖽𝖾𝗉𝖺𝗇 𝗇𝗒𝖺, 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗀𝖾𝗅𝖾𝗇𝗀 𝗉𝖾𝗅𝖺𝗇 𝗌𝖾𝖻𝖺𝗀𝖺𝗂 𝗃𝖺𝗐𝖺𝖻𝖺𝗇.

“𝖤𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄, 𝗌𝗂𝖺𝗉-𝗌𝗂𝖺𝗉 𝖺𝗃𝖺. 𝗍𝖺𝗄𝗎𝗍 𝗇𝗒𝖺 𝗄𝖺𝗄 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝖽𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀, 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝗀𝖺 𝗌𝗂𝖺𝗉.” 𝖩𝖺𝗐𝖺𝖻 𝖱𝗂𝗄𝖺, 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝗁𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗍 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝖺𝗁 𝖺𝗅𝗂𝗌 𝗇𝗒𝖺.

“𝖬𝖺𝗄𝗌𝗎𝖽 𝗆𝗎, 𝗀𝗂𝗆𝖺𝗇𝖺 𝖱𝗂𝗄?” 𝖳𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗒𝖺. 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗁𝖾𝗅𝖺 𝗇𝖺𝖿𝖺𝗌 𝗉𝖾𝗅𝖺𝗇.

“𝖪𝖺𝗄 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗍𝖺𝖽𝗂 𝗇𝖺𝗐𝖺𝗋𝗂𝗇, 𝗆𝖺𝗎 𝖽𝗂 𝗃𝖾𝗆𝗉𝗎𝗍 𝖾𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄? 𝖣𝗂𝖺 𝖻𝗂𝗅𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖾𝗅𝖺𝗌 𝗇𝗒𝖺 𝗆𝗎𝗅𝖺𝗂 𝗃𝖺𝗆 10. 𝖸𝖺𝗎𝖽𝖺𝗁 𝖺𝗄𝗎 𝗂𝗒𝖺𝗂𝗇 𝖺𝗃𝖺, 𝗀𝖺𝗆𝖺𝗎 𝗇𝗈𝗅𝖺𝗄.” 𝖩𝖺𝗐𝖺𝖻 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗌𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗁𝖺𝖻𝗂𝗌𝗄𝖺𝗇 𝗌𝗎𝗌𝗎 𝖽𝗂 𝗀𝖾𝗅𝖺𝗌 𝗇𝗒𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝗂𝗌𝖺 𝗌𝖾𝗍𝖾𝗇𝗀𝖺𝗁.

𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝖼𝗎𝗆𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎𝗄 𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎𝗄 𝗆𝖾𝗇𝖺𝗇𝗀𝗀𝖺𝗉𝗂 𝗉𝖾𝗋𝗄𝖺𝗍𝖺𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗇𝗀 𝖠𝖽𝗂𝗄, 𝗄𝖾𝗆𝗎𝖽𝗂𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗋𝗂𝗄𝖺𝗇 𝗍𝖾𝗁 𝗄𝖾𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝖽𝗂 𝗀𝗋𝗈𝗎𝗉 𝖼𝗁𝖺𝗍, “𝖳𝗈𝗀𝖾 𝖩𝗈𝗇𝖾𝗌”.

𝖱𝗂𝗄𝖺 𝖻𝖺𝗋𝗎 𝖺𝗃𝖺 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝖽𝗂 𝖽𝖾𝗉𝖺𝗇 𝗉𝗂𝗇𝗍𝗎 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗒𝖺, 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗎𝖽𝖺𝗁 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖾𝗋 𝗆𝗎𝗌𝗂𝗄 𝗀𝖾𝖽𝖾 𝖻𝖺𝗇𝗀𝖾𝗍. 𝖴𝖽𝖺𝗁 𝖽𝗂 𝗉𝖺𝗌𝗍𝗂𝗂𝗇 𝗂𝗍𝗎 𝗆𝗎𝗌𝗂𝗄 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝗌𝗈𝗎𝗇𝖽 𝗌𝗂𝗌𝗍𝖾𝗆 𝗌𝗂𝗁.

𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗅𝖺𝗇𝗀𝗌𝗎𝗇𝗀 𝗆𝖺𝗌𝗎𝗄 𝗄𝖾 𝗄𝖺𝗆𝖺𝗋 𝗇𝗒𝖺, 𝗆𝖺𝗎 𝗀𝖺𝗇𝗍𝗂 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝖽𝗎𝗅𝗎 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗃𝖺𝗅𝖺𝗇 𝗄𝖾𝖻𝖾𝗅𝖺𝗄𝖺𝗇𝗀 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗒𝖺.

𝖤𝗁, 𝗉𝖺𝗌 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝖽𝗂 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗄𝖺𝗇𝗀 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗒𝖺. 𝖡𝖾𝗇𝖾𝗋 𝖺𝗃𝖺, 𝖱𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗒𝖺 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗋𝖺𝗆𝖾 𝖻𝖺𝗇𝗀𝖾𝗍, 𝗆𝗎𝗍𝖾𝗋 𝗆𝗎𝗌𝗂𝗄 𝖽𝗂 𝗌𝗈𝗎𝗇𝖽 𝗌𝗂𝗌𝗍𝖾𝗆 𝗌𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝗃𝗈𝗀𝖾𝗍 𝗃𝗈𝗀𝖾𝗍 𝗀𝖺𝗃𝖾𝗅𝖺𝗌.

𝖱𝗂𝗄𝖺 '𝗌𝖾𝖽𝗂𝗄𝗂𝗍' 𝗄𝖾𝗍𝖺𝗐𝖺 𝗇𝗀𝖾𝗅𝗂𝖺𝗍 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀-𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗃𝗈𝗀𝖾𝗍 𝗃𝗈𝗀𝖾𝗍 𝖽𝗂 𝗌𝖺𝗇𝖺.

𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗀𝖺𝗆𝖺𝗎 𝗄𝖾𝗅𝖺𝗆𝖺𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗋𝖽𝗂𝗋𝗂, 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗃𝖺𝗅𝖺𝗇 𝗄𝖾𝖺𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖺𝗆𝖺 𝗇𝗒𝖺ㅡ 𝖲𝗁𝗈𝗄𝗈.

“𝗆𝖺, 𝗋𝖺𝗆𝖾 𝖻𝖺𝗇𝗀𝖾𝗍. 𝖠𝖽𝖺 𝖺𝖼𝖺𝗋𝖺 𝗄𝖺𝗁?” 𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗌𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝖽𝗂 𝗌𝖺𝗆𝗉𝗂𝗇𝗀 𝖲𝗁𝗈𝗄𝗈. 𝖲𝗁𝗈𝗄𝗈 𝖼𝗎𝗆𝖺𝗇 𝗀𝖾𝗅𝖾𝗇𝗀 𝗀𝖾𝗅𝖾𝗇𝗀 𝗉𝖾𝗅𝖺𝗇, “𝖤𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗄𝗈𝗄. 𝖪𝖾𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅𝖺𝗇 𝖺𝗃𝖺 𝗌𝗂𝗁 𝗍𝖺𝖽𝗂.”

𝖱𝗂𝗄𝖺 𝖼𝗎𝗆𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗋-𝗈𝗁 𝗋𝗂𝖺 𝖺𝗃𝖺, 𝗅𝖺𝗀𝗂𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝗀𝖺𝗆𝖺𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁 𝗄𝗈𝗄 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗒𝖺 𝗋𝖺𝗆𝖾 𝖻𝖾𝗀𝗂𝗇𝗂. 𝖬𝖺𝗅𝖺𝗁𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝗌𝗎𝗄𝖺, 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗇𝗒𝖺 𝗋𝖺𝗆𝖾. 𝖬𝖾𝗌𝗄𝗂 𝗄𝖺𝖽𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗍𝖾𝗉 𝗋𝖺𝗆𝖾 𝗌𝗂𝗁, 𝗀𝖺𝗋𝖺-𝗀𝖺𝗋𝖺 𝖯𝖺𝗉𝖺 𝗇𝗒𝖺ㅡ 𝖲𝗎𝗀𝗎𝗋𝗎 𝖽𝖾𝖻𝖺𝗍 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝖪𝖺𝗄𝖺𝗄 𝗇𝗒𝖺ㅡ 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺.

“𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗍𝖾𝗆𝖾𝗇𝗂𝗇 𝗆𝖺𝗆𝖺 𝖻𝗂𝗄𝗂𝗇 𝗆𝗂𝗇𝗎𝗆 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗒𝗎𝗄?” 𝖺𝗃𝖺𝗄 𝖲𝗁𝗈𝗄𝗈 𝗄𝖾𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗍𝗎-𝗌𝖺𝗍𝗎 𝗇𝗒𝖺. 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎𝗄 𝗆𝖾𝗇𝗀-𝗂𝗒𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗉𝖾𝗋𝗄𝖺𝗍𝖺𝖺𝗇 𝗆𝖺𝗆𝖺 𝗇𝗒𝖺.

𝖣𝗂𝖺 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗆𝗈𝗈𝖽 𝖻𝖺𝗀𝗎𝗌 𝗁𝖺𝗋𝗂 𝗂𝗇𝗂.

Seventy-five

“𝖬𝖺𝗂, 𝗆𝖺𝗎 𝗍𝗎𝗄𝖾𝗋𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗀𝖺?” 𝖴𝖼𝖺𝗉 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝗍𝗂𝖻𝖺-𝗍𝗂𝖻𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖾𝗆𝖻𝗎𝖺𝗍 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖺𝖽𝖺 𝖽𝗂 𝗌𝖺𝗇𝖺 𝖬𝖾𝗅𝗈𝗍𝗈𝗍 𝗆𝖾𝗇𝖺𝗍𝖺𝗉 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺. “𝖳𝗎𝗄𝖾𝗋𝖺𝗇, 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖸𝗎𝗍?”

“𝖮𝗁 𝗆𝖺𝗄𝗌𝗎𝖽 𝗀𝗎𝖾, 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗂𝗄𝗎𝗍 𝗆𝗈𝖻𝗂𝗅 𝗀𝗎𝖾 𝖬𝖺𝗂 𝗂𝗄𝗎𝗍 𝗆𝗈𝖻𝗂𝗅 𝗇𝗒𝖺 𝖬𝖾𝗀𝗎𝗆𝗂.” 𝗃𝖺𝗐𝖺𝖻 𝗇𝗒𝖺 𝗌𝖺𝗇𝗍𝖺𝗂, 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖾𝗆𝖻𝗎𝖺𝗍 𝗆𝖾𝗋𝖾𝗄𝖺 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺 𝖡𝗂𝗇𝗀𝗎𝗇𝗀.

“𝖣𝗎𝗁 𝖸𝗎𝗍, 𝗀𝗎𝖾 𝗈𝗀𝖺𝗁 𝖽𝖾𝗄𝖾𝗍 𝖽𝖾𝗄𝖾𝗍 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗆𝖺𝗄 𝗅𝖺𝗆𝗉𝗂𝗋. 𝗅𝗈 𝖺𝗃𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗂𝗄𝗎𝗍 𝗆𝗈𝖻𝗂𝗅 𝖬𝖾𝗀𝗎𝗆𝗂 𝗒𝖺.” 𝗃𝖺𝗐𝖺𝖻 𝖬𝖺𝗂 𝗌𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝗆𝖾𝗇𝖺𝗍𝖺𝗉 𝗍𝖺𝗃𝖺𝗆 𝖬𝖺𝗄𝗂.

“𝖳𝖺𝗄𝗎𝗍𝗇𝗒𝖺, 𝗆𝗈𝖻𝗂𝗅 𝗀𝗎𝖾 𝗄𝖺𝗅𝗂𝖺𝗇 𝖻𝖺𝗐𝖺 𝗄𝖺𝖻𝗎𝗋. 𝗌𝗂𝗁” 𝗃𝖺𝗐𝖺𝖻 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺, 𝗌𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗋𝗂𝗄𝖺𝗇 𝗄𝗎𝗇𝖼𝗂 𝗆𝗈𝖻𝗂𝗅 𝗇𝗒𝖺 𝗄𝖾 𝖪𝖺𝗆𝗈.

“𝖭𝗀𝖺𝗉𝖺𝗂𝗇 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖺𝗇𝗒𝗂𝗇𝗀.” 𝗃𝖺𝗐𝖺𝖻 𝖪𝗈𝗄𝗂𝖼𝗁𝗂 𝗌𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗋𝗂𝗄𝖺𝗇 𝗃𝖺𝗋𝗂 𝗍𝖾𝗇𝗀𝖺𝗁 𝗄𝖾𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺.

-

“𝖫𝗈 𝗇𝗀𝖺𝗉𝖺 𝗆𝗂𝗌𝖺𝗁, 𝖸𝗎𝗍? 𝖴𝗇𝗍𝗎𝗇𝗀 𝗆𝗈𝖻𝗂𝗅 𝖬𝖾𝗀𝗎𝗆𝗂 𝗆𝗎𝖺𝗍.” 𝖳𝖺𝗇𝗒𝖺 𝖬𝖺𝗄𝗂 𝗌𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗋𝗂𝗉𝗂𝗇𝗀 𝗄𝖾𝗇𝗍𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗋𝗌𝖺𝗆𝖺 𝖭𝗈𝖻𝖺𝗋𝖺.

“𝖸𝖺 𝗀𝗂𝗆𝖺𝗇𝖺 𝗒𝖺, 𝗀𝗎𝖾 𝖽𝗂 𝖼𝖾𝗇𝗀𝖼𝖾𝗇𝗀𝗂𝗇 𝗌𝗂𝗁 𝖽𝗂𝗌𝖺𝗇𝖺. 𝖲𝖺𝗆𝖺 𝗀𝗎𝖾 𝗉𝖾𝗇𝗀𝖾𝗇 𝖽𝖾𝗄𝖾𝗍 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝖳𝗈𝗀𝖾.” 𝗃𝖺𝗐𝖺𝖻 𝗇𝗒𝖺 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗌𝖺𝗇𝗍𝖺𝗂, 𝗇𝖺𝗆𝗎𝗇 𝗄𝖾𝗆𝖻𝖺𝗅𝗂 𝗆𝖾𝗇𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗉𝖾𝗅𝗈𝗍𝗈𝗍-𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖺𝖽𝖺 𝖽𝗂 𝗆𝗈𝖻𝗂𝗅.

“𝗆𝖺𝗄𝗌𝗎𝖽 𝗅𝗈, 𝗅𝗈 𝗆𝖺𝗎 𝗉𝖽𝗄𝗍-𝗂𝗇 𝗇𝖺𝗄 𝗅𝖺𝗇𝖺𝗇𝗀 𝗀𝗎𝖾 𝗀𝗂𝗍𝗎?” 𝖯𝖾𝗋𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺𝖺𝖻 𝖬𝖺𝗄𝗂 𝗆𝖾𝗇𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺.

“𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖾 𝖾𝗇𝖺𝗆 𝖻𝗎𝗅𝖺𝗇. 𝖠𝗇𝗒𝗂𝗇𝗀.” 𝖻𝗂𝗌𝗂𝗄 𝖭𝗈𝖻𝖺𝗋𝖺 𝗄𝖾𝖺𝗋𝖺𝗁 𝖽𝗎𝖺 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖾𝖽𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝖽𝗂 𝗄𝗎𝗋𝗌𝗂 𝖽𝖾𝗉𝖺𝗇.

“𝗁𝗈𝗈𝗁. 𝖳𝖺𝗉𝗂 𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗍𝖾𝗇𝗍𝗎 𝗄𝖺𝗄 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗆𝖺𝗎, 𝖱𝖺.”

𝖠𝗇𝗒𝗐𝖺𝗒, 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗅𝗂𝖺𝗇 𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖾𝗋 𝖺𝗍𝖺𝗎 𝖾𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝖽𝗂𝗈𝗆𝗈𝗇𝗀𝗂𝗇 𝗆𝖾𝗋𝖾𝗄𝖺. 𝖩𝖺𝗐𝖺𝖻𝖺𝗇 𝗇𝗒𝖺, 𝖾𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄.

𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗅𝖺𝗇𝗀𝗌𝗎𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗉𝖺𝗋, 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖺 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗍𝗂𝖽𝗎𝗋 𝖽𝗂 𝖻𝖺𝗁𝗎 𝗇𝗒𝖺 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺. 𝖬𝖺𝗄𝖺𝗇𝗒𝖺, 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝗇𝗀𝗈𝗆𝗈𝗇𝗀 𝗌𝖾𝖾𝗇𝗍𝖾𝗇𝗀 𝗂𝗍𝗎.

𝖪𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗈𝗄𝗇𝗎𝗆 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗂𝗈𝗆𝗈𝗇𝗀𝗂𝗇, 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗍𝗂𝖽𝗎𝗋 𝖺𝗅𝗂𝖺𝗌 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋𝗇𝗒𝖺 𝗄𝖾𝖼𝖺𝗉𝖾𝖺𝗇.

𝖧𝖺𝗋𝗂 𝗂𝗇𝗂, 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝖻𝗂𝗅𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 '𝖺𝖽𝗂𝗄' 𝗇𝗒𝖺 𝗆𝖺𝗎 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖫𝗈𝗇𝖽𝗈𝗇 𝗄𝖾 𝗃𝖾𝗉𝖺𝗇𝗀. 𝖩𝗎𝗃𝗎𝗋, 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺 𝗇𝗒𝖺 𝖺𝗇𝗍𝗎𝗌𝗂𝖺𝗌. 𝖪𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀, 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝗀𝖺𝗉𝖾𝗋𝗇𝖺𝗁 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖽𝗂𝖺 𝗉𝗎𝗇𝗒𝖺 𝖺𝖽𝗂𝗄. 𝖠𝗉𝖺𝗅𝖺𝗀𝗂 𝖺𝖽𝗂𝗄 𝗇𝗒𝖺 𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄.

𝖣𝗂𝖺𝗇𝗍𝖺𝗋𝖺 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺 𝗇𝗒𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖺𝗇𝗍𝗎𝗌𝗂𝖺𝗌, 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝖻𝗂𝖺𝗌𝖺 𝖻𝗂𝖺𝗌𝖺 𝖺𝗃𝖺. 𝖳𝗈𝗁 𝗉𝖺𝗅𝗂𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝗇𝖺𝗇𝗍𝗂 𝗀𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗍𝖺𝗋𝗂𝗄 𝗅𝖺𝗀𝗂, 𝗎𝖽𝖺𝗁 𝖻𝖾𝗋𝗎𝗅𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗅𝗂 𝗇𝗒𝗈𝖻𝖺 𝗇𝗒𝖺𝗋𝗂 𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗂𝗄𝗂𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗍𝖺𝗋𝗂𝗄. 𝖳𝖺𝗉𝗂, 𝗍𝖾𝗍𝖾𝗉 𝖺𝗃𝖺 𝗀𝖺𝖽𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝖻𝗂𝗄𝗂𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗍𝖺𝗋𝗂𝗄.

𝖳𝖺𝗉𝗂 𝗆𝖾𝗌𝗄𝗂 𝗉𝗎𝗇 𝗀𝗂𝗍𝗎, 𝖽𝗂𝖺 𝗍𝖾𝗍𝖾𝗉 𝗂𝗄𝗎𝗍 𝗃𝖾𝗆𝗉𝗎𝗍 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗄𝖾 𝖻𝖺𝗇𝖽𝖺𝗋𝖺 𝖻𝖺𝗋𝖾𝗇𝗀 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇 𝗇𝗒𝖺. 𝖪𝖺𝗍𝖺 𝗇𝗒𝖺 𝗌𝗂𝗁, 𝗄𝖾𝗉𝗈 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗆𝗎𝗄𝖺 𝖺𝖽𝗂𝗄 𝗍𝖾𝗆𝖾𝗇 𝗇𝗒𝖺 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗌𝗆𝗉 𝗂𝗇𝗂.

𝖤𝗁 𝗉𝖺𝗌 𝗅𝗂𝖺𝗍 𝗅𝖺𝗇𝗀𝗌𝗎𝗇𝗀 𝗀𝗂𝗆𝖺𝗇𝖺 𝗋𝗎𝗉𝖺 𝖺𝖽𝗂𝗄 𝗇𝗒𝖺 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺, 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗁𝖺𝗆𝗉𝗂𝗋 𝗉𝗂𝗇𝗀𝗌𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗇𝗀 𝖼𝖺𝗇𝗍𝗂𝗄 𝗇𝗒𝖺. 𝖣𝗂𝖺 𝗆𝖺𝗌𝗂𝗁 𝗉𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗎𝗋𝖺𝗍 𝗆𝖺𝗅𝗎, 𝗆𝖺𝗄𝖺 𝗇𝗒𝖺 𝖽𝗂𝖺 𝗇𝖺𝗁𝖺𝗇 𝖽𝗂𝗋𝗂 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝗀𝖺 𝗉𝗂𝗇𝗀𝗌𝖺𝗇 𝖽𝗂 𝖽𝖾𝗉𝖺𝗇 𝗎𝗆𝗎𝗆.

𝖸𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗌𝗂𝖻𝗎𝗄 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗅𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝖺𝖽𝗂𝗄 𝗇𝗒𝖺 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺, 𝖾𝗁 𝗌𝗂 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗆𝖺𝗅𝖺𝗁 𝗌𝗂𝖻𝗎𝗄 𝗇𝗈𝗇𝗀𝗄𝗋𝗈𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗍𝗂𝖺𝗇𝗀 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖺𝖽𝖺 𝖽𝗂 𝖻𝖺𝗇𝖽𝖺𝗋𝖺. 𝖪𝖺𝗍𝖺 𝗇𝗒𝖺 𝗌𝗂𝗁, 𝗀𝗎𝗀𝗎𝗉.

“𝖿𝗂𝗋𝗌𝗍 𝗆𝖾𝖾𝗍 𝗄𝖾𝗍𝖾𝗆𝗎 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗃𝗈𝖽𝗈𝗁, 𝗌𝗎𝗆𝗉𝖺𝗁 𝗀𝗎𝗀𝗎𝗉 𝖻𝖺𝗇𝗀𝖾𝗍 𝗍𝗈𝗅𝗈𝗇𝗀.” 𝗄𝗂𝗋𝖺 𝗄𝗂𝗋𝖺 𝗀𝗂𝗍𝗎 𝗅𝖺𝗁 𝗒𝖺.

𝖭𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗌𝗂𝖻𝗎𝗄 𝗇𝗈𝗇𝗀𝗄𝗋𝗈𝗇𝗀 𝗌𝖾𝗇𝖽𝗂𝗋𝗂𝖺𝗇, 𝖺𝗅𝗁𝖺𝗌𝗂𝗅 𝖠𝖽𝗂𝗄 𝗇𝗒𝖺 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗀𝖾𝖽𝖾𝗄𝖾𝗍𝗂𝗇 𝖳𝗈𝗀𝖾. 𝖣𝗂𝖺 𝗇𝗀𝖾𝖽𝖺𝗍𝖺𝗇𝗀𝗂𝗇 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗀𝗎𝗀𝗎𝗉.

“𝗁𝖺𝗅𝗈?” 𝗌𝗎𝖺𝗋𝖺 𝗅𝖾𝗆𝖻𝗎𝗍 𝗇𝗒𝖺 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝗆𝖺𝗌𝗎𝗄 𝗉𝖾𝗇𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗋𝖺𝗇 𝗇𝗒𝖺 𝗌𝗂 𝖳𝗈𝗀𝖾, 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗅𝖺𝗇𝗀𝗌𝗎𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗀𝖾𝗍. 𝖣𝗂𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗃𝗎𝗇𝗀𝗄𝖺𝗅, 𝗄𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀, 𝗌𝖺𝗅𝗍𝗈, 𝗋𝗈𝗅𝗅 𝖽𝖾𝗉𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗄𝖺𝗇𝗀.

“𝖾𝗁 𝗂𝗒𝖺. 𝗁𝖺𝗅𝗈.” 𝗃𝖺𝗐𝖺𝖻 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗌𝖺𝗆𝖻𝗂 𝗆𝖾𝗀𝖺𝗇𝗀𝗂𝗇 𝗍𝗂𝖺𝗇𝗀, 𝖽𝗂𝖺 𝗆𝗅𝖾𝗒𝗈𝗍.

“𝖳𝖾𝗆𝖾𝗇 𝗇𝗒𝖺 𝗄𝖺𝗄 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝗒𝖺?” 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗇𝗀𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎𝗄 𝗇𝗀𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎𝗄, 𝗀𝖺𝗍𝖺𝗎 𝖻𝖺𝗇𝗀𝖾𝗍 𝖽𝗂𝖺 𝗆𝖺𝗎 𝗇𝗀𝗈𝗆𝗈𝗇𝗀 𝖺𝗉𝖺 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗇𝗀 𝗀𝗎𝗀𝗎𝗉 𝗇𝗒𝖺.

𝖳𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖽𝗂𝗄 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗅𝗎𝗋 𝗄𝖾 𝖽𝖾𝗉𝖺𝗇 𝗆𝗎𝗄𝖺 𝖳𝗈𝗀𝖾, “𝖲𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗅 𝗄𝖺𝗄. 𝖱𝗂𝗄𝖺 𝖮𝗄𝗄𝗄𝗍𝗌𝗎, 𝖺𝖽𝗂𝗄 𝗇𝗒𝖺 𝖮𝗄𝗄𝗈𝗍𝗌𝗎 𝖸𝗎𝗎𝗍𝖺.”

𝖣𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗍𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗀𝖾𝗆𝖾𝗍𝖾𝗋𝖺𝗇, 𝖳𝗈𝗀𝖾 𝗇𝗀𝖾𝗃𝖺𝖻𝖺𝗍 𝗍𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖱𝗂𝗄𝖺. “𝖲𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗅 𝗃𝗎𝗀𝖺. 𝖨𝗇𝗎𝗆𝖺𝗄𝗂 𝖳𝗈𝗀𝖾.”

Seventy-four.

Setelah selesai membuat drama sunlight di Twitter, mereka segera bersiap membereskan barang barang yang mereka bawa kembali ke dalam tas. Mempersiapkan diri untuk pulang, karena besok mereka semua masih ada jadwal.

Masing-masing masih ada yang sibuk berfoto sambil mempersiapkan diri, atau ada juga yang sibuk bermain ponsel nya. Tidak memperdulikan jika ada barang nya yang tertinggal.

Toge sedang duduk di tepian gunung, ia sudah siap. Tinggal turun saja dari gunung, Toge tampak menikmati matahari yang mulai tenggelam.

Bagi Toge, ini adalah pemandangan yang luar biasa indah.

Saat ia sedang sibuk memandangi sunlight ga... maksud nya sunset Yuuta datang duduk di samping Toge.

“Lo suka banget ke gunung ya?” ucap nya yang hanya mendapat anggukan dari Toge. “Gue kan udah bilang tadi, Ta. Masa lo Nanya lagi.”

“Ya siapa tau asli nya enggak.”

“Gausah sotoy, anggapan nya gue cinta mati sama gunung.”

“Fetish lo gunung?” baru selesai Yuuta menyelesaikan kalimat nya, Kepala nya sudah terasa sakit akibat pukulan Toge yang sangat kencang.

“Sakit, Ge.” Yuuta mengelus-elus kepala nya yang baru saja di pukul oleh Toge. “Makanya, Gue cinta mati sama gunung bukan berarti fetish.” Toge membuang muka nya, marah.

“Iya iya, Maaf deh. Siapa tau Lo ga nor- ADUH SAKIT ANYING!” Oke, congrats Yuuta. Kepala nya di pukul Toge untuk kedua kali nya.

==p==

iya?