hai
hai
Thirty-six.
Toge menaruh ponsel nya ke atas meja, ia melanjutkan aktivitas nya yang sempat tertunda tadi karena bermain ponsel.
Membalas pesan orang asing yang baru ia kenal tadi pagi.
Toge menatap Laptop nya, jari nya tidak bergerak mengetik satu kata pun.
Ia sedang berpikir, kenapa ia tadi pagi memiliki inisiatif untuk memberikan orang asing minum?
Padahal biasanya, ia tidak perduli dengan orang asing.
“𝑨𝒏𝒆𝒉.” ucap nya, secara tak sadar.
“Aneh apa kak?” Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul sambil membawa nampan berisi makanan ke depan Toge.
“Oh, enggak ada Gum. Tadi gue baca artikel. Aneh Artikel nya.” Megumi hanya mengangguk menanggapi perkataan sang Kakak tingkat.
“Btw kok ngajak keluar kak? kata lo tadi malem mau bergulung sama selimut sambil nonton neflix.” Ucap Megumi sambil melahap makanan yang ia bawa tadi.
“Ya enggak tau.. gue bosen aja gitu di kos-an. Apalagi sambil ngerjain tugas.” Jawab Toge sembari mengaduk-aduk minuman nya.
“Tumben banget.”
“Ya. gue macam bocah freak.”
“Hadeh, tapi ini gue makan nemenin Lo nugas di traktir kan?”
“Iye. Takut amat lo ga gue traktir.”
“Takut nya nanti lo tiba-tiba ninggalin gue.”
“Overthingking amat lo sama gue.”
Twenty-two.
Yuuta segera berlari kearah mobil nya, kali ini ia berangkat ke kampus nya menggunakan mobil.
“Anjing, Anjing, Anjing.”
Kata yang di ucapkan Yuuta ketika tengah berlari kearah parkiran apart nya.
Ia benar benar telat untuk mengikuti rapat sekarang, kalau sampai ada kendala di jalan bisa-bisa ia di geprek.
Yuuta tidak perduli menabrak siapa saja yang keluar masuk apart tersebut, toh nanti ia akan minta maaf.
Sekarang ia buru-buru, waktu tidak berhenti sekarang. Jam masih berjalan.
Andai saja ia bisa menghentikan waktu, dan hanya ia yang berjalan.
Andai saja.
Itu tidak akan pernah terjadi, sih.
“Kenapa Parkiran rasanya jauh banget sih anjing?” Keluh Yuuta, ia sudah lelah berlari dari lantai atas ke lantai bawah menggunakan tangga darurat.
Kalau menggunakan lift, maka Akan lebih lama.
Saat ini Yuuta terduduk di sebuah kursi, tidak perduli lagi dengan rapat nya. Ia lelah. Berlari dari lantai 30 ke lantai 1, apa kaki nya serasa tidak lepas?
Tidak lama setelah ia terduduk, tiba-tiba ada yang menyodorkan nya air mineral.
Yuuta mengangkat kepala nya, menatap bingung si pemberi minum.
“Sorry, tadi gue liat Lo lari lari di tangga darurat. Terus sampe gue turun, Lo masih lari-lari. Jadi gue beliin air, Lo pasti capek,'kan?” Ia berkata sambil duduk di samping Yuuta.
Wajah nya tertutup oleh masker berwarna putih, netra Violet nya menatap netra emerald Yuuta.
“Oh iya, Thanks ya.” Yuuta mengambil air yang diberikan oleh seseorang barusan.
“Yaudah, gue pergi duluan ya.” Belum melangkah, tapi tangan nya sudah di tarik duluan.
“Emm, maaf kalau ga sopan. Boleh gue minta id Imess Lo? atau Id Twiiter lo.” Ucap Yuuta masih menggenggam erat kedua tangan sang Netra Violet.
“Oh, Id Twitter gue aja ya. Gue lagi ga mood buka Imess.” sang Netra Violet mengeluarkan ponsel nya dari saku celana nya, Ia membuka Twitter nya.
“Ini Twitter gue.” Ucap nya sembari mengajukan handphone nya ke depan Yuuta.
“Oh iya, nanti Follow Back Twitter gue ya. Yang username nya Galonan.” Ia mengangguk, kemudian berjalan kembali meninggalkan Yuuta sendiri.
The road.
Jam saat ini sudah menunjukkan pukul, 19.23 sekitar 7 menit lagi untuk jam pulang kerja di Kantor Makima.
Makima meregangkan tangan nya yang agak penat karena seharian penuh ini ia hanya duduk di depan laptop sembari mengerjakan perkerjaan yang diberikan bos nya.
Makima mengambil handphone nya, mencari nama ‘Albino Bodoh.’ dan kemudian memberi pesan singkat, bahwa ia 7 menit akan keluar kantor.
Baru saja rasanya ia mengirimkan pesan, sudah dibalas saja oleh sang Albino. Makima menaruh kembali Handphone nya ketempat semula, dan mulai membereskan barang-barang diatas meja nya.
-
Makima kini tengah berdiri di depan gedung kantor nya, menunggu si ‘Albino’ yang tadi sore mengajak nya berjalan jalan.
Tidak sampai 10 menit Makima berdiri disana, sebuah mobil ber-merk Lamborghini berwarna putih berjalan kearah nya.
Makima sudah tahu, siapa yang membawa mobil itu. Sudah pasti sang ‘Albino’.
“Hai cantik, nunggu lama ya?” suara berat itu terdengar, Jujur saja setiap mendengar suara itu Makima ingin menendang wajah tampan sang Albino.
“Enggak, Sat.” Jawab Makima singkat, ia memasuki mobil sang Albino.
“Yah, kirain nungguin lama.” Ia memasang wajah yang berpura pura cemberut. Makima mengerutkan alis nya.
“Emang kenapa? kalau lama udah gue tinggal balik. Di pikir bakal nungguin lebih lama?” Jawab Makima sambil menyenderkan tubuh nya di kursi mobil.
“Ya siapa tau, kamu rela gitu nungguin aku sampai kaki kamu pegel. terus nanti aku gendong, aw sosweet bangett.” Makima yang mendengar itu langsung memukul kepala Si Albino alias Gojo Satoru dengan buku yang ntah sejak kapan ada di mobil itu.
Satoru menggaduh kesakitan sambil memegang kepala nya yang terkena pukul oleh Makima.
“Ini mau kemana? kalau enggak ada tujuan, mending antar gue pulang.” Makima menatap jalanan, ia menikmati hembusan angin malam yang cukup dingin. Membiarkan dingin nya angin menusuk kulit pipi putih nya.
“Kita punya tujuan kok, tunggu aja. Bentar lagi juga nyampe.” Jawab Satoru sambil menambah kecepatan mobil yang ia bawa.
-
“Kita makan dulu ya, Mak? gue tau lu belum makan.” Satoru memarkirkan mobil nya di depan restoran Sushi Mahal yang ada di depan.
Makima hanya mengangguk, menuruti apa kata laki-laki di depan nya saat ini.
Saat Makima ingin membuka pintu mobil, Pintu mobil nya sudah di buka duluan Oleh Satoru.
“Apasih, lebay banget lu. Pake acara bukain segala.” Ucap Makima sambil keluar dari mobil.
“Biar so sweet tau.” Jawab Satoru sambil mendatangi Makima yang mulai berjalan menjauh dari parkiran.
-
“Makima, Lo pesen apa?” Tanya Satoru pada gadis di depan nya yang tengah sibuk memainkan ponsel.
Saat mendengar suara Satoru, Makima menaruh ponsel nya. Dan menatap datfar menu yang di perlihatkan oleh Satoru.
“Lo pesen apa, Sat?”
“Salmon Aburii Roll.”
“Kalau gitu, gue Kaki Guratan Original.”
“Udah? Lo pesen itu doang?” Makima hanya mengangguk, kemudian melanjutkan acara bermain ponsel nya.
Satoru dan Makima sibuk dengan dunia nya masing-masing, saling bermain ponsel satu sama lain.
Tidak ada topik di antara mereka.
“Eh mak.” Makima mengangkat kepala nya mengalihkan fokus nya kepada laki-laki di depan nya.
“Lo tau enggak?” Makima menggeleng.
“Dua best friend gue mau nikah, anjing gue ditinggal ngejones.”
“Kan ada gue.” jawab Makima, tak sadar.
“HAH?! LO MAU NIKAH SAMA GUE?” teriak Satoru reflek.
“Hah? emang tadi gue ngomong apa?” Tanya Makima sambil melirik kiri kanan.
“Lo tadi ngomong, ‘Kan ada gue.’ gitu.”
“HAH ANJING. ENGGAK MUNGKIN MULUT GUE JAWAB GITU.”
“TAPI LO NGOMONG GITU TADI. LO SUKA SAMA GUE YA?????”
“Ga. pede banget.” Jawab Makima sambil mengalihkan fokus nya kembali ke ponsel.
“Hilih Tsundere.”
“Shut up, tutup mulut mu.”
-
Jam sekarang menunjukkan pukul 21.32 Satoru dan Makima sudah selesai makan sekitar 30 menit yang lalu.
Mereka sekarang sedang berjalan menuju tempat yang ingin di tuju Satoru.
Makima juga sebenarnya tidak tahu, mereka mau kemana. Dia ngikut saja, asal jangan di bawa kabur. Ia masih punya tanggung jawab di rumah nya.
-
Setelah 1 jam perjalanan, Mereka akhir nya sampai.
Saat ini mereka berada di puncak gunung, Makima sendiri bingung. Untuk apa ke gunung malam malam begini?
Lebih baik, saat libur saja.
“Ngapain kesini jam segini, Sat?” Tanya Makima yang sedang duduk di tepian jurang.
“Enggak ada sih. Gue tiba-tiba pengen ngajak lu ke gunung aja.”
“Mendingan gini tadi gue pulang aja, mungkin gue udah bergulung diatas selimut.” Jawab Makima sambil mengeratkan selimut yang tadi diberikan oleh Satoru.
“Hehe, maap deh. Gue ganggu acara istirahat lu yak?” Makima menggeleng pelan, “Enggak sih. Cuman bingung aja.”
Satoru mengangguk-angguk.
“Mak, gue mau ngomong...”
“Hm? ngomong aja kali, ngapain pakai izin segala.” Jawab Makima sambil beranjak dari duduk nya, ia takut tanah yang ia duduki tiba-tiba jatuh.
Kan tidak lucu kalau ia jatuh.
“Mak....gue serius.” Ucap Satoru sambil menahan tangan Makima.
“Iya ngomong aja astaga Satoruu, Kayak sama siapa aja Lo mau ngomong.” Makima bisa merasakan, bahwa tangan Satoru saat ini sangat dingin.
Mungkin karena cuaca gunung, makanya tangan nya sangat dingin.
“Makima. Would you like to add 'Gojou' in front of your name?” Makima menatap bingung Satoru.
“Hah?” Ia mengerutkan alis nya.
“Em.. Will you marry me?”
Makima membelalakkan mata nya, wajah nya sudah sangat memerah setelah mendengar Kalimat yang baru saja di keluarkan Satoru.
“Ah apasih, Sat. Bercanda Lo ga lucu banget bego.” Makima menyentil dahi laki-laki tersebut.
“Gue enggak bercanda, kali ini serius.” Jawab Satoru dengan nada bicara yang berbeda, membuat Makima membeku di tempat.
“So, you want to marry me?”
Makima bingung, pikiran nya kemana-mana. Tapi, ia harus memilih pilihan yang tepat dan pilihan yang tidak membuat nya menyesal.
Makima menghela nafas berat, kemudian menatap Satoru dengan senyum manis.
“Yes. I will.”
Back home.
Malam yang lumayan panjang, Toge berjalan menyusuri trotoar jalanan yang sudah sangat sunyi. Ia tidak memiliki tujuan, tujuan nya hanya satu yaitu; berjalan jalan di tengah malam.
Jam sudah menunjukkan pukul 00.21, Tapi Toge enggan untuk kembali ke apartement nya. Suasana yang cukup menenangkan, karena tidak ada kendaraan yang lewat.
Toge melirik Ponsel pintar nya yang sedari tadi berdenting dan berbunyi mengganggu ketenangan nya malam ini.
Rasa nya, Toge ingin membuang ponsel pintar nya tersebut karena terlalu mengganggu. Tapi ia urungkan, karena jika tidak ada ponsel tersebut ntah bagaimana jadi nya ia jika terjadi sesuatu pada nya.
“Huft...” Helaan nafas Toge terdengar, ia mendudukkan diri nya di sebuah kursi di taman bermain kanak-kanak.
Ponsel pintar nya sudah tidak lagi berbunyi, tampak nya sang ‘Pengganggu’ lelah karena tidak kunjung diangkat.
Toge menatap langit-langit malam, cukup indah. Tapi, tidak seindah seseorang dengan Surai hitam pekat.
Jujur, sebenarnya Toge adalah seorang yang penakut. Tapi, ntah mengapa malam ini tiba-tiba rasa takut nya sirna begitu saja.
Rambut berwarna planitum blonde nya terbang sedikit terbawa angin, Toge mengusap usap tangan nya sambil meniup niup memberikan rasa hangat kepada diri nya sendiri lewat telapak tangan.
Ia melirik kanan dan kiri, sepi. Benar-benar sepi, yah sangat jelas. Karena sekarang sudah jam untuk istirahat.
Toge menundukkan kepala nya, menatap ponsel pintar nya yang berisi spam chat dan spam telepon dari beberapa orang terdekat nya.
Contoh nya? Maki, Nobara, Yuuji, Mai, Megumi, Junpei, Kokichi, dan Miwa.
Oh- Tertinggal satu orang lagi. Ya benar, Yuuta.
Toge hanya menatap ponsel pintar nya, ia tahu bahwa sekarang teman teman nya tengah khawatir dengan diri nya. Tapi, ia tidak perduli.
Tapi, Ntah kenapa jari nya mulai membuka chat dari Kontak bernama ‘Maki’ Yang menanyakan, Dimana dia? kapan kembali? semua orang mengkhawatirkan nya.
Toge membalas pesan tersebut dengan tenang.
𝘈𝘬𝘶 𝘉𝘢𝘪𝘬-𝘉𝘢𝘪𝘬 𝘚𝘢𝘫𝘢. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳. 𝘚𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯.
Begitu kira-kira pesan yang Toge balas, kepada gadis dengan Surai Dark green tersebut.
Tak butuh waktu lama, ponsel Toge kembali berbunyi.
Toge sedikit memasang senyum ketika melihat balasan tersebut, tapi ia tidak berniat membalas nya. Toge langsung mematikan ponsel pintar nya, dan kembali berjalan menyusuri kota di tengah malam yang sangat hening, sepi, dan menenangkan.
-
“Maki! Toge tidak ada?” Suara berat namun lembut itu berteriak ke seseorang di seberang telepon sana.
“𝘔𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥 𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢, 𝘠𝘶𝘶𝘵𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩?! 𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘶!” Teriakan nya dibalas teriakan.
“Aku... aku tadi keluar sebentar untuk ke Supermarket, tapi setelah kembali Toge tidak ada dimana mana!” Jawab nya sambil menggigit bibir bawah.
“𝘚𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘯𝘺𝘢?!”
Yuuta hanya menggeleng pelan, padahal ia tahu bahwa Maki tidak akan bisa melihat gelengan kepala nya.
“𝘠𝘶𝘶𝘵𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩! 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘛𝘰𝘨𝘦! 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘓𝘜𝘗𝘈! 𝘛𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘥𝘪 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵 𝘮𝘶, 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘣𝘢𝘳𝘢.” Terdengar bising bising dari seberang sana, dan beberapa suara laki-laki berteriak ingin ikut.
Yuuta hanya terdiam, ia bingung.
Kenapa Toge tidak ada? apa ia berbuat salah?
Yuuta terduduk di sofa apartemen nya, memijat pelipisnya pelan. Memikirkan kemungkinan kemungkinan yang membuat Toge pergi dari hadapan nya sekarang.
Sekitar 30 menit, Pintu Apartemen nya Di gedor gedor oleh seseorang. Ia tahu siapa pelaku penggedoran tersebut.
Dengan langkah lunglai, ia membuka pintu nya.
“Maki? Nobara? Yuuji? Megumi? Mai?” Yuuta menatap kelima orang yang sekarang berdiri di depan pintu apartemen nya.
“Toge membalas chat ku. Ia berkata jangan khawatir, tapi aku tidak bisa untuk tidak mengkhawatirkan nya. Aku juga mengabari yang lain. Tapi, aku akan pergi mencari Toge. Kalau kau ingin ikut siap-siap, kalau tidak. aku pergi sekarang.” Maki berkata dengan suara yang sangat dingin, ia memasang tatapan yang sungguh menakutkan.
“Aku ikut.” Yuuta segera masuk kedalam Apartement nya, dan mengambil jaket serta ponsel pintar nya, kemudian mengambil kunci Apartement nya.
“Sudah? ayo.” Maki berjalan duluan, ia benar-benar khawatir dengan Toge. Karena bagaimana pun, mereka adalah seseorang yang selalu bersama sejak kecil.
-
Sudah sekitar satu jam mereka menyusuri kota, tapi tidak kunjung bertemu dengan seseorang yang mereka cari.
Maki sudah cukup frustasi mencari dimana keberadaan Toge.
Ia menendang tong sampah yang ada di depan nya.
“Brengsek.”
Dari kejauhan, Toge melihat semua yang mencari nya sedang terduduk di depan toko yang sudah tutup.
Toge melihat mereka dibalik pohon, mungkin jika ada yang menyadari ia akan dikira setan karena rambut panjang nya terurai.
Jujur, Toge bisa saja mendatangi mereka. Tapi, ia masih teriris ketika melihat sang kekasih.
Ia masih teringat bayang-bayang, saat di Supermarket tadi, Sang kekasih memeluk seorang gadis dengan Surai yang sama persis sambil menangis.
Dan juga berkata; “Jangan tinggalkan aku lagi. Aku cukup menderita.”
Lantas, Toge segera berpikir bahwasa dia selama ini hanyalah seorang pelampiasan.
Mengingat kejadian itu, Mata Toge tiba-tiba panas. Ia ingin menangis, jujur ia ingin tahu siapa gadis itu.
Kenapa Kekasih nya terlihat sangat tidak ingin berpisah dengan nya? lalu bagaimana dengan dirinya?
Cukup.
Dada nya terasa di iris iris, ia menjauh dari tempat nya berdiri. Kembali memasang tudung kepala yang sudah pasti akan menutupi rambut nya.
Ia Berjalan menjauh, tidak lupa menggeret koper yang ia bawa. Ya, Toge membawa beberapa barang penting nya. Ia berniat pergi ke Jerman, mencari ketenangan disana selama beberapa tahun.
Namun, takdir berkata lain.
Baru satu minggu ia berada disana, setelah mengganti nomor telepon dan lain lain. Ia malah hamil, yang jelas sudah pasti itu adalah anak nya Yuuta.
Bisa saja ia menggugurkan kandungan itu, tapi disetiap negara menggugurkan kandungan pasti saja tidak di legalkan.
Ia berjanji bahwa dia akan menjaga anak ini sendirian, dan tidak perduli lagi dengan Yuuta.
-
Setelah Sekitar 6 Tahun berada di Jerman, akhirnya Toge memutuskan untuk kembali ke Jepang. Toh, anak nya sudah cukup besar sekarang.
Surai hitam, manik violet, sangat tampan. Gabungan yang sempurna.
“Mama! Kita kemana?!”
Toge hanya melirik, kemudian memasang senyum.
“Pulang, Ketemu paman dan bibi mu.” Ucap nya sambil mengelus kepala sang anak.
“Woah! Oke.”
Setelah sekitar 2 hari di dalam pesawat, mereka sudah sampai di Jepang.
Toge menghirup kembali udara segar negara kelahiran nya. Ia memasang senyum cerah, Toge memasang masker agar tidak ada yang mengenali nya.
Ia sekarang ingin pergi kerumah Maki, sungguh ia merindukan teman masa kecil nya tersebut.
“Mama! kita mau kemana dulu?!” Tanya, sang anak.
“Kerumah bibi Maki.” Jawab Toge sambil memegang tangan sang anak.
“Ehm, Okee!”
-
Setelah mencari tahu dimana rumah Baru Maki, ia akhirnya menemukan sebuah rumah dengan cat berwarna biru laut.
Toge menekan bel rumah tersebut, pertama tidak ada jawaban, kedua pintu di buka kan oleh seorang perempuan dengan Surai orange se bahu sambil memegang tangan seorang anak kecil.
“Kak....?” Air mata berkumpul, ia langsung menerjang Toge.
“Ara, ya?” Suara lembut Toge, membuat tangisan Nobara semakin menjadi.
Toge melepas pelukan nya, dan mengusap air mata nya. “Ssst.”
“Masuk kak, ada tamu juga di dalam.” Ucap Nobara yang hanya mendapat anggukan dari Toge.
Baru 3 langkah Toge masuk ke dalam rumah besar tersebut, ia mendapat kan bahwa ada sang kekasih- ralat, sang mantan kekasih tengah duduk di sofa sambil memandangi nya.
Saat Yuuta hendak mendatangi Toge, Yuuta menatap seorang anak laki-laki yang berdiri disamping Toge sambil menggenggam erat tangan Toge.
Yuuta menatap nanar, Yuuta sempat berpikir apakah Toge sudah menikah dan itu adalah anak nya dengan laki-laki lain? tapi, anak itu sangat mirip dengan Yuuta saat kecil.
“Ah, Ara. Bilangin Maki kakak ada kesini ya.” Toge segera berbalik badan, ia berjalan kearah luar pintu namun tangan nya di tahan oleh tangan besar, yang sudah pasti itu tangan Yuuta.
“Toge...” Ucap Yuuta sangat halus dan lembut, Toge tidak menatap mata nya. Hanya menunduk menatap sang anak.
“Anak mu?” Toge mengangguk singkat. Yuuta tersenyum lembut.
“Kamu... sudah menikah?” Toge menggeleng pelan. Yuuta hanya mengangguk, kemudian melepaskan tangan Toge yang ia genggam.
Ia mendekat kearah anak kecil yang ada disamping Toge.
“Halo? Nama mu siapa?”
“Uta.” Jawab nya, Toge hanya menggigit bibir bawahnya.
“Kamu pernah ketemu ayah mu?” Uta menggeleng.
“Kata mama, Papa ada di Jepang. Uta gabisa ketemu sama Papa.” jawab nya, polos.
Yuuta menepuk kepala anak tersebut, kemudian tersenyum manis kearah anak itu.
“Pengen ketemu papa?” Ia mengangguk, membuat senyuman Yuuta semakin melebar.
“Nah ini Papa. Mau peluk?” Ucapan Yuuta barusan membuat Toge terlonjak kaget.
Uta mengangguk senang, ia segera memeluk Yuuta.
“Tunggu... bagaimana..?” Toge menatap Yuuta dan anak nya yang sedang berpelukan.
“Kamu tidak menikah, tapi memiliki anak. dan kamu pergi enam tahun yang lalu. Mana mungkin, anak mu bakal sebesar ini'kan?” Ucap Yuuta sambil menggendongnya, Toge hanya menunduk menanggapi perkataan nya.
Ucapan Yuuta benar.
“Ya...” hanya itu yang mampu keluar dari mulut Toge.
“Nah sekarang, ayo pulang. Kerumah kita, Toge.”
Back home.
Malam yang lumayan panjang, Toge berjalan menyusuri trotoar jalanan yang sudah sangat sunyi. Ia tidak memiliki tujuan, tujuan nya hanya satu yaitu; berjalan jalan di tengah malam.
Jam sudah menunjukkan pukul 00.21, Tapi Toge enggan untuk kembali ke apartement nya. Suasana yang cukup menenangkan, karena tidak ada kendaraan yang lewat.
Toge melirik Ponsel pintar nya yang sedari tadi berdenting dan berbunyi mengganggu ketenangan nya malam ini.
Rasa nya, Toge ingin membuang ponsel pintar nya tersebut karena terlalu mengganggu. Tapi ia urungkan, karena jika tidak ada ponsel tersebut ntah bagaimana jadi nya ia jika terjadi sesuatu pada nya.
“Huft...” Helaan nafas Toge terdengar, ia mendudukkan diri nya di sebuah kursi di taman bermain kanak-kanak.
Ponsel pintar nya sudah tidak lagi berbunyi, tampak nya sang ‘Pengganggu’ lelah karena tidak kunjung diangkat.
Toge menatap langit-langit malam, cukup indah. Tapi, tidak seindah seseorang dengan Surai hitam pekat.
Jujur, sebenarnya Toge adalah seorang yang penakut. Tapi, ntah mengapa malam ini tiba-tiba rasa takut nya sirna begitu saja.
Rambut berwarna planitum blonde nya terbang sedikit terbawa angin, Toge mengusap usap tangan nya sambil meniup niup memberikan rasa hangat kepada diri nya sendiri lewat telapak tangan.
Ia melirik kanan dan kiri, sepi. Benar-benar sepi, yah sangat jelas. Karena sekarang sudah jam untuk istirahat.
Toge menundukkan kepala nya, menatap ponsel pintar nya yang berisi spam chat dan spam telepon dari beberapa orang terdekat nya.
Contoh nya? Maki, Nobara, Yuuji, Mai, Megumi, Junpei, Kokichi, dan Miwa.
Oh- Tertinggal satu orang lagi. Ya benar, Yuuta.
Toge hanya menatap ponsel pintar nya, ia tahu bahwa sekarang teman teman nya tengah khawatir dengan diri nya. Tapi, ia tidak perduli.
Tapi, Ntah kenapa jari nya mulai membuka chat dari Kontak bernama ‘Maki’ Yang menanyakan, Dimana dia? kapan kembali? semua orang mengkhawatirkan nya.
Toge membalas pesan tersebut dengan tenang.
𝘈𝘬𝘶 𝘉𝘢𝘪𝘬-𝘉𝘢𝘪𝘬 𝘚𝘢𝘫𝘢. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳. 𝘚𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯.
Begitu kira-kira pesan yang Toge balas, kepada gadis dengan Surai Dark green tersebut.
Tak butuh waktu lama, ponsel Toge kembali berbunyi.
Toge sedikit memasang senyum ketika melihat balasan tersebut, tapi ia tidak berniat membalas nya. Toge langsung mematikan ponsel pintar nya, dan kembali berjalan menyusuri kota di tengah malam yang sangat hening, sepi, dan menenangkan.
-
“Maki! Toge tidak ada?” Suara berat namun lembut itu berteriak ke seseorang di seberang telepon sana.
“𝘔𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥 𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢, 𝘠𝘶𝘶𝘵𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩?! 𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘶!” Teriakan nya dibalas teriakan.
“Aku... aku tadi keluar sebentar untuk ke Supermarket, tapi setelah kembali Toge tidak ada dimana mana!” Jawab nya sambil menggigit bibir bawah.
“𝘚𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘯𝘺𝘢?!”
Yuuta hanya menggeleng pelan, padahal ia tahu bahwa Maki tidak akan bisa melihat gelengan kepala nya.
“𝘠𝘶𝘶𝘵𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩! 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘛𝘰𝘨𝘦! 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘓𝘜𝘗𝘈! 𝘛𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘥𝘪 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵 𝘮𝘶, 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘣𝘢𝘳𝘢.” Terdengar bising bising dari seberang sana, dan beberapa suara laki-laki berteriak ingin ikut.
Yuuta hanya terdiam, ia bingung.
Kenapa Toge tidak ada? apa ia berbuat salah?
Yuuta terduduk di sofa apartemen nya, memijat pelipisnya pelan. Memikirkan kemungkinan kemungkinan yang membuat Toge pergi dari hadapan nya sekarang.
Sekitar 30 menit, Pintu Apartemen nya Di gedor gedor oleh seseorang. Ia tahu siapa pelaku penggedoran tersebut.
Dengan langkah lunglai, ia membuka pintu nya.
“Maki? Nobara? Yuuji? Megumi? Mai?” Yuuta menatap kelima orang yang sekarang berdiri di depan pintu apartemen nya.
“Toge membalas chat ku. Ia berkata jangan khawatir, tapi aku tidak bisa untuk tidak mengkhawatirkan nya. Aku juga mengabari yang lain. Tapi, aku akan pergi mencari Toge. Kalau kau ingin ikut siap-siap, kalau tidak. aku pergi sekarang.” Maki berkata dengan suara yang sangat dingin, ia memasang tatapan yang sungguh menakutkan.
“Aku ikut.” Yuuta segera masuk kedalam Apartement nya, dan mengambil jaket serta ponsel pintar nya, kemudian mengambil kunci Apartement nya.
“Sudah? ayo.” Maki berjalan duluan, ia benar-benar khawatir dengan Toge. Karena bagaimana pun, mereka adalah seseorang yang selalu bersama sejak kecil.
-
Sudah sekitar satu jam mereka menyusuri kota, tapi tidak kunjung bertemu dengan seseorang yang mereka cari.
Maki sudah cukup frustasi mencari dimana keberadaan Toge.
Ia menendang tong sampah yang ada di depan nya.
“Brengsek.”
Dari kejauhan, Toge melihat semua yang mencari nya sedang terduduk di depan toko yang sudah tutup.
Toge melihat mereka dibalik pohon, mungkin jika ada yang menyadari ia akan dikira setan karena rambut panjang nya terurai.
Jujur, Toge bisa saja mendatangi mereka. Tapi, ia masih teriris ketika melihat sang kekasih.
Ia masih teringat bayang-bayang, saat di Supermarket tadi, Sang kekasih memeluk seorang gadis dengan Surai yang sama persis sambil menangis.
Dan juga berkata; “Jangan tinggalkan aku lagi. Aku cukup menderita.”
Lantas, Toge segera berpikir bahwasa dia selama ini hanyalah seorang pelampiasan.
Mengingat kejadian itu, Mata Toge tiba-tiba panas. Ia ingin menangis, jujur ia ingin tahu siapa gadis itu.
Kenapa Kekasih nya terlihat sangat tidak ingin berpisah dengan nya? lalu bagaimana dengan dirinya?
Cukup.
Dada nya terasa di iris iris, ia menjauh dari tempat nya berdiri. Kembali memasang tudung kepala yang sudah pasti akan menutupi rambut nya.
Ia Berjalan menjauh, tidak lupa menggeret koper yang ia bawa. Ya, Toge membawa beberapa barang penting nya. Ia berniat pergi ke Jerman, mencari ketenangan disana selama beberapa tahun.
Namun, takdir berkata lain.
Baru satu minggu ia berada disana, setelah mengganti nomor telepon dan lain lain. Ia malah hamil, yang jelas sudah pasti itu adalah anak nya Yuuta.
Bisa saja ia menggugurkan kandungan itu, tapi disetiap negara menggugurkan kandungan pasti saja tidak di legalkan.
Ia berjanji bahwa dia akan menjaga anak ini sendirian, dan tidak perduli lagi dengan Yuuta.
-
Setelah Sekitar 6 Tahun berada di Jerman, akhirnya Toge memutuskan untuk kembali ke Jepang. Toh, anak nya sudah cukup besar sekarang.
Surai hitam, manik violet, sangat tampan. Gabungan yang sempurna.
“Mama! Kita kemana?!”
Toge hanya melirik, kemudian memasang senyum.
“Pulang, Ketemu paman dan bibi mu.” Ucap nya sambil mengelus kepala sang anak.
“Woah! Oke.”
Setelah sekitar 2 hari di dalam pesawat, mereka sudah sampai di Jepang.
Toge menghirup kembali udara segar negara kelahiran nya. Ia memasang senyum cerah, Toge memasang masker agar tidak ada yang mengenali nya.
Ia sekarang ingin pergi kerumah Maki, sungguh ia merindukan teman masa kecil nya tersebut.
“Mama! kita mau kemana dulu?!” Tanya, sang anak.
“Kerumah bibi Maki.” Jawab Toge sambil memegang tangan sang anak.
“Ehm, Okee!”
-
Setelah mencari tahu dimana rumah Baru Maki, ia akhirnya menemukan sebuah rumah dengan cat berwarna biru laut.
Toge menekan bel rumah tersebut, pertama tidak ada jawaban, kedua pintu di buka kan oleh seorang perempuan dengan Surai orange se bahu sambil memegang tangan seorang anak kecil.
“Kak....?” Air mata berkumpul, ia langsung menerjang Toge.
“Ara, ya?” Suara lembut Toge, membuat tangisan Nobara semakin menjadi.
Toge melepas pelukan nya, dan mengusap air mata nya. “Ssst.”
“Masuk kak, ada tamu juga di dalam.” Ucap Nobara yang hanya mendapat anggukan dari Toge.
Baru 3 langkah Toge masuk ke dalam rumah besar tersebut, ia mendapat kan bahwa ada sang kekasih- ralat, sang mantan kekasih tengah duduk di sofa sambil memandangi nya.
Saat Yuuta hendak mendatangi Toge, Yuuta menatap seorang anak laki-laki yang berdiri disamping Toge sambil menggenggam erat tangan Toge.
Yuuta menatap nanar, Yuuta sempat berpikir apakah Toge sudah menikah dan itu adalah anak nya dengan laki-laki lain? tapi, anak itu sangat mirip dengan Yuuta saat kecil.
“Ah, Ara. Bilangin Maki kakak ada kesini ya.” Toge segera berbalik badan, ia berjalan kearah luar pintu namun tangan nya di tahan oleh tangan besar, yang sudah pasti itu tangan Yuuta.
“Toge...” Ucap Yuuta sangat halus dan lembut, Toge tidak menatap mata nya. Hanya menunduk menatap sang anak.
“Anak mu?” Toge mengangguk singkat. Yuuta tersenyum lembut.
“Kamu... sudah menikah?” Toge menggeleng pelan. Yuuta hanya mengangguk, kemudian melepaskan tangan Toge yang ia genggam.
Ia mendekat kearah anak kecil yang ada disamping Toge.
“Halo? Nama mu siapa?”
“Uta.” Jawab nya, Toge hanya menggigit bibir bawahnya.
“Kamu pernah ketemu ayah mu?” Uta menggeleng.
“Kata mama, Papa ada di Jepang. Uta gabisa ketemu sama Papa.” jawab nya, polos.
Yuuta menepuk kepala anak tersebut, kemudian tersenyum manis kearah anak itu.
“Pengen ketemu papa?” Ia mengangguk, membuat senyuman Yuuta semakin melebar.
“Nah ini Papa. Mau peluk?” Ucapan Yuuta barusan membuat Toge terlonjak kaget.
Uta mengangguk senang, ia segera memeluk Yuuta.
“Tunggu... bagaimana..?” Toge menatap Yuuta dan anak nya yang sedang berpelukan.
“Kamu tidak menikah, tapi memiliki anak. dan kamu pergi enam tahun yang lalu. Mana mungkin, anak mu bakal sebesar ini'kan?” Ucap Yuuta sambil menggendongnya, Toge hanya menunduk menanggapi perkataan nya.
Ucapan Yuuta benar.
“Ya...” hanya itu yang mampu keluar dari mulut Toge.
“Nah sekarang, ayo pulang. Kerumah kita, Toge.”
Eighteen.
Toge menaiki mobil nya, ia diajak bermalam mingguan dengan keempat kawan se-sirkel nya.
Padahal ia bisa saja menolak ajakan mereka, dan lebih memilih menonton film di Netflix atau hanya tiduran semalaman di kasur kos nya.
Tapi karena ia cukup bosan, jadi ia menerima ajakan mereka. Lagian, lumayan kan? di traktir.
Jarang jarang Toge di Traktir, biasa nya ia yang meneraktir.
Toge menjalan kan mobil nya dengan kecepatan 40km/jam, cukup pelan dan santai. Ia ingin menikmati malam yang cukup dingin ini di jalanan.
Jika ditanya, “Bagaimana kalau yang lain sibuk berduaan?” Toge akan menjawab seperti ini; “Ninggalin mereka, muterin kota. Kalau bisa sampai keluar negeri.”
Alasan Toge tidak mau mempunyai pacar, karena ia seperti lagu Txt.
Sorry I am anti-romantic.
Gausah nyanyi.
Ia takut disakiti dan menyakiti perasaan seseorang, dan semisal nya ia tidak memiliki seseorang yang untuk ia nikahi tidak ada. Ia akan meminta kedua orang tua nya, untuk menjodoh kan nya saja.
-
Tidak terasa, Toge sudah sampai di cafe yang ia tuju. Ia keluar dari mobil nya, tangan nya ia masukkan kekantung kardigan nya yang cukup tebal.
Ia memasuki cafe tersebut dan mencari Maki dan Yuuji the geng.
Setelah menemukan dimana mereka duduk, Toge sedikit berlari kearah mereka.
Saat hendak memanggil Nama Maki, Toge tidak sengaja menabrak seseorang yang tengah membawa nampan berisi makanan.
Lihat sekarang, baju Toge setengah basah karena air yang di bawa laki-laki yang ia tabrak.
“Ah, maaf...” Toge kembali mendengar suara lembut, dan ia memberi kan sapu tangan kepada Toge.
“Ini,” Toge mengangkat kepala nya, kemudian menggeleng pelan.
“Enggak usah. Enggak papa, saya yang nabrak kok.” Ucap Toge sambil membungkuk 90° kemudian berjalan melewati laki-laki tersebut.
Laki-laki yang di tabrak Toge hanya terdiam sambil melihat punggung Toge menjauh dari dekat nya.
Kemudian ia berlalu, berjalan kearah tempat duduk nya.
-
“Maki!” Teriak Toge saat sudah sangat dekat dengan meja yang Maki dan Yuuji the geng duduki.
“Akhirnya Dateng juga lo kak! btw baju Lo kenapa basah?” Tanya Nobara sambil menepuk nepuk tempat duduk kosong disamping nya.
“Oh, ketabrak orang tadi.” Jawab Toge sambil duduk disamping Nobara.
“Iyakah? Makanya hati hati kak.” Ucap Yuuji sambil menaruh nampan yang ia bawa keatas meja.
“Udah, pesen dulu ge. Ni sapu tangan.” Maki melempar sapu tangan kearah Toge, yang berhasil di tangkap Toge.
“Yaudah, oke.”
Eleven.
Pukul 16.17 Yuuta berlari di koridor fakultas Manajemen Informatika, tiba-tiba saja Kating nya meminta bertemu di sana.
Yuuta segera berlari memasuki Fakultas tersebut, ia bahkan tidak perduli menabrak siapa saja yang baru saja keluar dari Area Fakultas tersebut.
Ia berlari cukup lambat, karena memang isi tas nya cukup berat. Sudah membawa Laptop, ia juga membawa tugas dan beberapa Buku.
Yuuta melirik jam di jam tangan nya.
Bisa bisanya, ia meng-iyakan ajakan bertemu Kating nya di Gedung Manajemen Informatika. Padahal gedung fakultas nya, dan gedung Manajemen Informatika cukup jauh.
Saat berlari, Ia tidak sengaja menabrak seseorang. Lihat sekarang, Tugas yang ia pegang berantakan.
Ia segera membereskan kertas kertas tugas yang berserakan, kemudian seseorang yang ia tabrak juga membantu membereskan.
“Maaf.” Suara nya bergetar, Yuuta hanya mengangguk kemudian menjawab. “Tidak apa-apa. Lain kali, Lihat-lihat.” Suara Yuuta begitu lembut.
Kemudian setelah beres, ia melihat punggung laki-laki yang baru saja pergi menjauh, mengambil ponsel pintar nya yang terlempar.
Kemudian ia kembali teringat, melirik jam tangan nya. Lagi.
Sudah pukul 16.23, Yuuta kembali berlari. Sudah 2× dalam sehari mereka bertemu. Pikir Yuuta.
-
Setelah cukup lama mencari keberadaan sang Kating, akhirnya Yuuta bertemu.
Ia menghela nafas panjang.
‘Akhirnya.’ Batin Yuuta.
“Oh. Yuuta, bukan?” Seorang laki-laki dengan rambut di Cepol, mendekati Yuuta.
Yuuta hanya mengangguk, masih mengatur nafas nya.
“Ketua BEM kan?” Yuuta, mengangguk lagi.
“Anak Fakultas Arsitektur kan?” Lagi-lagi Yuuta mengangguk, ia bingung. Kating nya lagi wawancarai dia ya?
“Kamu Popul-” belum selesai ia mengajukan pertanyaan lagi, kepala nya sudah di pukul oleh seorang perempuan dengan tahi lalat di bawah mata nya, dan kantung mata yang cukup besar.
“Suguru, lo mau ngambil tugas apa wawancara?” ucap nya sambil mendorong laki-laki itu kebelakang.
“Maaf ya, Yut. Untung yang satu nya ga ikut, bisa lebih Parah. Sini tugas nya.” Ucap Gadis tersebut sambil berdiri di hadapan Yuuta, mengulurkan tangan nya agar Yuuta memberikan kertas yang ia pegang kepada nya.
“Ah iya, enggak papa. Kak...?”
“Shoko. Shoko Ieiri anak fakultas kedokteran.” jawab nya dengan senyum tipis.
“Ah iya, Kak Shoko. Kalau begitu saya permisi, masih banyak yang harus saya kerjain.” Shoko hanya mengangguk menanggapi perkataan Yuuta, kemudian kembali memukul kepala Suguru.
“Ayo cabut.” ia menarik rambut belakang Suguru, menarik nya layak nya seperti hewan.
Ten.
Sekitar pukul 10.26 Yuuta berjalan santai ke arah halte bus, ia berjalan sambil memainkan ponsel pintar nya.
Sesampai nya di Halte bus, Yuuta mendudukkan diri nya di kursi yang tersedia di Halte bus.
Ia hanya fokus memainkan ponsel pintar nya, ia tidak perduli dengan sekeliling nya.
Toh, jam segini orang sudah sibuk dengan urusan masing-masing.
Setelah sekitar 10 menit terduduk disana, ia melihat seorang laki-laki dengan Surai platinum tampak berlari-lari ke arah halte bus.
Yuuta hanya melirik laki-laki itu sekilas ketika ia mendudukkan dirinya di kursi kosong di sebelah Yuuta.
Sesaat kemudian, Bus berhenti di depan mereka. Yuuta segera berdiri untuk memasuki bus tersebut.
Begitu juga dengan laki-laki yang duduk disamping nya tadi.
Jujur saja, Yuuta seperti pernah melihat wajah nya. Tapi tidak tahu dimana.
Yuuta membuang jauh-jauh pikiran nya tersebut, kemudian segera mendudukkan diri di pojokan bus sambil memeluk tas nya.
Six.
Toge berlari cukup kencang, menuju kantin fakultas nya. Ia benar-benar diberi waktu 5 menit untuk sampai kekantin oleh Maki.
Saat berlari, ia menyumpah serapahi Maki karena hanya memberinya waktu 5 menit untuk sampai kekantin.
Sedangkan jarak Perpustakaan dan Kantin cukup jauh.
Ia berlari sambil membalas pesan dari Maki, Maki menyuruh nya untuk tidak membalas pesan nya. Tapi selalu saja ada pembahasan Yang Maki buat.
Karena terlalu fokus menatap telepon, Toge tidak melihat orang orang di depan.
Sampai akhirnya, ia bertubrukan dengan seseorang yang sedang berlari juga.
Ponsel pintar Toge terlempar 2 meter dari tempat Toge jatuh. Toge membantu orang yang ia tabrak membereskan barang yang ia bawa.
“Maaf.” Ucap Toge sambil membungkuk 90°, kemudian hanya dijawab. “Tidak apa-apa. Lain kali, lihat-lihat.” begitu jawaban nya, suara nya lumayan enak untuk di dengar.
Kemudian Toge permisi, ia mengambil ponsel pintar nya yang terlempar 2 meter dari tempat ia terjatuh.
Toge menggerutu dalam hati nya, Ponsel nya mati, Layar nya retak.
Rasa nya ia ingin bunuh diri, karena ulah Maki yang memberinya waktu 5 menit untuk sampai ke kantin.
Padahal Maki tau, kalau kantin dan Perpus jarak nya sangat jauh.
-
Toge sudah sampai di kantin, ia mencari dimana keberadaan Maki dan Geng Yuuji.
Setelah menemukan mereka, Toge segera duduk disamping Megumi dan melempar ponsel nya diatas meja.
“Anjir, Hp Lo kenapa kak?!” Tanya Nobara sambil mengambil ponsel yang baru saja dilempar oleh Toge.
“Retak noh! gara-gara Maki.” Jawab Toge sambil merebahkan kepala nya diatas meja.
“Lah kok gue?” Tanya Maki yang lagi ngabisin makanan nya.
“Ya elo lah! coba aja lo ga ngasih gue waktu 5 menit buat sampai sini. Pasti hp gue sekarang baik baik aja.” Toge memasang wajah cemberut.
“Hehehehe.”
“Hehe haha hehe haha, dahlah ga mood makan. Gue pengen ke konter aja, mau beli hp baru.” Toge berdiri, ngambil hp nya yang di tangan Nobara, terus minggat ke konter Hp.
Yuuji, Nobara, sama Megumi cuman melongo denger kata. ‘Mau beli Hp Baru’.
“Enak bener jadi orang kaya, cuman retak doang langsung ganti.” Ucap Nobara sambil tetep melongo.
Yuuji sama Megumi cuman angguk-angguk.
Maki diem doang, soal nya dia udah biasa.