saraga’s


Aksa dan Rafael sudah sampai di tempat tongkrongan biasa mereka, mengambil tempat yang menjadi tempat favorit. Hanya ada mereka berdua disana, memang tak bilang kalau mereka akan kesana dengan yang lain.

Aksa dan Rafael menusuk minuman yang tadi mereka beli di McD, serta membuka makanan yang mereka beli juga. Masih hening, tak ada percakapan di antara mereka berdua. Hanya ada suara adu plastik dari masing-masing.

Selesai dengan urusan masing-masing, Rafael yang tak suka suasana hening, membuka pembicaraan antara mereka berdua.

“Lo yang nyuruh Amerta kerumah?” Aksa hanya mengangkat kepala sebentar, lalu kembali menunduk. Mengangguk, meng-iyakan pertanyaan Rafael. “Alasannya?”

Aksa mengangkat bahu, “Aska. There is no other reason.” Sahut nya, Rafael hanya mengangguk.

“Alasan lo putus sama Amerta yang lo kasih tahu ke gua cuman karena dia mau pindah negara.” Aksa menghentikan acara makannya, menatap Rafael. “Gua ga minta cerita.” Sahut Rafael, mengerti.

“Kita gabisa sama-sama.”

Rafael menghentikan acara makannya, juga. Menatap bingung Aksa. “Maksud lo?”

“Pindah keluar negeri cuman kedok, orang tuanya, keluarganya, enggak pernah menerima hubungan sesama jenis, bahkan kakaknya, Kak Chandra, dipaksa nikah sama cewek. Padahal, kak Chandra pacaran sama temennya Amerta, Revasha.” Jelas Aksa, mengingat alasan ia dan Amerta putus 2 tahun yang lalu.

Rafael hanya terdiam, bingung ingin menjawab apa. Aksa menghela nafas panjang, “Sebenarnya bukan cuman kedok, tapi karena gua sama Amerta punya hubungan, orang tuanya sengaja mindahin Amerta ke Australia. Padahal, tinggal 4 semester lagi, dia lulus, di Universitas kita.”

Rafael menganga tak percaya, “Yang tahu ini siapa aja?”

“Jei, Ranja, cuman mereka berdua. Tapi, karena udah gua ceritain ke elo, jadi bertiga.” Jawab Aksa, lalu melirik kearah luar.

Rafael menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, “Maaf. gua ngebuka luka lama.” Aksa melirik Rafael, menepuk pundaknya sambil memasang senyum.

“Santai aja kali, gua juga gaenak kalau terus-terusan nutupin semuanya daㅡ” Belum selesai Aksa dengan kalimat nya, Suara Sean menyela percakapan mereka, dengan Mahesa di sampingnya.

“Lo serius?” Sahutnya, dengan suara yang hampir tak terdengar. Aksa dan Rafael menoleh kebelakang, mendapati sepasang mantan tengah menatap mereka, dengan Sean tatapan nanar, dan Mahesa dengan tatapan yang seperti biasa, datar.

Aksa dan Rafael memasang wajah terkejut, saling melirik. “Lo berdua ngapain disini?” Rafael berusaha mengubah topik, ia tahu bahwa mantan kekasih Mahesa ini menyukai Amerta, semenjak ia dan Mahesa putus.

Sean menggeleng, “Jangan ubah topik. Jawab gua.” Mahesa menghela nafas lelah, menengahi Rafael dan Sean. “Kenapa ga duduk dulu, omongin baik-baik.” ucapnya, menenangkan.

Aksa mengangguk setuju, kalau sudah didengar oleh Sean yang notabenenya menyukai Amerta, tak ada salah nya juga membantu Mereka ㅡMahesa dan Seanㅡ kembali bersama.

Sean melirik datar Mahesa, lalu menghela nafas lelah. Ia duduk dihadapan Aksa, dan Mahesa dihadapan Rafael.

Aksa kembali menghela nafas panjang, “Iya itu serius. Kata gua, mending lo mundur. Nyakitin, lebih baik lo balik aja sama Mahesa. Gua tau dulu Mahesa bajingan, tapi masalalu bisa di ubahkan?” Aksa menunjuk-nunjuk Sean dan Amerta menggunakan sendoknya.

Mahesa hanya terdiam, “Gua emang bajingan,” gumamnya.

Sean menggeleng keras, “Bohong. Ini semua cuman rencana lo bertiga, 'kan? biar gua balik sama Mahesa?” Sean menggebrak meja mereka. Aksa berdiri, menepuk pundak Sean. “Enggak sama sekali, gua tau lo masih sayang sama Mahesa. Begitu juga Mahesa sebaliknya, Sean.” Sean menepis pundak Aksa.

“Enggak! lo punya bukti?! dia nyelingkuhin gua dulu!” Teriaknya, Rafael hanya bisa berdiam diri. Ia tahu semuanya, tapi tak bisa berbuat apa-apa.

“Gua punya bukti, lo mau liat priv acc Mahesa?” Rafael dan Mahesa membelalakkan mata mendengar tawaran Aksa barusan, Mata sean sudah merah, menahan tangisnya.

“let me see!”


Amerta sekarang berdiri di depan rumah keluarga Adinata, rumah dengan gaya klimis yang dahulu sering ia kunjungi, Saat masih berpacaran dengan Aksara.

Ia mengambil nafas dalam, mencoba menguatkan hatinya. Ia kembali memijakkan kakinya, dirumah yang dahulu pernah membuat kenangan indah.

Setelah Amerta mengetuk 3× pintu rumah tersebut, akhirnya ada jawaban dari sang pemilik rumah. Namun, terdengar seperti bukan suara dari salah satu penghuni.

Pintu rumah besar tersebut dibuka, menampilkan sesosok yang sangat ia kenali. Renjana, teman adik dari Aksara, dan kekasih dari teman Aksara, ㅡRafael.

“Oh.. Kak Amerta..” Ucapnya, dengan sedikit terbata. “Iya.. Aska-nya ada didalam?” Renjana mengangguk, membukakan pintu rumah tersebut lebih lebar, menampilkan Jeirana yang sedang duduk disofa bersama dengan laptop dan kertas-kertas yang berserakan.

“Kak Amerta, ya?” Jei menatap tak enak, Amerta hanya mengangguk pelan. Ia yakin, Bahwa Aksara hanya memberitahu Jeirana, tidak dengan Kalino dan Askara.

“Kak Aska-nya ada di dalam kamar, langsung aja ya kak. Kalau kak Aksara, pergi sama Rafael.” Ucapnya Jei, yang lagi-lagi hanya mendapat anggukan dari Amerta.

“Aku ijin ke atas ya?” Jeirana hanya mengangguk, sebagai jawaban atas permintaan (?) Amerta.

Jantung Amerta berdegup lebih kencang dari biasanya, padahal ia hanya berbicara dengan Jeirana, dulu mereka juga dekat. Tapi, sepertinya Aksara memberitahu semua-nya kepada Jeirana, yang membuat Jeirana kepada Amerta jadi lebih berbeda.


Amerta sudah hapal kamar-kamar siapa saja yang ada di lantai dua, jadi ia dengan mudah menemukan dimana kamar Askara berada.

Amerta mengetuk pintu yang bertulisan, “Askara” dengan huruf latin tersebut. Setelah 2× mengetuk, akhirnya ada teriakan dari dalam.

“Siapa?”

Amerta mengambil nafas dalam, “Amerta..” sahutnya, kecil. Mungkin terdengar atau tidak oleh sang pemilik kamar.

“Siapa? KALAU KAMU JEI JANGAN ISENG NGETUK-NGETUK!” teriak Askara.

Bibir Amerta terasa kelu, ia tak bisa. Tak kuat.

“Ini Amerta, Aska.” ucapnya, dengan sedikit berteriak. Setelahnya kemudian, terdengar suara kursi jatuh, dan suara orang berlari.

Pintu dibuka, menampilkan Askara dengan rambut yang tidak rapi, ia memasang senyum manis kearah Amerta.

Tanpa basa-basi, Askara langsung memeluk Amerta, “KANGEN BANGET! ayo masukk!” Askara menarik Amerta kedalam kamarnya, Jei yang melihat dari lantai bawah hanya terdiam melihat kelakuan kakak perempuan satu-satunya.

Renjana yang melihat itu memukul kepala Jeirana, “Masa lalu, bisa diubahkan?” Ucapnya, yang membuat Jeirana kebingungan. “Aduh bego, masa lalu bisa diubah. Gada salahnya biarin dia masuk lagi kehidup Aksara.” Jeirana hanya terdiam.

“Tapi lo tau alasan nya, Renjana.”

meet.

Sebelumnya, memang Boruto yang bertingkah aneh. Sekarang memang giliran Inojin yang bertingkah aneh, kenapa? mereka berdua sama-sama bertingkah aneh karena oknum Himawari.

Awal nya, Boruto bertingkah aneh karena pesan tak jelas dari sang adik, yang tiba-tiba mengirim pesan lewat Message, kedua Inojin bertingkah aneh karena melihat gadis itu masuk kedalam cafe yang sama dengan mereka saat ini bersama teman nya, ㅡYuina.

Inojin memang duduk menghadap kearah pintu masuk cafe, meski mereka duduk di pojokan cafe, tapi tetap saja melihat orang keluar masuk di cafe tersebut.

Katakan Inojin aneh, karena hanya karena Himawari masuk ke cafe yang sama dengan nya.

Shikadai memukul kepala Inojin, sang empu menggaduh kesakitan karena kepala nya terkena pukulan; “Sakit, anjing!” teriak nya.

“Ya lagian, lo ngapain bengong gitu. Kerasukan setan ya lo?” Ucap Shikadai, yang malah mendapati pukulan dari sang lawan bicara.

“Ngada-ngada!” sahut nya, sedikit berteriak.

“Ya terus kenapa?”

Inojin menarik Shikadai untuk mendekat, dan membisikkan apa yang membuat nya seperti orang kerasukan; “Gua liat Hima masuk sini!”

Setelah mendengar itu, Shikadai tiba-tiba melirik kesana-kemari, mungkin mencari keberadaan gadis yang di sebut Inojin.

Merasa tak bertemu dengan oknum yang di maksud, Shikadai kembali memukul kepala Inojin, “Halu lo!” kata nya.

Inojin mengelus-elus kepala nya, “Dih anjing! Awas ya lo kalau ada.”

“Yee.”


Sanzu mendekati meja yang dimana ada Rindou disana, ia menghela nafas panjang; menghirup oksigen untuk memperkuat pertahanan diri.

“Rindou?” laki-laki dengan Hoodie hitam itu menoleh, Sanzu dapat melihat kacamata berteger Di hidung mancung nya. “Sanzu? Duduk sini,” Sanzu mengangguk.

Ia duduk di hadapan Rindou, melepas tas nya yang tadi ada Di bahu nya. “Lo gamau makan dulu?” Sanzu menggelengkan kepala nya.

”Enggak, lo makan aja Rin, gua tungguin.” Jawab nya; mengambil ponsel pintar Yang ada Di dalam tas nya.

“Oh yaudah, bentar gua abisin makanan dulu ya.” Sanzu lagi-lagi hanya mengangguk, menyetujui perkataan Rindou.


Rindou sudah menyelesaikan acara makan nya sekitar 10 menit yang lalu, sekarang mereka sedang berjalan menuju parkiran.

“Studio Podcast sebenernya ga Di kampus,” Ucap Rindou sambil memberikan helm kepada Sanzu, “Kenapa?” Sahut nya sambil mengambil Dan memasang helm tersebut.

“Gue gatau, emang dibawah naungan kampus, tapi kayak nya Di sengaja studio nya Di luar kampus,” Rindou menaiki motor nya, di ikuti Sanzu juga Naik di bagian belakang.

“Jauh gak?”

“Enggak, cuman 2 kilometer Dari kampus,” Rindou menjalankan motor nya, “lumayan jauh itu mah.” sahut Sanzu, sedikit berteriak; takut Rindou tak mendengar perkataan nya.

“Deket bagi gue, mungkin gara-gara udah keseringan? maybe,” Sanzu hanya mengangguk-angguk, Rindou dapat melihat wajah Sanzu Yang tertutup masker mengangguk-angguk.

di tulis dalam point of view Mikey, pakai Bahasa santai = lo-gue


Gue udah sampai di cafe tempat Hanma sama Kajut nongkrong berdua, dua kembar itu emang tau banyak soal tempat-tempat nongkrong Yang enak.

Di sana udah ada Mitsuya, Yuzuha, Senju, Sanzu, Ran, Rindou, Koko terus Ken. Mereka lagi pada ngobrol santai.

Gue, Baji, sama Emma baru aja sampe. Disana Baji udah mukul-mukul punggung Kajut, yang dapet hadiah teriakan Dari Kajut.

Gue sama Emma cuman ngeliatin, terus ngambil kursi kosong yang ada di Sana.

Semua udah pada dateng, tinggal nunggu si Akane sama Hina Yang gatau nyasar kemana dulu.

“Mana Hina sama Akane? lama amat anjir, kesemutan pantat gua.” Hanma angkat bicara, dia ngangkat kaki nya juga keatas kursi. Kaga tau malu? emang.

Apa Yang lo harapin dari mereka.

Udah hampir 10 menit, akhirnya dua cewek yang Di tungguin dateng juga.

“Lama amat lo berdua??” Senju lebih dahulu mengangkat suara, menunjuk-nunjuk kedua kawan nya. “Sei tadi anjir nahan-nahan.” Sahut sang kawan.

“Yaudah duduk aja dulu.” Hina sama Akane ngangguk, mereka akhir nya duduk Di kursi kosong yang emang sengaja di sewa banyak.

“Oke tudep, jadi gimana?” Mitsuya angkat bicara, memberhentikan acara membucin nya.

Tanpa tahu sebenarnya ada Yang panas.

”Yang cepet, simple aja deh. Mepet banget lo pada,” Emma ngasih saran, Gua setuju sih. Ini Salah gua juga, mendadak ngajak nya.

“Acara nya dirumah aja?”

“Gedung, nanti Koko Yang sewa,”

“LAMA DONG DEKOR NYA?????” Yang Nama nya Di sebut menyahut, Koko bener. Pasti bakalan lama dekornya, sehari ga cukup. Bisa sampai 2 hari kedepan.

“Yang semampu Kita aja. Gausah aneh-aneh lo pada.” Ken udah angkat bicara, semua nya langsung setuju.

“Nah, tinggal lo urusin deh gimana mau acara nya. Terserah surprise atau apa gitu.”

“gua bingung kalau surprise, grup nya ketauan sama Sei. Gara-gara Sanzu tolol Sama Kokontol nih.” Senju menunjuk sang kakak yang duduk Di sebelah nya, Dan Koko Yang berada Di sebrang nya.

“YAELAH MAAF KALI,”

“Udah udah, besok Sei ada jadwal pagi sampai sore sekitar jam 5 seinget gue, nah yang besok jadwal nya kosong atau cuman sampai Siang bisa Kita dekor dekor, sebelum sei pulang ada satu Yang ngerencanain apa gitu. Lo mintol aja, nanti dia pasti puter balik, usahain lo pada jangan ada Yang ngaret.” Semua nya mengangguk, kecuali Sanzu Dan Baji Yang ribut Karena masalah mereka Yang sering ngaret.

“Noh Sanzu sama Baji noh.”

“YAELAH BESOK GUE AKAN DATANG BERSAMA SENJU, AGAR TIDAK TELAT.”

“Idih???? ogah.”

“Besok gua bareng Jennie twins, pasti gue tidak Akan telat.”

“Lo ada denger suara orang ngomong ga Sih?”

“Enggak ada, lo denger jut?”

“Ada anjir, bisik-bisik.”

“Ngeri ya.”

“Iya, merinding gue.”

“ANJING LO BERDUA,” Baji menggebram Meja, hendak berjalan kearah Hanma Dan Kajut, tapi ditahan Draken.

“Cafe woi anjir.”

“Bisa-bisa ancur ini cafe kalau mereka gelut.”


Contains warning ; nsfw | bxb | boy loves | homo | Ranzu ; Ran x Sanzu | 18+ | having sex (?) | ngentot | profanities | kissing | expletives | harsh word | cheating | slight Ransuya | chara are legal | fanfiction explicit | jorok (?).


Read own your risk.


Sanzu membanting ponsel nya ke atas kasur nya, kemudian ia berjalan kearah gantungan baju mengambil jaket nya yang tergantung di sana. Lalu kembali kedekat kasur mengambil ponsel nya.

Sang kekasih baru saja menyuruh nya untuk datang ke apartment milik nya dan suami nya.

Katakanlah bahwa Sanzu adalah perusak rumah tangga orang lain, karena itu memang benar fakta nya. Tidak bisa di tolak lagi, bahwa itu adalah kebenaran.

Setelah itu ia keluar dari apartment milik nya, berjalan kearah lift untuk turun ke parkiran apartment.

Cukup kesal, karena sang kekasih mengatakan ingin berhubungan badan sedangkan sang suami ada di apartment sebelah; apartment teman dekat nya.

Jujur saja, Sanzu ingin menolak. Tapi, ia akan tahu akibat apa yang akan di perbuat laki-laki itu jika ia menolak ajakan atau apapun itu.

Sanzu memasuki mobil milik nya yang terparkir di parkiran apartment nya, kemudian menjalankan mobil tersebut dengan kecepatan 70km/jam, karena ia tahu bahwa sang Kekasih tak menyukai orang yang berlambat-lambat.

Setelah 15 menit Sanzu mengendarai mobil nya menuju apartment sang kekasih, akhirnya ia sampai di tempat itu. Menghela nafas sedikit kasar kemudian berjalan masuk kesana.

Sanzu masuk kedalam lift, kemudian menekan angka 15 untuk menuju lantai apartment milik sang kekasih. Ia cukup takut jikalau ketahuan sang suami, kekasih nya. Karena tadi ia berkata bahwa kalau sang suami sedang berada di apartement sebelah.

Tapi untuk sekarang, perduli setan dengan ketahuan. Sanzu akhirnya bisa terlepas dari backstress, bukan? jadi mungkin ini adalah saat yang tepat.

Pintu lift terbuka tepat di lantai 15, Sanzu sekali lagi menghela nafas berat, rasa takut masih terngiang-ngiang, tapi ia tetap harus percaya diri.

Sanzu mengetuk pintu dengan nomor 567 tersebut, tak lama kemudian seseorang dengan surai ungu dengan sedikit kehitaman membuka pintu; wajah yang berseri-seri.

Kemudian ia langsung memeluk Sanzu, dan mencium ceruk leher milik Sanzu. Tetapi, Sanzu mendorong nya, “Ini di luar. Goblok. Lo jangan bego ya.” Bisik nya, sang lawan hanya terkekeh pelan. Kemudian menarik Sanzu masuk ke dalam sana.

Pintu apartment di kunci oleh Ran, dan juga password apartment nya juga ia ganti, kata nya untuk sementara waktu agar tak ketahuan Mitsuya.

Jika kalian bertanya, kenapa Ran dan Sanzu melakukan backstreet jawaban nya karena Mitsuya. Ran di nikahkan paksa dengan Mitsuya, sementara Ran sudah memiliki kekasih; Sanzu.

Kemudian dengan segala perdebatan yang di lewatkan, akhirnya Ran memilih mengalah; namun ia berbohong tentang ia telah putus dengan Sanzu. Padahal, kenyataan nya mereka masih berhubungan, sampai sekarang.

Setelah merasa semua nya ia kunci, dan jendela sudah ia tutup semua; termasuk jendela kamar. Ran melepas masker hitam yang selalu menutupi wajah cantik milik Sanzu.

Ia langsung meraup bibir mungil dan indah milik Sanzu tersebut, Tapi Sanzu mendorong Ran. “LO YAKIN?! GUA TAKUT KETAUAN BEGO!” ucap Sanzu dengan nada yang seperti berteriak namun suara yang kecil.

Ran hanya terkekeh pelan, “Aman,” Ia merangkul pinggang kecil milik Sanzu, “Apartement nya kedap suara, kita bisa sepuas nya, kan?” Sanzu mendecih pelan, tapi kemudian ia memasang senyum.

“Kalau ketauan, jujur aja ke semua orang, gimana?” Ran mengangguk, menyetujui perkataan Sanzu. Ia juga sudah cukup lelah melakukan backstreet dengan orang yang ia cintai.

“Oke, i'll remember you're promise.” Sanzu mencium bibir milik Ran dengan cukup agresif, Ran yang menerima itu hanya tersenyum, kemudian membalas ciuman milik Sanzu dengan lebih agresif.

Tangan kekar milik Ran memasuki baju Sanzu, jari-jari milik Ran menggelitiki bagian belakang tubuh Sanzu. Membuat tubuh Sanzu sesekali menggeliat atau mulut nya sesekali mengeluarkan desahan kecil.

Ran menggigit bibir milik Sanzu, tanda ia ingin memasuki liang mulut milik sang kekasih. Sanzu dengan senang hati membuka mulut nya, membiarkan sang kekasih menjelajahi mulut nya.

Ran menjelajahi setiap inci mulut Sanzu, kemudian kembali mengajak lidah laki-laki bermarga Akashi itu untuk berkelahi.

Setelah hampir 10 menit mereka melakukan ciuman panas tersebut, Ran melepaskan ciuman mereka. Saliva mereka saling terhubung karena ciuman tersebut.

Nafas Sanzu terengah-engah, oksigen yang ada di paru-paru milik Sanzu menipis karena ciuman mereka barusan.

Ran menatapi wajah cantik milik Sanzu, kemudian ia mendorong laki-laki cantik itu ke kasur yang ada di belakang nya, lalu menciumi leher laki-laki tersebut; memberikan kissmark di setiap inci leher jenjang itu.

Sanzu sesekali mendesah atas apa yang di lakukan oleh Ran, ia juga menggigit bibir bawah nya; takut Ran berbohong kalau apartment milik Ran ini ternyata tidak kedap suara.

Sebenarnya, Sanzu tak perduli tentang kedap suara atau tidak, tetapi ia juga terkadang masih memikirkan perasaan Mitsuya; Selaku suami nya Ran.

Tapi, untuk saat ini ia hanya akan memikirkan diri nya sendiri, dan perasaan nya sendiri. Egois? katakan saja, karena itu adalah kebenaran nya.

Ran masih berada di leher Sanzu, masih membuat tanda kepemilikan di leher laki-laki bersurai silver (?) itu.

Ran berhenti melakukan aktivitas nya itu, ia membuka satu persatu kancing baju milik Sanzu yang masih tertutup rapat.

Sanzu hanya diam, membiarkan Ran membuka baju nya; tangan nya menutupi mata nya sendiri, padahal hal yang ia sukai belum di mulai, tapi Sanzu sudah merasa setengah tenaga nya terkuras.

Merasa selesai dengan baju milik Sanzu, Ran menyingkirkan tangan Sanzu yang menutupi mata indah milik nya.

“Kenapa hm? udah capek? tumben, padahal belum gua kontolin.” ucap Ran, Sanzu hanya terdiam. Tak menjawab perkataan milik Ran.

“Kalau lo diem doang, gua anggap ga capek.” Ran kembali melanjutkan aktivitas nya, ia membuka celana milik Sanzu. Kemudian memainkan penis milik sang kekasih sambil kembali mencium bibir ranum milik Sanzu.

Ran memainkan penis milik Sanzu secara tak beraturan, ia terkadang memainkan nya dengan cepat, terkadang pelan. Membuat Sanzu sedikit kesal.

Mereka berdua sama-sama sudah berkeringat, meski ac yang ada di kamar tersebut sudah di atur dengan suhu yang cukup dingin, tetapi karena mungkin ini kegiatan panas, jadi tetap berkeringat, bukan?

Ran melepaskan ciuman mereka, ia melajukan kecepatan tangan nya yang ada di penis milik Sanzu. Ia menatap Sanzu yang berusaha keras untuk tidak mendesah dengan cara menggigit bibir bawah nya, padahal Ran mengharapkan Sanzu mendesah, tapi laki-laki itu malah menahan nya.

“Gausah gigit bibir bawah lo gitu, gua udah bilang kan? kamar nya kedap suara.” ucapan Ran mendapat gelengan dari Sanzu, Ran hanya mengangguk, ia akan membalas nya nanti.

Gerakan tangan Ran sekarang lebih pelan, membuat Sanzu rasanya ingin menendang wajah sang kekasih; tapi jika ia melakukan itu, ia tak akan mendapat pencapaian nya.

Sanzu tahu, Ran sengaja memperlambat kecepatan tangan nya karena Sanzu masih saja menggigit bibir nya agar tak mengeluarkan suara-suara ambigu tersebut.

Tapi, Sanzu masih terlalu takut.

Akhirnya Sanzu memberanikan diri, ia harus segera mencapai kebatasan nya, “Ranㅡahh! ceㅡpat!” Ran yang tadi sedikit acuh tak acuh, kembali menunjukkan atensi nya.

“Hm? apa? coba ulang.”

“Ceㅡpatt!” ulang Sanzu, Ran hanya mengangguk sambil menunjukkan senyum nya. Ia menuruti perkataan sang kekasih, memainkan nya lebih cepat.

Sanzu sudah di ambang pencapaian nya, tapi Ran malah kembali memainkan nya; memelankan permainan tangan nya.

Sanzu sekarang sudah di ambang batas sabar, ia hanya ingin mencapai batasan nya, kenapa Ran malah selalu menunda-nunda nya.

Tetapi sesaat kemudian, Ran kembali mempercepat permainan tangan nya, seperti nya Ran mulai bosan jika hanya memainkan penis milik Sanzu.

Ran seperti ingin cepat-cepat memasuki lubang milik Sanzu.

Dan saat inilah, Sanzu mencapai batas nya. Ia mengeluarkan banyak air mani nya di sprei kasur kamar milik Ran dan Mitsuya.

“Udah puas, hm?” Sanzu hanya mengangguk pelan, cukup lemas. Setelah hampir 15 menit ia di permainkan oleh sang kekasih, akhirnya ia mencapai batas nya.

Ran yang melihat anggukan Sanzu, sedikit merasa senang; sedikit ingin lebih lama mempermainkan laki-laki yang ada di bawah nya ini.

Tak perlu waktu lama, Ran membuka celana nya, menampilkan penis milik nya yang sudah sangat tegang.

Tak mau terlalu lama membuang-buang waktu untuk menampilkan penis nya, Ran menyuruh Sanzu untuk memutar badan nya, menyuruh melakukan doggy style (?)

Sanzu hanya menuruti perkataan Ran, ia dengan sedikit susah payah memutar badan nya dan menumpu lutut kaki nya diatas kasur, meski kasur itu empuk.

Ran melihat lubang milik Sanzu yang berkedut, ia semakin bersemangat memasukkan milik nya ke dalam lubang milik Sanzu.

Setelah cukup lama memandangi lubang milik Sanzu yang berkedut itu, Ran memasukkan penis milik nya ke dalam lubang tersebut.

Sanzu sedikit tersentak, membuat nya tak sengaja mengeluarkan suara yang cukup besar.

Sanzu segera menggigit bantal yang ada di bawah nya, mencoba menutupi suara desahan nya yang pasti akan keluar saat Ran mulai memainkan milik nya.

Ran mulai memaju mundurkan penis nya yang ada di dalam lubang milik Sanzu, memainkan nya dengan pelan karena lubang Sanzu menurut Ran sangat sempit.

“Gila ya, lubang lo masih aja sempit padahal dari dulu kita udah sering main.” ucap Ran, yang tak di perdulikan oleh Sanzu.

Ran mulai mempercepat pergerakan nya, Ran juga membuat beberapa tanda kepemilikan di area punggung milik Sanzu, tak perduli jika ia akan di marahi Sanzu nanti.

Ran sudah mempercepat gerakan penis nya di lubang milik Sanzu, tetapi Sanzu tak melepaskan bantal yang menutupi mulut nya. Cukup kecewa, karena Ia tak bisa mendengar suara desahan Ran yang merdu itu.

Tapi, ia juga cukup takut, takut ketahuan karena ia mengambil kesempatan dalam kesempitan saat Mitsuya sedang berada di kamar sebelah untuk membicarakan soal perkerjaan bersama teman nya.

Tetapi Ran sangat amat tidam perduli, ia dari awal hanya mencintai Sanzu, dan tak ada yang bisa menggantikan laki-laki cantik dengan surai silver (?) itu.

Ran semakin mempercepat pergerakan nya, membuat Sanzu sesekali tersentak karena ulah Ran, dan membuat nya mengeluarkan desahan yang cukup keras.

Sesaat sampai Ran hampir mengeluarkan milik nya di dalam lubang milik Sanzu, tiba-tiba bell apartment nya berbunyi. Sanzu cukup terkejut dengan hal itu, begitu pun juga Ran.

Ran masih berada di posisi yang sama, tak berniat beranjak atau melepaskan milik nya yang ada di dalam sana.

“SIAPA?” katakan Ran bodoh, ia adalah tipe orang yang langsung membuka pintu. Bukan bertanya ‘Siapa?’ tapi menurut Ran, di saat genting seperti ini ia harus tau siapa yang datang.

“PAKET MAS.” setelah mendengar itu, Ran malah memukul pantat milik Sanzu dengan keras. Sanzu yang sedang menyembunyikan wajah nya di bantal mendesis pelan. “Sialan.”

“TAROH AJA DISITU.” teriak Ran, sesaat kemudian ia mendengar suara langkah kaki menjauh.

“Ganggu. Kita lanjut ya, cantik?”


ㅡ Fin.


Contains Warning ; nfsw , 19+ , kissing , harsh word , dirty talk , minor DNI , read own your risk.


Akane tiba-tiba Di suruh kerumah keluarga Sano oleh Shinichiro, ia hanya menuruti perkataan laki-laki bermarga Sano itu.

Saat sampai disana, ia dapat melihat ada beberapa motor Yang sangat ia kenal; Motor milik Senju, Baji Dan Draken sedang terparkir Di dalam bagasi milik keluarga Sano.

Akane sempat berpikir, mungkin ada acara kecil-kecilan atau apapun itu. Tapi setelah ia masuk kedalam rumah itu, is malah mendapati Emma dan Draken sedang berciuman Di dekat pintu kamar milik Emma.

Akane memfoto acara kedua nya dari lantai bawah, dengan kamera Yang Di zoom agar tidak terciduk.

Setelah selesai memfoto kedua nya, ia memilih berjalan ke rooftop Yang tangga nya berbeda dengan tangga arah lantai 2

Namun baru saja membuka pintu, ia malah mendapati Senju Dan Mikey melakukan hal Yang sama seperti Yang Di lakukan Emma dan Draken.

Lagi-lagi, Akane kembali memfoto teman nya Yang sedang melakukan ciuman itu. Lalu ia kembali turun, sambil menutup Mata nya dengan Tangan; berpura-pura tak melihat apa Yang sebenarnya terjadi dirumah keluarga Sano.

Saat turun, ia disambut Izana dengan wajah datar sambil memegang segelas coklat panas. “Oh, Akane. Abis liatin orang cipokan lagi diatas ye? sabar.” Selesai dengan kalimat nya, Izana berlalu dari hadapan Akane. Memasuki kamar nya Yang ada Di lantai satu.

Akane kemudian memilih berjalan kearah dapur, sampai disana ia bertemu dengan Baji Yang sedang sibuk meminum sebotol soda.

“Yo Akane.” Sapa Baji, Di sela minum nya. “Ga ikut ciuman lo?” Baji menggeleng sebagai jawaban. “Baru selesai sama gue.”

“TMI banget anjing.”

“Yakan lo nanya, gimana sih njing? oh iya, Bang Shin Di kamar nya.” Baji menunjuk kearah luar dapur, Akane mengerutkan Alis nya; tak mengerti.

“Terus?”

“Ya siapa tau lo mau ciuman, datangin aja.” Baru selesai dengan kalimat nya, Baji sudah mendapat lemparan sesuatu Yang ada Di dapur dari Akane.

“Lo ngapain disini sama Draken deh Ji?” Akane menarik kursi yang ada Di hadapan Baji, Baji hanya mengangkat bahu nya. “Ngapain aja.”

“Ngewe teros.”

“Lah ngaca, lo ngapain disini selain gituan?”

“Ga mood.”

“Bohong.” Shinichiro tiba-tiba menyahut, Baji menyemburkan air nya; terkejut Karena kedatangan Shinichiro. Akane juga terkejut; namun karena ulah Baji.

“JOROK GOBLOK.” teriak Akane, reflek; kepada Baji. “BANG SHIN TUH NGAGETIN.” sahut Baji, menunjuk Shinichiro yang hanya tersenyum manis menatap mereka berdua.

“Itu mah karma!”

“Ga nyambung, dahlah.” Baji berdiri, berjalan meninggalkan Akane dan Shinichiro berdua; Di dapur dalam keheningan.


Izana memutar musik Di telinga nya menggunakan earphone dengan volume full, itu tak mempan.

Suara desahan ada Di mana-mana, ia cukup pusing dengan semua nya. Bagaimana bisa mereka bertiga berencana melakukan nya dimalam Yang sama? Di tempat Yang sama?

“Hadeh tolol anjing, gue minggat aja apa ya.” Izana berdiri dari tempat nya; menelpon Haitani Ran, untuk menumpang sementara waktu tapi Ran berkata bahwa ia juga tengah mengumpang dirumah Hanma Dan Kazutora Karena Sanzu Dan Rindou juga melakukan nya.

“Jancok, semua nya aja ngewe.”

Izana keluar dari rumah, membawa motor nya kerumah Hanma Dan Kazutora. “Bye bye hell, selamat ngewe. Selamat gabisa jalan Senju, Emma, Akane.”


Emma benar-benar mendatangi nya Di kantin fakultas mereka, tapi ia tidak datang sendiri. ia berdua dengan Mikey.

Senju membalas tatapan Mikey dengan tatapan dingin, tampak tak ingin berkaitan dengan laki-laki itu lagi. Tapi sejujurnya, hati nya menolak untuk hal itu.

“Mikey ikut, gapapa Kan Nju?” Emma membulatkan lamunan gadis bermarga Akashi itu, kemudian ia memasang senyum; mengangguk menyetujui perkataan Emma.

“Yaudah lo duduk.” Emma menarik Tangan Mikey agar terduduk Di kursi Yang ada Di samping nya.

Kemudian Emma berdiri, “Gue mau pesen makan dulu. Lo berdua ngobrol aja.” usai dengan kalimat nya, Emma pergi meninggalkan Mikey dan Senju berdua dalam keheningan.

“I want to you back in my arms,” Senju menatap bingung Mikey, “Huh? You already have girlfriend.” sahut Senju.

“I know, but menurut gue. Lo Segala nya, Senju.” Senju menggelengkan kepala nya, “kalau gitu... kenapa baru sekarang? gue tau kenapa Kita putus, gue tau awal alasan Kita mulai semua nya. Gue tau. But...”

Senju menghela nafas berat, mengaduk-aduk minuman nya menggunakan sedotan. Wajah nya menunjukkan kerisauan.

“But?”

Senju menggelengkan kepala nya, “Lupain. Kita omongin nanti, ini tempat umum.”

“Okay.”


Jujur saja, Yuzuha tidak mau; tapi ia mau. membingungkan? ya.

Ia mengambil kardus yang ada dibawah kasur kamar nya, menghela nafas berat tampak seperti sedang mempersiapkan diri.

Yuzuha membuka kardus itu, terdapat banyak album Dan banyak polaroid Di dalam nya, Serta beberapa barang lain seperti boneka yang Ia dapat dari arcade.

ia mengambil album yang paling atas, Di halaman pertama ia mendapati wajah nya dengan senyum yang merekah, bersama dengan sang mantan.

Yuzuha mengingat-ingat saat foto itu di ambil, mereka bertengkar kecil Karena Kokonoi tidak mau mengikuti perintah nya.

Yuzuha ketika mengingat itu terkekeh pelan, ia kembali melanjutkan sampai kehalaman yang terakhir.

Itu adalah foto terakhir mereka.

foto yang diambil, beberapa Bulan sebelum mereka mengakhiri hubungan Yang telah Di bangun selama hampir 6 tahun itu.

Yuzuha mengambil foto itu, kemudian menaruh album dan kardus yang tadi ada di atas pangkuan nya. kini ke bawah.

Tiba-tiba, semua flashback dari awal sampai akhir tentang hubungan mereka, di mulai.


Kejadian 3 tahun lalu yang tak akan pernah di lupakan oleh gadis bersurai panjang itu, ia sangat mempercayai nya. tapi kepercayaan nya malah di hancurkan.

Cukup menyakitkan, mungkin.

3 tahun yang lalu, pada 2021 saat ia masih berkuliah. kejadian yang tak pernah ia inginkan terjadi.

benar-benar tak mengenakkan.

laki-laki yang pernah menyakiti nya, saat ini sepertinya sudah terkenal dimana-mana. ada banyak spanduk dan iklan wajah nya di jalan-jalan.

sampai ia muak melihat nya, kata kan saja ia keji kepada sang mantan tapi memang itu kenyataan nya.

ia tak berniat untuk mendekati laki-laki lagi, meski ada seseorang yang selalu mengejar nya. Dan mengatakan hal Yang ia anggap omong kosong laki-laki belaka.

Yuzuha sekarang berada di gedung pertunangan milik sang kawan, Emma. Hari ini teman nya akan resmi di gaet oleh kekasih nya.

Jujur saja, awal nya Yuzuha tampak senang Di acara itu. Sampai akhir nya is bertemu laki-laki yang sangat membuat nya muak.

ia bahkan terus menatap Yuzuha dengan senyum yang tak bisa ia artikan, muak. Yuzuha benar-benar muak.

Yuzuha membalikkan badan nya, berniat pergi dari sana. tapi tangan nya malah di tahan oleh sang mantan.

Yuzuha berusaha memberontak, “Lepasin gue.” ujar nya dengan nada yang dingin. laki-laki itu tersenyum, tampak tak berniat melepas genggaman tangan nya, ia juga malah mengeratkan genggaman tangan nya.

Yuzuha tak sabaran, emosi nya memuncak. “Lepasin gue, Hajime Kokonoi.” setelah mendengar Yuzuha menyebut Nama lengkap nya, ia melepaskan genggaman tangan nya.

Yuzuha mengernyit heran, “mau lo apa?”

“Balik sama gue.” sahut nya. Yuzuha terkekeh pelan, “Lo ngajak gue balik seenak jidat? setelah semua hal yang lo lakuin ke-gue tiga tahun lalu? what do you mean? apa lo punya penyesalan?” Yuzuha dengan sengaja mengecilkan perkataan kasar nya, tak ingin menganggu tamu undangan yang lain Karena perdebatan masalah mereka.

“Gue ga menyesali apapun.” Yuzuha membulatkan mata nya, kemudian mengangguk mengerti.

“Oh ya, karena lo gapernah ngingat apapun yang seharus nya lo sesali, right? sorry, I'm forgot to this.” Yuzuha tampak mengejek Kokonoi dengan perkataan nya.

“Right, lo bener. so balik ke gue.”

“Nope, dan ga akan pernah.” Yuzuha meninggalkan Kokonoi sendirian di sana, jujur ia terlalu muak terlalu lama menatap wajah sang mantan.

“Laki-laki sialan.” gerutu nya, sambil pergi dari aula gedung.