Contains warning ; nsfw | bxb | boy loves | homo | Ranzu ; Ran x Sanzu | 18+ | having sex (?) | ngentot | profanities | kissing | expletives | harsh word | cheating | slight Ransuya | chara are legal | fanfiction explicit | jorok (?).
Read own your risk.
Sanzu membanting ponsel nya ke atas kasur nya, kemudian ia berjalan kearah gantungan baju mengambil jaket nya yang tergantung di sana. Lalu kembali kedekat kasur mengambil ponsel nya.
Sang kekasih baru saja menyuruh nya untuk datang ke apartment milik nya dan suami nya.
Katakanlah bahwa Sanzu adalah perusak rumah tangga orang lain, karena itu memang benar fakta nya. Tidak bisa di tolak lagi, bahwa itu adalah kebenaran.
Setelah itu ia keluar dari apartment milik nya, berjalan kearah lift untuk turun ke parkiran apartment.
Cukup kesal, karena sang kekasih mengatakan ingin berhubungan badan sedangkan sang suami ada di apartment sebelah; apartment teman dekat nya.
Jujur saja, Sanzu ingin menolak. Tapi, ia akan tahu akibat apa yang akan di perbuat laki-laki itu jika ia menolak ajakan atau apapun itu.
Sanzu memasuki mobil milik nya yang terparkir di parkiran apartment nya, kemudian menjalankan mobil tersebut dengan kecepatan 70km/jam, karena ia tahu bahwa sang Kekasih tak menyukai orang yang berlambat-lambat.
Setelah 15 menit Sanzu mengendarai mobil nya menuju apartment sang kekasih, akhirnya ia sampai di tempat itu. Menghela nafas sedikit kasar kemudian berjalan masuk kesana.
Sanzu masuk kedalam lift, kemudian menekan angka 15 untuk menuju lantai apartment milik sang kekasih. Ia cukup takut jikalau ketahuan sang suami, kekasih nya. Karena tadi ia berkata bahwa kalau sang suami sedang berada di apartement sebelah.
Tapi untuk sekarang, perduli setan dengan ketahuan. Sanzu akhirnya bisa terlepas dari backstress, bukan? jadi mungkin ini adalah saat yang tepat.
Pintu lift terbuka tepat di lantai 15, Sanzu sekali lagi menghela nafas berat, rasa takut masih terngiang-ngiang, tapi ia tetap harus percaya diri.
Sanzu mengetuk pintu dengan nomor 567 tersebut, tak lama kemudian seseorang dengan surai ungu dengan sedikit kehitaman membuka pintu; wajah yang berseri-seri.
Kemudian ia langsung memeluk Sanzu, dan mencium ceruk leher milik Sanzu. Tetapi, Sanzu mendorong nya, “Ini di luar. Goblok. Lo jangan bego ya.” Bisik nya, sang lawan hanya terkekeh pelan. Kemudian menarik Sanzu masuk ke dalam sana.
Pintu apartment di kunci oleh Ran, dan juga password apartment nya juga ia ganti, kata nya untuk sementara waktu agar tak ketahuan Mitsuya.
Jika kalian bertanya, kenapa Ran dan Sanzu melakukan backstreet jawaban nya karena Mitsuya. Ran di nikahkan paksa dengan Mitsuya, sementara Ran sudah memiliki kekasih; Sanzu.
Kemudian dengan segala perdebatan yang di lewatkan, akhirnya Ran memilih mengalah; namun ia berbohong tentang ia telah putus dengan Sanzu. Padahal, kenyataan nya mereka masih berhubungan, sampai sekarang.
Setelah merasa semua nya ia kunci, dan jendela sudah ia tutup semua; termasuk jendela kamar. Ran melepas masker hitam yang selalu menutupi wajah cantik milik Sanzu.
Ia langsung meraup bibir mungil dan indah milik Sanzu tersebut, Tapi Sanzu mendorong Ran. “LO YAKIN?! GUA TAKUT KETAUAN BEGO!” ucap Sanzu dengan nada yang seperti berteriak namun suara yang kecil.
Ran hanya terkekeh pelan, “Aman,” Ia merangkul pinggang kecil milik Sanzu, “Apartement nya kedap suara, kita bisa sepuas nya, kan?” Sanzu mendecih pelan, tapi kemudian ia memasang senyum.
“Kalau ketauan, jujur aja ke semua orang, gimana?” Ran mengangguk, menyetujui perkataan Sanzu. Ia juga sudah cukup lelah melakukan backstreet dengan orang yang ia cintai.
“Oke, i'll remember you're promise.” Sanzu mencium bibir milik Ran dengan cukup agresif, Ran yang menerima itu hanya tersenyum, kemudian membalas ciuman milik Sanzu dengan lebih agresif.
Tangan kekar milik Ran memasuki baju Sanzu, jari-jari milik Ran menggelitiki bagian belakang tubuh Sanzu. Membuat tubuh Sanzu sesekali menggeliat atau mulut nya sesekali mengeluarkan desahan kecil.
Ran menggigit bibir milik Sanzu, tanda ia ingin memasuki liang mulut milik sang kekasih. Sanzu dengan senang hati membuka mulut nya, membiarkan sang kekasih menjelajahi mulut nya.
Ran menjelajahi setiap inci mulut Sanzu, kemudian kembali mengajak lidah laki-laki bermarga Akashi itu untuk berkelahi.
Setelah hampir 10 menit mereka melakukan ciuman panas tersebut, Ran melepaskan ciuman mereka. Saliva mereka saling terhubung karena ciuman tersebut.
Nafas Sanzu terengah-engah, oksigen yang ada di paru-paru milik Sanzu menipis karena ciuman mereka barusan.
Ran menatapi wajah cantik milik Sanzu, kemudian ia mendorong laki-laki cantik itu ke kasur yang ada di belakang nya, lalu menciumi leher laki-laki tersebut; memberikan kissmark di setiap inci leher jenjang itu.
Sanzu sesekali mendesah atas apa yang di lakukan oleh Ran, ia juga menggigit bibir bawah nya; takut Ran berbohong kalau apartment milik Ran ini ternyata tidak kedap suara.
Sebenarnya, Sanzu tak perduli tentang kedap suara atau tidak, tetapi ia juga terkadang masih memikirkan perasaan Mitsuya; Selaku suami nya Ran.
Tapi, untuk saat ini ia hanya akan memikirkan diri nya sendiri, dan perasaan nya sendiri. Egois? katakan saja, karena itu adalah kebenaran nya.
Ran masih berada di leher Sanzu, masih membuat tanda kepemilikan di leher laki-laki bersurai silver (?) itu.
Ran berhenti melakukan aktivitas nya itu, ia membuka satu persatu kancing baju milik Sanzu yang masih tertutup rapat.
Sanzu hanya diam, membiarkan Ran membuka baju nya; tangan nya menutupi mata nya sendiri, padahal hal yang ia sukai belum di mulai, tapi Sanzu sudah merasa setengah tenaga nya terkuras.
Merasa selesai dengan baju milik Sanzu, Ran menyingkirkan tangan Sanzu yang menutupi mata indah milik nya.
“Kenapa hm? udah capek? tumben, padahal belum gua kontolin.” ucap Ran, Sanzu hanya terdiam. Tak menjawab perkataan milik Ran.
“Kalau lo diem doang, gua anggap ga capek.” Ran kembali melanjutkan aktivitas nya, ia membuka celana milik Sanzu. Kemudian memainkan penis milik sang kekasih sambil kembali mencium bibir ranum milik Sanzu.
Ran memainkan penis milik Sanzu secara tak beraturan, ia terkadang memainkan nya dengan cepat, terkadang pelan. Membuat Sanzu sedikit kesal.
Mereka berdua sama-sama sudah berkeringat, meski ac yang ada di kamar tersebut sudah di atur dengan suhu yang cukup dingin, tetapi karena mungkin ini kegiatan panas, jadi tetap berkeringat, bukan?
Ran melepaskan ciuman mereka, ia melajukan kecepatan tangan nya yang ada di penis milik Sanzu. Ia menatap Sanzu yang berusaha keras untuk tidak mendesah dengan cara menggigit bibir bawah nya, padahal Ran mengharapkan Sanzu mendesah, tapi laki-laki itu malah menahan nya.
“Gausah gigit bibir bawah lo gitu, gua udah bilang kan? kamar nya kedap suara.” ucapan Ran mendapat gelengan dari Sanzu, Ran hanya mengangguk, ia akan membalas nya nanti.
Gerakan tangan Ran sekarang lebih pelan, membuat Sanzu rasanya ingin menendang wajah sang kekasih; tapi jika ia melakukan itu, ia tak akan mendapat pencapaian nya.
Sanzu tahu, Ran sengaja memperlambat kecepatan tangan nya karena Sanzu masih saja menggigit bibir nya agar tak mengeluarkan suara-suara ambigu tersebut.
Tapi, Sanzu masih terlalu takut.
Akhirnya Sanzu memberanikan diri, ia harus segera mencapai kebatasan nya, “Ranㅡahh! ceㅡpat!” Ran yang tadi sedikit acuh tak acuh, kembali menunjukkan atensi nya.
“Hm? apa? coba ulang.”
“Ceㅡpatt!” ulang Sanzu, Ran hanya mengangguk sambil menunjukkan senyum nya. Ia menuruti perkataan sang kekasih, memainkan nya lebih cepat.
Sanzu sudah di ambang pencapaian nya, tapi Ran malah kembali memainkan nya; memelankan permainan tangan nya.
Sanzu sekarang sudah di ambang batas sabar, ia hanya ingin mencapai batasan nya, kenapa Ran malah selalu menunda-nunda nya.
Tetapi sesaat kemudian, Ran kembali mempercepat permainan tangan nya, seperti nya Ran mulai bosan jika hanya memainkan penis milik Sanzu.
Ran seperti ingin cepat-cepat memasuki lubang milik Sanzu.
Dan saat inilah, Sanzu mencapai batas nya. Ia mengeluarkan banyak air mani nya di sprei kasur kamar milik Ran dan Mitsuya.
“Udah puas, hm?” Sanzu hanya mengangguk pelan, cukup lemas. Setelah hampir 15 menit ia di permainkan oleh sang kekasih, akhirnya ia mencapai batas nya.
Ran yang melihat anggukan Sanzu, sedikit merasa senang; sedikit ingin lebih lama mempermainkan laki-laki yang ada di bawah nya ini.
Tak perlu waktu lama, Ran membuka celana nya, menampilkan penis milik nya yang sudah sangat tegang.
Tak mau terlalu lama membuang-buang waktu untuk menampilkan penis nya, Ran menyuruh Sanzu untuk memutar badan nya, menyuruh melakukan doggy style (?)
Sanzu hanya menuruti perkataan Ran, ia dengan sedikit susah payah memutar badan nya dan menumpu lutut kaki nya diatas kasur, meski kasur itu empuk.
Ran melihat lubang milik Sanzu yang berkedut, ia semakin bersemangat memasukkan milik nya ke dalam lubang milik Sanzu.
Setelah cukup lama memandangi lubang milik Sanzu yang berkedut itu, Ran memasukkan penis milik nya ke dalam lubang tersebut.
Sanzu sedikit tersentak, membuat nya tak sengaja mengeluarkan suara yang cukup besar.
Sanzu segera menggigit bantal yang ada di bawah nya, mencoba menutupi suara desahan nya yang pasti akan keluar saat Ran mulai memainkan milik nya.
Ran mulai memaju mundurkan penis nya yang ada di dalam lubang milik Sanzu, memainkan nya dengan pelan karena lubang Sanzu menurut Ran sangat sempit.
“Gila ya, lubang lo masih aja sempit padahal dari dulu kita udah sering main.” ucap Ran, yang tak di perdulikan oleh Sanzu.
Ran mulai mempercepat pergerakan nya, Ran juga membuat beberapa tanda kepemilikan di area punggung milik Sanzu, tak perduli jika ia akan di marahi Sanzu nanti.
Ran sudah mempercepat gerakan penis nya di lubang milik Sanzu, tetapi Sanzu tak melepaskan bantal yang menutupi mulut nya. Cukup kecewa, karena Ia tak bisa mendengar suara desahan Ran yang merdu itu.
Tapi, ia juga cukup takut, takut ketahuan karena ia mengambil kesempatan dalam kesempitan saat Mitsuya sedang berada di kamar sebelah untuk membicarakan soal perkerjaan bersama teman nya.
Tetapi Ran sangat amat tidam perduli, ia dari awal hanya mencintai Sanzu, dan tak ada yang bisa menggantikan laki-laki cantik dengan surai silver (?) itu.
Ran semakin mempercepat pergerakan nya, membuat Sanzu sesekali tersentak karena ulah Ran, dan membuat nya mengeluarkan desahan yang cukup keras.
Sesaat sampai Ran hampir mengeluarkan milik nya di dalam lubang milik Sanzu, tiba-tiba bell apartment nya berbunyi. Sanzu cukup terkejut dengan hal itu, begitu pun juga Ran.
Ran masih berada di posisi yang sama, tak berniat beranjak atau melepaskan milik nya yang ada di dalam sana.
“SIAPA?” katakan Ran bodoh, ia adalah tipe orang yang langsung membuka pintu. Bukan bertanya ‘Siapa?’ tapi menurut Ran, di saat genting seperti ini ia harus tau siapa yang datang.
“PAKET MAS.” setelah mendengar itu, Ran malah memukul pantat milik Sanzu dengan keras. Sanzu yang sedang menyembunyikan wajah nya di bantal mendesis pelan. “Sialan.”
“TAROH AJA DISITU.” teriak Ran, sesaat kemudian ia mendengar suara langkah kaki menjauh.
“Ganggu. Kita lanjut ya, cantik?”
ㅡ Fin.